Bagi yang memahami peta politik dan kondisi sebenarnya di Iraq, di mana kaum Sunni menjadi korban utamanya, tentu akan berpandangan bahwa tidak mudah mendamaikan komplik sektarian di sana. Apalagi, dalam kondisi kaum Sunni sebagai orang-orang yang teraniaya dan harus membela diri.!! Di samping, akibat pendudukan negara-negara penjajah itu, fakta seperti ini tidak dapat dikesampingkan begitu saja.!

Dua hari yang lalu, kantor wakaf kaum Sunni Iraq, mengadakan seminar kelimanya sejak invasi Amerika di Iraq tahun 2003 lalu. Seminar ini terpaksa diadakan di sejumlah hotel di Amman karena faktor keamanan.

Syaikh Abdul Sattar Abdul Jabbar, juru bicara seminar itu menegaskan, para ulama di bidang fiqih dan as-Sunnah, baik dari dalam mau pun luar negeri Iraq akan mengkaji permasalahan di Iraq secara umum dan masalah-masalah sektarian lainnya. Termasuk, sejumlah pelanggaran yang dilakukan terhadap para pemuka agama dan tempat-tempat ibadah. Demikian seperti dilansir surat kabar ‘El-Ray’, yang terbit di Yordania.

Syaikh Abdul Sattar menjelaskan, undangan juga dilayangkan kepada para tokoh agama Syiah agar ikut menghadiri seminar tersebut, yang akan mengumpulkan sebanyak 200 orang ulama. Namun karena kesibukan dengan acara masing-masing, ada banyak dari mereka yang tidak dapat hadir.

Juru bicara itu menyiratkan kerugian yang dialami kaum Sunni, sebanyak 260 imam dan khatibh dibunuh, 190 buah masjid dihancurkan dan 40 masjid Sunni lainnya disita sejak peledakan yang terjadi di Samra pada Februari 2006 lalu. Di Iraq sendiri terdapat sebanyak 6000 buah masjid.!?

Para ulama Sunni mengatakan, milisi-milisi Syiah telah mengambil alih ratusan masjid yang dimiliki kaum Sunni sejak invasi Amerika terhadap Iraq. Mereka juga melakukan pembunuhan terselubung dan terencana serta aksi pembersihan terhadap ratusan ulama dan khatib Sunni dalam kejadian-kejadian yang disebut sebagai pembunuhan terhadap identitas.!? (ismo/AH)