Tidak ada nabi dan rasul sesudahnya, kerasulan dan kenabian telah ditutup oleh Allah dengan diangkat dari diutusnya Muhammad sebagai rasul. Dialah nabi akhir zaman yang tiada nabi sesudahnya, kalaupun sesudahnya kenabian dan kerasulan diklaim oleh beberapa orang akan tetapi mereka semua adalah kadzdzab (pembual besar).

Firman Allah, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 40).

Imam Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini merupakan nash bahwa tidak ada nabi setelahnya, jika tidak ada nabi setelahnya berarti tidak ada rasul setelahnya dan ia lebih pantas dan lebih layak untuk tidak ada karena risalah lebih khusus daripada nubuwah. Semua rasul adalah nabi bukan sebaliknya.”

Sabda Nabi saw,

إِنَّ لِي أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ ، وَأَنَا المَاحِي يَمْحُواللهُ بِيَ الكُفْرَ وَأَنَا الحَاشِرُ الَذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيَّ ، وَأَنَا العَاقِبُ وَالعَاقِبُ الّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ .

“Sesunguhnya aku mempunyai banyak nama, aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah al-Mahi (penghapus) yang mana Allah menghapus kekufuran dengan diriku. Aku adalah al-Hasyir (yang mengumpulkan) di mana manusia nanti akan dikumpulkan di hadapanku, aku adalah al-Aqib, aqib adalah yang sesudahnya tidak ada nabi.” (HR. Muslim dari Jubair bin Muth’im).

Sabda Nabi saw,

فُضِّلْتُ عَلَى الأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ ، أُعْطِيْتُ جَوَامِعَ الكَلِمِ ، وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الغَنَائِمُ ، وَجُعِلَتْ لِيَ الأَرْضُ طَهُوْرًا وَمَسْجِدًا ، وَأُرْسِلْتُ إِلَى الخَلْقِ كَافَّةً ، وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّوْنَ .

“Aku diistimewakan di atas para nabi dengan enam perkara: aku diberi jawami’ul kalim (ungkapan pendek namun mencakup makna yang luas), aku dimenangkan dengan rasa ketakutan (di hati musuh-musuhku), untukku dihalakan ghanimah (rampasan perang), bagiku dijadikan bumi sebagai alat bersuci dan tempat sujud, dan aku diutus kepada makhluk semuanya, dan denganku para nabi ditutup.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Al-Hafizh Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah Taala di dalam kitabNya dan rasulNya dalam sunnah yang mutawatir darinya telah mengabarkan bahwa tidak ada nabi sesudahnya agar para hamba mengetahui bahwa siapa pun pengklaim kedudukan ini setelahnya maka dia adalah pembual besar lagi pendusta ulung, penipu agung, sesat lagi menyesatkan.”

Muhammad saw diutus kepada semua manusia termasuk jin

Artinya iman kepada Muhammad saw sebagai rasul belum sah sehingga yang bersangkutan meyakini bahwa agama yang dibawa olehnya tidak hanya diperuntukkan kepada wilayah atau bangsa atau suku atau ras tertentu saja akan tetapi ia adalah risalah alamiyah yang mencakup seluruh manusia di bumi tanpa tersekat oleh wilayah, bangsa atau warna. Jika ada yang berkata, risalah Muhammad hanya untuk orang-orang Arab saja –misalnya- maka gugurlah syahadat risalahnya.

Firman Allah, “Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158).

Firman Allah, “Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Qur`an) kepada hambaNya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al-Furqan: 1).

Firman Allah, “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (Saba`: 28).

Sabda Nabi saw,

عن جابر بن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” أُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي … كَانَ النَّبِي يُبْعَثُ إِلىَ قَوْمِهِ وَبُعِثْتُ إِلىَ النَّاسِ عَامَةً .

Dari Jabir bin Abdullah berkata Rasulullah saw bersabda, “Aku diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumku … nabi sebelumku diutus kepada kaumnya sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Adapun dalil yang menetapkan bahwa risalah beliau mencakup jin adalah firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) mereka berkata, ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, ‘Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepadaNya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.” (Ahqaf: 29-31).

Bacaan al-Qur`an yang mereka dengarkan di sini adalah bacaan Rasulullah saw dan yang mereka maksud dengan orang yang menyeru tidak lain hanyalah Nabi saw.