Penjelasan As-Sunnah
Banyak sekali hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang membicarakan keutamaan jujur, di antaranya adalah:

1. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Wajib atas kalian semua untuk jujur, karena jujur akan membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Seseorang senantiasa berbuat jujur dan memilih kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta akan membawa kepada keburukan, dan keburukan akan menyeret ke neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta, dan dia memilih kedustaan, sehingga ditulis di sisi Allah sebagi pendusta.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (11)

Al Munawi rahimahullah tatkala menjelaskan hadits di atas mengatakan:

(Wajib atas kalian jujur), yaitu ucapan yang benar (haq), dan kadang pula mencakup pada perbuatan anggota badan, misalnya jika seseorang yang jujur dalam berperang, maka tentu dia akan menunaikan hak-haknya.

(Sesungguhnya kejujuran akan membimbing kepada kabaikan), yaitu kepada amal shalih yang murni, sedang al-birr maknanya adalah sebuah sebutan untuk sesuatu yang mencakup segala macam kebaikan.

(Kebaikan akan membimbing ke surga), yakni akan mengantarkan masuk ke dalam surga.

Ibnul Arabi rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa kejujuran adalah pangkal segala macam kebaikan. Karena seseorang jika telah menjatuhkan pilihan pada kejujuran maka dia tidak akan bermaksiat kepada Allah. Sebab -misalnya- dia ingin meminum khamer, atau berzina, atau menyakiti orang maka dia akan takut dicap sebagai peminum atau pezina. Sebab jika dia ditanya tentang perbuatan itu, maka kalau diam berarti dia dalam keraguan, jika menjawab tidak maka dia berdusta, dan kalau dia jujur menjawab ya, maka jatuhlah kehormatan dan harga dirinya. Dan akhirnya dia pun me-milih untuk menjauhi perbuatan itu.

(Seseorang senantiasa jujur), maksudnya jujur dalam ucapannya.

(Memilih kejujuran), yakni berusaha maksimal dalam melaksanakan kejujuran itu.

(Sehingga ditulis disisi Allah sebagai orang jujur), yakni dia dihukumi dengan kejujuran itu dan berhak menyandang predikat sebagai orang yang jujur.

(Jauhilah dusta), yaitu berhati-hatilah darinya.

(Karena dusta akan mengantarkan kepada keburukan), yakni dia akan mengajak untuk condong dari jalan yang lurus serta akan membangkit-kan kemaksiatan.

(Dan dusta akan mengantarkan ke neraka), yakni menjadikan pelakunya terjerumus di dalamnya.

(Seseorang selalu berusta dan memilih dusta sehingga ditulis di sisi Allah I sebagai pendusta), yakni dia dihukumi sebagai orang pendusta, dan berhak mendapatkan julukan tersebut berikut berbagai konsekuensinya. (12)

Diriwayatkan dari Ubadah Ibnu ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Berilah aku jaminan dengan enam perkara, maka aku akan menjamin untuk kalian dengan surga. (Yaitu) jujurlah kamu jika berbicara, tepatilah jika kamu berjanji, tunaikanlah amanat jika engkau diberi kepercayaan, jagalah kemaluan kalian, tundukkan pandangan kalian, dan tahanlah tangan kalian (jangan mengganggu atau menyakiti).” (HR. Ahmad) (13)

Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Aku memberikan jaminan dengan sebuah rumah di dalam surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun hanya senda gurau. “ (HR. al-Baihaqi) (14)

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambeliau bersabda,
“Seorang mukmin dikenali dengan sikap rendah hatinya, kelembutan ucapannya dan kejujuran ucapannya.” (15)

Renungan Ke Empat, Bersama Para Salaf

Terdapat banyak ungkapan tentang kejujuran dan hakikatnya yang disampaikan oleh para salaf, di antaranya sebagai berikut:

1. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian wajib untuk jujur, meskipun membawamu kepada kematian.”

2. Dan perkataan beliau yang lainnya, “Kejujuran yang membuatku menjadi terhina lebih aku sukai daripada kedustaan yang mengangkat kedudukanku.”

3. Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Jika engkau ingin menjadi orang-orang yang benar (jujur) maka wajib atasmu sikap zuhud dalam urusan dunia dan menahan diri dari menyakiti ahlul millah (sesama muslim).”

4. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Seandainya kejujuran diletakkan pada luka, maka tentu luka itu akan sembuh.”

5. Abu Sa’id al Qurasyi rahimahullah berkata, “Orang jujur adalah orang yang siap menghadapi kematian dan dia tidak malu terhadap keburukan dirinya seandainya tersingkap, sebagaimana firman Allah, “Katakanlah, “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar.” (QS. Al-Baqarah:94)

6. Abdul Wahid bin Zaid rahimahullah berkata, “Jujur adalah menepati janji terhadap Allah dengan beramal.”

7. Bisyar al-Haafi rahimahullah mengatakan, “Barang siapa yang bermuamalah dengan Allah I secara jujur maka dia akan merasa sepi dari manusia. Dan juga dikatakan, “Jujur adalah kesesuaian antara yang tersembunyi dengan yang terucap.”

8. Dikatakan juga bahwa jujur adalah kesamaan antara yang disembunyikan dengan yang tampak. Artinya bahwa orang yang berdusta adalah orang yang menampakkan kebaikan tetapi batinnya menyembunyikan keburukan seperti halnya orang munafik yang secara lahir adalah seperti orang yang baik padahal batinnya tidak demikian.

9. Ada sebagian yang mengatatakan, “Kejujuran adalah mengucapkan kebenaran dalam kondisi yang membahayakan.”

10. Ada pula yang lain mengatakan, ” Jujur adalah berkata benar di hadapan orang yang kau takuti dan kau harapkan.” (16)

11. Ada pula seseorang yang berkata, “Barang siapa yang tidak melakukan kewajiban yang kontinyu, maka tidak akan dapat melaksanakan kewajiban yang temporer. Ditanyakan, “Apakah kewajiban yang kontinyu itu? Lalu dijawab, “Jujur.”

12. Dikatakan pula, “Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan jujur maka Allah akan memberikan kepadanya cermin yang dengannya dia bisa melihat yang haq dan yang batil.

13. Juga dikatakan, “Wajib atasmu berlaku jujur meskipun engkau khawatir bahwa jujur itu akan memberikan madharat kepadamu, padahal sesungguhnya dia akan memberikan manfaat kepadamu. Dan tinggalkan dusta meskipun engkau melihat bahwa dusta itu memberimu manfaat, sebab ia jutru akan mendatangkan madharat kepadamu.

Sumber: Majalah “Al Jundi Al Muslim” No.121 Ramadhan 1426, oleh Syaikh Sulthan Fuad Al-Thubaisyi, bagian ke 2 dari 4 edisi.