Dalil-dalil Yang Menetapkan Eksistensi Kesurupan Dan Masuknya Jin Ke Dalam Tubuh Manusia.

  • Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275). Al-Imam al-Qurtubi rahimahullah berkata, “Di dalam ayat ini terdapat dalil atas batalnya hujjah orang yang mengingkari kesurupan (kemasukan jin), dan menganggap bahwa hal tersebut merupakan bagian dari pembawaan lahir dan sesungguhnya setan tidak berjalan pada diri manusia dan tidak pula masuk ke dalamnya.” (lihat: Tafsir al-Qurtubi, 30/230)

  • Dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan at-Thabrani dari hadits Ummu Abban binti al-Wazi’ dari bapaknya, dari kakeknya bahwasanya ia pernah pergi ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa anaknya yang kesurupan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Dekatkan ia kepadaku dan hadapkan punggungnya di depanku,” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuka pakainnya dari atas sampai bawah lalu memukul punggungnya seraya berkata, ‘Keluarlah wahai musuh Allah !,’ kemudian ia pun kembali melihat dengan pandangan yang benar (sembuh).”

  • Dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Shafiyyah binti Huyay radhiallahu ‘anha, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya setan mengalir di dalam tubuh anak cucu Adam melalui pembuluh darah.”

Sebab-sebab Kesurupan (Kerasukan Jin)

Berikut ini adalah ringkasan dari sebab-sebab masuknya jin pada tubuh manusia (lihat: wiqayatu al-Insani min al-Jinni wa asy-Syaitani, Karya: Syaikh Wahid Abdus Salam Bali):

  • Karena kecintaan jin yang sangat besar kepada manusia tersebut.

  • Karena kezhaliman manusia terhadap jin, seperti menyiramkan air panas kepadanya, menindihi jin dari tempat yang tinggi atau dengan kencing di lubang atau selainnya.

  • Karena kezhaliman jin terhadap manusia seperti merasukinya tanpa sebab, sedangkan dia tidak rela de-ngan hal itu.

Cara Mencegah Dari Kesurupan Jin Sebelum Terjadi.

  • Membiasakan untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala secara terus-menerus dan mendekatkan diri kepadaNya dengan menjalankan ketaatan-ketaatan, karena sesungguhnya ketika manusia semakin dekat dengan Allah Ta’ala, setan pun akan semakin jauh dari manusia.

  • Membaca bismillah ketika mengerjakan sesuatu, khususnya pada kondisi berikut:

    • a. Ketika meloncat dari tempat yang tinggi.

    • b. Ketika melempar sesuatu ke tanah/ bumi seperti menyiramkan air panas atau melempar sesuatu yang berat.

    • c. Ketika melewati tempat-tempat yang dilalui oleh binatang liar atau tempat-tempat yang gelap atau tempat-tempat sepi.

  • 3. Berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan dzikir-dzikir yang terbatas dengan waktu, seperti dzikir pagi petang, ketika hendak makan dan yang lainnya.

  • 4. Tidak membunuh ular-ular yang berada di dalam rumah kecuali setelah memohon dengan nama Allah Ta’ala agar dia mau keluar.

  • 5. Tidak mendengarkan lagu dan musik.

  • 6. Tidak melihat wanita-wanita (bukam mahram) dan seluruh yang diharamkan Allah Ta’ala dan tidak berdua-duaan dengan mereka (khalwat) karena wanita-wanita merupakan perangkap dan pancingan setan.

  • 7. Bersungguh-sungguh dalam menjaga shalat berjama’ah.

  • 8. Larangan tinggal di tempat-tempat reruntuhan bangunan, kamar mandi, kuburan-kuburan dan tempat-tempat kosong/ sepi dan larangan untuk shalat di kandang unta serta larangan shalat ketika terbit atau terbenamnya matahari.

  • 9. Membiasakan berjama’ah dan tidak menyendiri seperti ketika bepergian atau masuk ke padang sahara atau tanah yang lapang, maka jika terpaksa hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah Ta’ala dan memohon perlindungan kepadaNya.

  • 10. Larangan kencing di lubang atau larangan bersuci dengan menggunakan tulang atau kotoran binatang.

  • 11. Dianjurkan berwudhu sebelum tidur dan membaca dzikir sebelum tidur serta meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala.

  • 12. Menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat karena hal tersebut dapat menjauhkan seseorang dari Allah Ta’ala dan mendekatkan dirinya kepada setan.

Terapi Atau Pengobatan Terhadap Orang-orang Yang Kesurupan.

  • Tahap Pertama: Tahap Terapi/ Pengobatan.

    Hendaklah meletakkan tanganmu di atas kepala pasien dan membacakan dengan tartil ayat-ayat (al-Qur’an) yang dapat mengusir setan, seperti membaca al-Fatihah; ayat Kursi; tiga ayat terakhir dari surat al-Baqarah; al-Mu’awidzatain (surat al-Falaq dan an-Naas); al-Ikhlas; dan semua surat-surat dan ayat-ayat yang memiliki keutamaan “dapat mengusir setan”.

  • Tahap keDua: Tahap pasca terapi/ Pengobatan.

    Tahapan ini adalah tahapan yang berat karena dalam tahap ini memungkinkan jin untuk kembali lagi ke dalam tubuh pasien, oleh karena itu wajib atasnya hal-hal berikut :

    • Menjaga shalat berjamaah.

    • Berdzikir kepada Allah Ta’ala dalam setiap waktu, khususnya pada waktu-waktu tertentu (yang disunnahkan).

    • Hendaklah pasien tersebut kembali kepadamu, agar kamu membacakan kepadanya (meruqyah) setelah beberapa saat, atau dengan memberikan air yang dibacakan ayat-ayat yang dapat mengusir setan, kemudian sebagian dia minum dan sebagiannya ia gunakan untuk mandi.

    • 4. Membaca bismillah ketika hendak melakukan sesuatu.

    • 5. Mendengar dan menyimak ayat al-Qur’an dan membacanya.

    Peringatan-peringatan Bagi Penerapi

    • Jin terkadang datang berteriak-teriak, memanggil-manggil, menakut-nakuti dan mengancam, maka janganlah kamu takut kepadanya, akan tetapi pukullah dia dan beri pelajaran kepadanya (dengan menghukumnya), maka niscaya dia akan menjadi tenang dengan izin Allah Ta’ala dan bacakanlah pula kepadanya firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah.”

    • Jin terkadang mencaci maki atau menghinamu, maka janganlah kamu marah.

    • Jin terkadang berkata kepadamu, “Kamu adalah seorang lelaki yang shalih dan aku akan keluar karena kemuliaanmu,” maka katakan kepadanya, “Saya adalah hamba Allah Ta’ala yang lemah dan keluarlah kamu semata-mata karena ketaatanmu kepada Allah Ta’ala dan rasulNya shallallahu ’alaihi wasallam.”

    • Terkadang kamu akan menemukan jin yang sangat keras kepala, maka dalam kondisi seperti ini, ambillah setengah gelas air dan dekatkan dari mulutmu, lalu tiupkan padanya (gelas tersebut) setelah membaca ayat-ayat ruqyah, lalu minumkan padanya (pasien tersebut), maka jin tersebut akan merasa ketakutan dan mematuhimu, serta akan keluar dengan izin Allah Ta’ala. Jika dia belum keluar, maka teruslah kamu membacakannya, walaupun setelah selang beberapa saat sampai dia keluar dengan izin Allah Ta’ala.

    • Hendaklah ruqyah dibaca dengan tartil, Khusyu’ dan dengan suara yang terdengar.

    • Jin terkadang meminta syarat-syarat tertentu, maka jika dalam syarat-syarat tersebut merupakan bentuk ketaatan pada Allah Ta’ala dan RasulNya shallallahu ’alaihi wasallam, maka tidak mengapa memenuhi syarat-syarat tersebut, akan tetapi sampaikan kepadanya bahwa dia melaksanakan perbuatan ini bukan karena ketaatan kepadanya, akan tetapi semata-mata hanya menaati Allah Ta’ala. Dan jika jin tersebut menyuruh kepada maksiat, maka janganlah dituruti permintaannya. Akan tetapi berilah dia hukuman atas hal itu.

    • Jika Allah Ta’ala menjauhkan/ memalingkan jin tersebut dari si pasien, maka suruhlah dia dan orang yang bersamanya agar mereka sujud kepada Allah Ta’ala sebagai rasa syukur kepadaNya karena telah menyelamatkan mereka dari jin yang zhalim ini, begitu juga hendaknya kamu sujud sebagai rasa syukur kepada Allah Ta’ala atas taufikNya kepadamu dengan menghilangkan kezhaliman ini.

    • Apabila Allah Ta’ala telah menjauhkan/ memalingkan jin melalui perantara kedua tanganmu, maka janganlah kamu berkata, “Aku telah mengeluarkannya (jin tersebut) atau aku telah menjauhkan/ memalingkannya”, akan tetapi katakanlah, “Sesungguhnya Allah Ta’ala lah yang telah menjauhkan/ memalingkannya, atau Allah Ta’ala lah yang telah mengeluarkannya.” Dan waspadalah kamu dari sifat membanggakan diri (ujub), sesungguhnya hal itu merupakan jalan /tempat-tempat masuknya setan yang paling besar.

    Oleh : Abu Nabiel
    SUMBER: Ash-Shahih al-Burhan Fima Yatrudu asy-Syaithan, Ali bin Muhammad bin Mahdi al-Qarni