Pada edisi kali ini buletin an-Nur kembali menyajikan sebuah kisah Islami yang sangat menggugah jiwa. Kisah yang tak kalah menarik untuk dibaca, sarat dengan pelajaran dan hikmah, serta sangat tepat untuk diteladani dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sebuah kisah yang diangkat dari Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak diragukan lagi keshahihannya.

Semoga dapat menjadi tambahan khazanah pengetahuan kaum muslimin.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasannya dia telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil yang belang, yang botak, dan yang buta. Allah Ta’ala hendak menguji mereka, lalu Dia mengutus satu malaikat kepada mereka. Kemudian Malaikat mendatangi yang belang seraya berkata, “Apa yang paling kamu sukai?” “Warna yang bagus, kulit yang indah dan hilangnya apa yang menjadikan orang lain jijik kepadaku,” jawab si belang. Kemudian malaikat itu mengusapnya sehingga hilanglah kotoran yang ada pada dirinya dan diberikan warna yang sangat bagus dan kulit yang indah. Lebih lanjut malaikat itu bertanya, “Harta benda apa yang paling kamu sukai?” dia menjawab, “Unta.” – Atau dia berkata, “Sapi.” – si perawi ragu. Lalu diberikan kepadanya unta yang sedang hamil, dan Malaikat itu berkata, “Mudah-mudahan Allah ‘Azza Wajalla memberikan berkah kepadamu melalui unta itu.”

Setelah itu, Malaikat mendatangi orang yang botak dan bertanya, “Apa yang paling kamu sukai?” jawabnya, “Rambut yang indah dan dihilangkannya apa yang menjadikan diriku dihinakan oleh orang-orang.” Lalu Malaikat itu mengusapnya sehingga apa yang menjadikannya terhina itu hilang dari dirinya dan diberikan rambut yang bagus kepadanya. “Lalu harta benda apa yang paling kamu inginkan?”, tanya Malaikat. Si botak itu menjawab, “Sapi.” Kemudian diberikan kepadanya sapi yang sedang hamil. Dan Malaikat berkata, “Semoga Allah Ta’ala memberikan berkah kepadamu melalui sapi ini.”

Selanjutnya, Malaikat mendatangi si buta dan bertanya, “Apa yang paling kamu sukai?” “Aku ingin Allah Ta’ala mengembalikan pandanganku kepadaku sehingga aku dapat melihat orang-orang”, jawab si buta. Kemudian Malaikat itu mengusapnya, sehingga Allah Ta’ala pun mengembalikan penglihatannya. Lebih lanjut, Malaikat bertanya, “Harta benda apa yang paling kamu sukai?” Dia menjawab, “Kambing.” Kemudian diberikan kepadanya seekor kambing yang sedang hamil.

Hingga akhirnya, unta, sapi, dan kambing itu berkembang biak. Dan si belang mempunyai satu lembah unta. Si botak mempunyai satu lembah sapi, dan si buta juga mempunyai satu lembah kambing.

Kemudian, Malaikat mendatangi si belang itu dengan penampilan seperti dirinya dulu dan dalam keadaan seperti yang dialaminya (berpenyakit belang), seraya berkata, “Sesungguhnya aku adalah seorang yang miskin dan aku telah kehabisan perbekalan di tengah-tengah perjalananku ini. Sehingga sekarang tidak ada yang (kuharap) memberi pertolongan kecuali hanya Allah Ta’ala, kemudian (kuharap) kamu pun mau memberi bantuan. Aku meminta seekor unta kepadamu dengan menyebut Rabb yang telah memberimu warna yang bagus, kulit yang indah, serta harta benda, sehingga dengannya aku dapat melanjutkan perjalananku ini.” Maka si belang itu berkata, “Hak-hak (yang harus aku berikan) sangat banyak (sehingga aku tidak dapat membekalimu apa-apa).” Kemudian Malaikat itu berkata, “Kalau tidak salah aku pernah mengenalmu. Bukankah engkau dulu seorang yang berpenyakit belang, yang dihinakan oleh orang-orang, seorang yang miskin, lalu Allah Ta’ala memberimu karunia.” Maka si belang itu berkata, “Sesungguhnya kekayaan ini aku peroleh secara turun temurun dari ayah, dan ayah memperolehnya dari kakek.” Lalu malaikat berkata, “Jika engkau berbohong, maka semoga Allah Ta’ala akan menjadikan dirimu seperti keadaanmu semula.”

Selanjutnya, malaikat itu mendatangi si botak dalam wujud seperti dirinya dahulu (botak). Lalu malaikat itu berkata kepadanya seperti yang telah dikatakan kepada si belang. Dan si botak itu pun menjawab seperti yang telah dilakukan oleh si belang. Maka Malaikat pun berkata, “Jika kamu berbohong, mudah-mudahan Allah Ta’ala akan mengembalikan dirimu seperti apa yang kamu alami dulu.”

Setelah itu, Malaikat mendatangi si buta dengan wujud dan penampilan seperti dirinya semula. Lalu Malaikat itu berkata, “Aku ini seorang miskin dan tengah dalam perjalanan. Telah habis bekal perjalananku, dan sekarang tidak ada yang dapat mengantarkan diriku (sampai kepada tujuan) melainkan hanya Allah Ta’ala, kemudian (aku berharap) engkau mau menolongku. Aku meminta seekor kambing kepadamu dengan menyebut Rabb yang telah mengembalikan penglihatanmu kepadamu, yang dapat mengantarkan diriku sampai dalam perjalananku.” Maka dia pun berkata, “Aku dulu seorang yang buta, lalu Allah Ta’ala mengembalikan penglihatanku kembali. Oleh karena itu, ambillah apa saja yang kamu sukai dan tinggalkan apa yang kamu kehendaki. Demi Allah, aku tidak akan membebani dirimu (meminta ganti) dari sesuatu yang telah engkau ambil karena Allah.” Maka Malaikat itu berkata, “Peganglah atau peliharalah hartamu, sebenarnya kalian tengah diuji. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah meridhaimu dan Dia murka terhadap kedua orang sahabatmu.” (Muttafaq ‘alaih).

Kandungan Hadits:

  • Diperbolehkan untuk membicarakan umat-umat terdahulu, khususnya Bani Israil, di mana di kalangan mereka terdapat berbagai keajaiban dan penyebutan sesuatu (kisah) telah disepakati terjadi pada mereka, agar diperhatikan oleh orang yang mendengarnya.

  • Kewajiban mensyukuri nikmat dan tidak mengingkarinya, karena hal itu yang menjadi sebab keberkahan dan bertambah banyak.

  • Keutamaan sedekah dan perintah untuk mengasihi orang-orang lemah, menghormati, dan mengantar mereka sampai kepada tujuannya.

  • Di antara sifat yang paling tercela adalah kikir. Kekikiran itu yang telah mengakibatkan dua orang itu melupakan nikmat Allah Ta’ala dan bahkan mengingkarinya.

  • Kekikiran dan kedustaan mengakibatkan kemarahan dan kemurkaan Allah Ta’ala, sebagaimana yang telah menimpa si belang dan si botak.

  • Kejujuran dan kedermawanan merupakan sifat terpuji dan kedua sifat tersebut dimiliki oleh si buta. Kedua sifat itu pula yang telah membawanya bersyukur dan bermurah hati, sehingga akhirnya dia memperoleh keridhaan Allah Ta’ala.

  • Pahala dari Allah Ta’ala didasarkan pada lahiriyah perbuatan dan sesuai dengan niat yang melandasinya.

  • Hadits di atas mengandung pengarahan dan bimbingan melalui kisah tersebut. Sebab, pengaruhnya sangat besar di dalam jiwa dibanding sekedar memberi nasihat.

  • Kemampuan Malaikat untuk mengubah diri dalam bentuk manusia.

  • Diperbolehkan meminta dengan menyebut (nama) Allah Ta’ala.

  • Keberkahan itu jika telah melekat pada sesuatu, akan menjadikan jumlah yang sedikit menjadi banyak. Demikian juga sebaliknya. Wallahu a’lam.

Oleh: Abu Nabiel Muhammad Ruliyandi
Sumber: Disadur dari kitab “Bahjatun-Nadzirin Syarah Riyadhush-Shalihin”
Penulis: Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly