Tuntutan Keempat : Shabar.

Sabar dalam menjalankan kandungan Al-Qur’an seperti perintah-perintah, larangan-larangan, kewajiban-kewajiban jasad dan harta, memaksakan diri dan nafsu untuk pasrah dan tunduk kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Semua ini tidak akan terwujud bagi seseorang kecuali bila disertai dengan kesabaran dan mujahadah –tentunya setelah mendapat taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala serta selalu membayangkan lezatnya balasan kesaba-ran tersebut yang akan ia peroleh di dunia dan di akhiratnya kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar-lah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Az-Zumar: 10)
Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan : “Sabar di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak lebih dari 90 kali. Bersabar itu wajib menurut ijma` ulama, ia juga merupakan bagian (separoh) dari iman, karena iman itu mempunyai dua bagian, sebagian adalah sabar dan sebagian lagi adalah bersyukur. Kesyukuran disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali”.

Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah-perintah Dien Islam itu berbeda-beda bebannya bagi jiwa, ada yang mudah dilakukan dan jiwa pun tunduk untuk melakukannya, dan ada pula yang berat untuk dilakukan dan jiwa merasa malas atau lalai melakukannya. Sebagai contoh, shalat lima waktu, shalat Shubuh tidak seperti shalat Zhuhur atau Maghrib bagi jiwa dan ini kita saksikan di masjid-masjid. Akan tetapi apabila rasa cinta kepada Allah kuat dan tertanam di dalam hati seorang muslim dan ia mempunyai keikhlasan yang tinggi serta hanya berharap pahala dari Allah, maka semua ibadah akan terasa ringan baginya, bahkan ia merasakan kenikmatan dan kelezatan serta ketenangan dengan melakukannya. Inilah yang digarisbawahi oleh Ibnul Qayyim –rahimahullah- di dalam kajiannya tentang macam-macam sabar, dimana ia mengatakan:

Sabar bersama Allah adalah kepatuhan seorang hamba kepada kehendak Allah dan kepada hukum-hukum-Nya yang ia lakukan dengan penuh kesabaran, berjalan menurut ketentuannya dan ikut ke mana saja hukum dan kehendak Allah membawanya dan singgah di mana saja ia dipersinggahkan. Inilah makna sabar bersama Allah, yang berarti menjadikan diri sebagai wakaf bagi perintah dan segala apa saja yang dicintai-Nya. Inilah macam kesabaran yang paling sulit dan paling berat, dan inilah sabarnya orang-orang siddiqin.

Al-Baidhawi di dalam tafsirannya terhadap ayat mushabarah di dalam surah Ali Imran:
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaq-walah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Ali Imran: 200)
Beliau berkata : Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dalam menghadapi berbagai kesulitan menjalankan ketaatan dan berbagai musibah yang menimpa kamu.