Turki nampaknya masih menegaskan jatidirinya sebagai negara pelindung paham sekular dan loyal terhadap ajaran mendiang Kamal Ataturk yang telah meruntuhkan khilafah ‘Utsmaniyah. Larangan itu bahkan berlaku juga terhadap para isteri anggota partai yang berkuasa saat ini.!

Melalui presidennya, Najdat Ahmad Sezar, ia melarang para isteri anggota dewan yang berjilbab untuk menghadiri perayaan besar HUT Turki, sabtu mendatang di istana negara. Undangan hanya diberikan kepada para isteri anggota dewan yang tidak berjilbab saja.

Berdasarkan laporan surat kabar ‘Siasah’ yang terbit di Kuwait, undangan hanya diberikan kepada para isteri anggota dewan dari dua partai oposisi, yaitu partai Rakyat Republik dan Partai Tanah Air yang memang tidak berjilbab. Sementara para isteri dari Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang berkuasa saat ini (pimpinan PM Rajab Erdogan) tidak diundang. Hal ini menuai reaksi kemarahan dari kalangan anggota dewan partai ini. Para anggota dewan dari PKP yang berkuasa ini menegaskan, perayaan ini adalah perayaan HUT berdirinya negara bukan perayan khusus untuk tuan presiden. Ini artinya, bahwa adalah hak para isteri mereka untuk menghadirinya.

Sementara itu, mengingat kekuasaan presiden yang begitu besar di Turki, PM Rajab Erdogan memilih untuk bersikap sangat hati-hati dan menghindari kritik langsung terhadap presiden.

Ketika ditanya para wartawan Turki, ia hanya sekedar mengatakan, “Pertanyaan tentang sebab adanya sikap seperti ini seharusnya dilontarkan kepada presiden bukan kepada Perdana Menteri.” (istod/AH)