Ma’asyiral muslimin, sidang Jum’at yang berbahagia.
Selanjutnya pada kesempatan khotbah Jum’at (siang hari ini) khotib berwasiat, hendaknya kita bersama-sama sejenak bermu-hasabah untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dalam arti yang sebenar-benarnya, yaitu dengan menumbuhkan rasa takut kepada siksa dan adzab Allah, menjalan-kan semua perintahNya serta menjauhi semua laranganNya.

Ma’asyirol Muslimin … arsyadakumullah
Ada banyak hal yang patut kita cermati dari berbagai ujian, bencana dan malapetaka yang menimpa umat Islam dewasa ini. Dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengingat-kan kepada kita bahwa adzab dan siksa Allah tidak khusus hanya menimpa orang-orang zhalim di antara kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Yang artinya: “Dan perihalah dirimu dari siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaNya” (AS. An-Anfal: 25).

Imam Ahmad bin Hambal juga meriwayatkan hadits dari Ummu Salamah, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

إِذَا ظَهَرَ الْمَعَاصِيْ فِيْ أُمَّتِيْ عَمَّهُمُ اللهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَمَا فِيْهِمْ يَوْمَئِذٍ أُنَاسٌ صَالِحُوْنَ؟ قَالَ: بَلَى. قُلْتُ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ بِأُلَـئِكَ؟ قَالَ: يُصِيْبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسُ ثُمَّ يَصِيْرُوْنَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ.

Artinya: “Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab (siksa) kepada mereka. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah tidak ada pada waktu itu orang-orang shalih?” Beliau menjawab:”ada”. Aku bertanya lagi: “Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?” Jawab beliau: “Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapat ampunan dan keridhoan dari Robbnya.” (HR. Imam Ahmad, VI/304, Al-Haitsami mengatakan bahwa hadits ini perawinya terpercaya).

Ma’asyirol muslimin … sidang Jum’at yang berbahagia.
Demikianlah bila suatu kaum sudah bermaksiat dan menen-tang perintah-perintah Allah serta mengkufuri nikmat-nikmatNya, maka sungguh Allah akan menurunkan kehinaan dan kebinasaan kepada mereka baik kehinaan di dunia maupun kehinaan di akhirat. Lalu bagaimanakah dengan kita yang hidup di negeri ini, negeri yang banyak di jumpai di dalamnya kemaksiatan, kemungkaran dan penyelewengan-penyelewengan moral. Adakah kita sudah meng-ingatkan kepada mereka akan siksa Allah yang maha pedih, Allah berfirman di dalam Al-Qur’an.

Yang artinya: ”Dan Allah telah membuat suatu perumpa-maan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tentram, rizqinya datang kepadanya melimpah ruah dari segala tempat akan tetapi penduduknya mengingkari akan nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nahl: 112).

Ayat di atas menggambarkan dengan jelas betapa Allah akan membinasakan sebuah negeri yang penduduknya berbuat zhalim dan mengingkari nikmat-nikmat Allah, sehingga Allah menimpakan kepada mereka siksaNya berupa kelaparan dan ketakutan.
Bahkan dalam sebuah hadits shohih, Imam Ibnu Majah meriwayatkan bahwa akan ada lima bencana yang akan menimpa umat ini. Dari Abdullah bin Umar bin Khaththab ia berkata: “Aku adalah salah seorang dari sepuluh keluarga muhajirin yang berada di rumah kediaman Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , lalu beliau menghadapkan wajahnya kepada kami:”Wahai kaum Muhajirin!! sesungguhnya ada lima perkara dan aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak menemuinya, beliau bersabda:
Yang artinya:

  • Tidaklah muncul perbuatan keji (zina) pada suatu kaum hingga mereka melakukannya secara terus terang kecuali Allah akan menimpakan kepada mereka wabah dan berbagai penyakit (tho’un) yang belum pernah menimpa kepada orang-orang sebelum mereka.
  • Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangannya niscaya mereka akan ditimpa dengan tandusnya tanah, paceklik sepanjang tahun serta berkuasanya penguasa-penguasa yang zhalim.
  • Dan tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat hartanya kecuali Allah akan menimpakan kepada mereka bencana dengan tidak diturunkannya hujan dari atas langit kepada mereka dan kalaulah bukan karena binatang ternak niscaya Allah akan menahan turunnya hujan selama-lamanya.
  • Dan tidaklah suatu kaum mengingkari janji antara mereka dengan Allah dan RasulNya melainkan Allah akan mendatangkan musuh-musuh yang bukan dari golongan mereka, lalu merampas sebagian harta yang ada di tangan mereka.
  • Dan selama pemimpin-pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah dan tidak memilih yang terbaik dari apa yang Allah turunkan kecuali Allah turunkan kepada mereka kesengsaraan (perpe-cahan) di antara mereka.” (HR. Imam Ibnu Majah, 4019, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Ma’ashiral muslimin sidang Jum’at yang berba-hagia.
Demikianlah dengan tegas Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan di hadapan kaum muhajirin tentang lima bencana yang akan menimpa umat ini, yang pertama bahwa bila kemaksiatan dan kemungkaran terjadi pada suatu kaum dengan terang-terangan, perjudian yang semakin merajalela, pelacuran, prostitusi dan perzinaan serta kasus-kasus perkosaan yang hampir setiap hari menghiasi halaman surat kabar, maka sungguh Allah akan menimpakan kepada penduduk negeri tersebut bencana dengan wabah penyakit (tho’un) yang tidak akan pernah ada obatnya dan tidak pernah dialami oleh umat-umat seblumnya. Penyakit Aids yang ditemukan pada penghujung tahun 1980 adalah bukti siksa Allah atas penyimpangan moral yang dilakukan manusia. Di dalam Konfrensi AIDS sedunia di Amsterdam, Prof. Dr. J. Man mengatakan bahwa penyakit Aids dapat menularkan tiga penderita dalam satu menit, dan pada dekade tahun 2000 kedepan diprediksikan penderita Aids mencapai 110 juta jiwa, yang berarti satu di antara lima puluh penduduk dunia dinyatakan positif mengidap menyakit tersebut, sedangkan 65% penderitanya adalah anak-anak remaja (ABG). Adapun penu-larannya 90% adalah melalui hubungan badan di luar nikah, pelacuran dan prostitusi, dan yang sejenisnya.

Selanjutnya yang kedua, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan bahwa bila suatu kaum telah mengurangi takaran dan timbangannya, niscaya Allah akan menimpakan kepada kaum tersebut dengan bencana berupa paceklik sepanjang tahun, serta berkuasanya pemimpin-pemimpin yang bengis dan bejat moralnya (diktator), pemimpin-pemimpin yang akan menindas bangsanya sendiri.

Selanjutnya yang ketiga: Tidaklah suatu kaum yang enggan mengeluarkan zakat malnya, baik para petani, pedagang, pengusaha dan orang-orang berkewajiban mengeluarkan zakatnya, kemudian mereka tidak mengeluarkannya, niscaya Allah akan menimpakan kepada mereka siksa dan malapetaka dengan tidak diturunkannya hujan dari langit, dan bila karena tidak ada binatang ternak, niscaya Allah tidak akan menurunkan hujan selama-lamanya, maknanya bahwa Allah lebih mencintai binatang-binatang ternak dibandingkan orang-orang berharta namun tidak mengeluarkan zakat hartanya.

Yang keempat: Tidaklah suatu kaum mengingkari janji antara dirinya dengan Allah dan RasulNya, melainkan Allah akan mendatangkan kepada mereka musuh-musuh yang bukan dari golongan mereka, lalu merampas sebagian harta yang ada pada mereka.

Selanjutnya yang kelima: Bahwa sungguh tidaklah suatu kaum, dimana pemimpin-pemimpin mereka, imam-imam mereka sudah tidak tunduk dan berhukum dengan Kitabullah Al-Qur’an, maka Allah akan mengadzab mereka dengan kesengsaraan dan perpecahan di antara mereka. Dalam kaitannya berhukum dengan selain hukum Allah (Kitabullah), setelah iqomatul hujjah sampai kepada mereka.
Sahabat Ibnu Abbas berkata:

مَنْ جَحَدَ مَا أَنْزَلَ اللهُ فَقَدْ كَفَرَ

Yang artinya: “Siapa yang menolak apa yang diturunkan oleh Allah, maka telah kafir”. (Lihat Tafsir Al-Thobari, VI/149).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

وَمَتَى تَرَكَ الْعَالِمُ مَا عَلِمَهُ مِنْ كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رُسُوْلِهِ وَاتَّبَعَ حُكْمَ الْحَاكِمِ الْمُخَالِفِ لِحُكْمِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ كَانَ مُرْتَدًّا كَافِرًا يَسْتَحِقُّ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ.

“Dan kapan saja seorang alim meninggalkan apa yang dia ketahui dari Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya lalu mengikuti hukum penguasa (pemerintah) yang bertentangan dengan hukum Allah dan RasulNya, maka ia telah murtad dan kafir serta pantas baginya mendapatkan siksa di dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 35/373).
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah berkata:

إِنِ اعْتَقَدَ أَنَّ الْحُكْمَ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ غَيْرَ وَاجِبٍ وَأَنَّهُ مُخَيَّرٌ فِيْهِ مَعَ تَيَقُّنِهِ أَنَّهُ حُكْمُ اللهِ، هَذَا كُفْرٌ أَكْبَرُ.

Yang artinya: “Jika seseorang berkeyakinan bahwa berhukum dengan hukum Allah adalah tidak wajib, dan meyakini bahwa boleh memilih (antara berhukum dengan hukum Allah ataupun tidak) serta berkeyakinan bahwa yang demikian itu adalah hukum Allah juga, ini adalah kufur akbar.” (Madarijus Salikin, I/337).
Ma’asyiral Muslimin … Sidang Jum’at yang berbahagia.
Bila kita mencermati lebih dalam sesungguhnya banyak ayat Al-Qur’an yang mengisahkan tentang dibinasakannya umat-umat terdahulu sebagai ibroh (pelajaran) bagi umat yang datang kemudian.

بَارَكَ اللهُ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعِنْي وَإِيَّاكُمْ بِالآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، إِنَّهُ هُوَ الَّسِمْيُع اْلعَلِيْمُ، فَاسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah …
Pada khotbah yang kedua ini, khotib mewasiatkan kepada para jama’ah sekalian untuk selalu bermuhasabah terhadap segala amal ibadah yang telah kita lakukan selanjutnya untuk menutup khutbah Jum’at pada siang hari ini, marilah kita berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari segala melapetaka yang akan menimpa kita sekalian.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ.

Oleh: M. Nur Jannata