Islam kaya akan anak-anak muda yang unggul pintar dan cerdik sekali pun usia mereka masih sangat muda, berikut ini adalah anak-anak muda yang unggul dalam usia yang relatif sangat muda.

Ibnu Abbas

Keunggulan laki-laki yang berjuluk Habr Ummah (ulama umat) dan Turjuman al-Qur`an (penerjemah al-Qur`an) tidak dipungkiri, hal itu dia raih dalam usia yang sangat muda, dalam usia tersebut dia mengalahkan orang-orang yang usianya jauh di atasnya. Keunggulannya kembali kepada dua hal, pertama: doa Rasulullah saw untuknya, kedua, kegigihannya dalam menempa diri dan melatih diri.

Doa Rasulullah saw untuknya

Al-Bukhari meriwayatkan dari hadits Ibnu ‘Abbas berkata, “Nabi saw merapatkan diriku pada dada beliau sambil berdo’a, ‘Ya Allah, ajarkanlah hikmah kepadanya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Imam Ahmad dari hadits Ibnu ‘Abbas, “Rasulullah saw berada di rumah Maimunah, lalu aku meletakkan untuknya air wudhu sejak malam.” (Ibnu ‘Abbas) berkata, “Maimunah berkata, ‘Wahai Rasulullah, ‘Abdullah bin ‘Abbas meletakkan (air ini) untukmu.’ Lalu Rasul berkata, ‘Ya Allah, berikanlah pemahaman agama baginya dan ajarkanlah tafsir al-Qur-an kepadanya.”

Di dalam riwayat at-Tirmidzi dari hadits Ibnu ‘Abbas berkata, “Rasulullah mendo’akanku sebanyak dua kali agar aku diberi hikmah.”

Kegigihan Ibnu Abbas dalam menempa diri

Hafizh Ibnu Katsir berkata di dalam al-Bidayah wa an-Nihayah 8/298 tentang biografi Ibnu Abbas, Ikrimah berkata, Ibnu Abbas berkata, ketika Rasulullah saw wafat aku berkata kepada seorang laki-laki dari Anshar, “Marilah kita bertanya kepada sahabat-sahabat Rasulullah saw, pada hari ini mereka berjumlah besar.” Dia menjawab, “Kamu ini aneh wahai Ibnu Abbas, apakah kamu mengira orang-orang akan membutuhkanmu sementara sahabat-sahabat Rasulullah saw yang ada di antara mereka adalah seperti yang kamu ketahui.”

Dia berkata, orang itu tidak berkenan, maka aku maju bertanya kepada para sahabat Rasulullah saw, jika ada hadits yang aku dengar pada seseorang maka aku datang ke rumahnya sementara dia sedang istirahat di tengah hari, maka aku membeber kainku di depan pintunya melindungiku dari debu yang tertiup angin, lalu laki-laki tersebut keluar dan melihatku, dia berkata, “Wahai sepupu Rasulullah saw, apa yang membuatmu datang ke sini? Mengapa kamu tidak memintaku untuk hadir kepadamu?” Aku menjawab, “Tidak, aku lebih berhak untuk datang kepadamu.” Dia berkata, “Maka aku bertanya tentang hadits kepadanya.”

Ibnu Abbas berkata, orang Anshar tersebut berumur panjang sehingga dia melihatku sementara orang-orang berkumpul di sekelilingku bertanya kepadaku, dia berkata, “Anak muda ini lebih mengerti daripada aku.”

Muhammad bin Abdullah al-Anshari berkata, Muhammad bin Amru bin Alqamah menyampaikan kepada kami, Abu Salamah menyampaikan kepada kami dari Ibnu Abbas berkata, “Aku mendapatkan kebanyakan ilmu Rasulullah saw ada di kampung Anshar ini, aku beristirahat siang di pintu salah seorang dari mereka, kalau aku mau dia mengizinkanku niscaya dia mengizinkanku, akan tetapi aku melalukan ini demi mencari kerelaan hatinya.” Diriwayatkan oleh Abu Khaetsamah an-Nasa’i di dalam kitab al-Ilm hal. 141.

Bukti Keunggulan Ibnu Abbas

Umar menyertakan Ibnu ‘Abbas dalam berbagai majelis, karena dia melihat kecerdasan dan keluasan ilmunya.

Al-Bukhari meriwayatkan dari hadits Ibnu ‘Abbas berkata, “‘Umar menyertakanku ke dalam pertemuan tokoh-tokoh perang Badar, hal ini membuat sebagian dari mereka merasa keberatan dia berkata, ‘Kenapa engkau menyertakan anak ini bersama kita, padahal kita punya anak-anak sepertinya?’ Kemudian ‘Umar berkata, ‘Sesungguh-nya dia adalah orang yang kalian ketahui (kecerdasannya).’ Lalu pada suatu hari dia memanggilnya dan menyertakannya ke da-lam kelompok mereka, aku mengira Umar tidak memanggilku kecuali hanya untuk memperlihatkan (kemampuanku) kepada mereka.’ Umar bertanya, ‘Apakah pendapat kalian tentang firman Allah Ta’ala, ‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.’ Lalu sebagian dari mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kita semua diperintahkan untuk memuji Allah dan memohon ampunan kepada-Nya ketika kita mendapatkan pertolongan dan kemenangan.’ Sedangkan yang lainnya terdiam tidak berbicara sama sekali, lalu beliau berkata kepadaku, ‘Apa-kah seperti itu pendapatmu wahai Ibnu ‘Abbas?’ ‘Tidak,’ jawab-ku. ‘Jadi bagaimana?’ Tanya ‘Umar. Jawabku, ‘Itu adalah isyarat yang Allah beritahukan kepada beliau bahwa ajal Rasulullah sudah dekat, firman Allah, ‘Apabila telah datang per-tolongan Allah dan kemenangan,’ itu adalah tanda ajal bagi-mu, ‘Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.’ Lalu ‘Umar berkata, ‘Aku tidak mengetahui sesuatu tentangnya kecuali apa yang engkau katakan.’”

Al-Bukhari dari jalan ‘Ubaid bin ‘Umair, dia berkata: ‘Umar pada suatu hari bertanya kepada para Sahabat Nabi , ‘Tentang apakah ayat ini turun? ‘Apakah ada salah seorang di antara kamu yang ingin mempunyai kebun…?’(Al-Baqarah: 266) Mereka menjawab, ‘Allaahu a’lam.’ Lalu ‘Umar marah dan berkata, ‘Katakan saja, tahu atau tidak tahu.’ Kemudian Ibnu ‘Abbas berkata, ‘Sepertinya aku tahu wahai Amirul Mukminin.’ ‘Umar ber-kata, ‘Wahai anak saudaraku, katakan saja dan janganlah engkau menyepelekan dirimu sendiri.’ Ibnu ‘Abbas berkata, ‘Ayat ter-sebut merupakan sebuah perumpamaan bagi sebuah amal.’ ‘Umar berkata, ‘Amal apakah?’ ‘Untuk sebuah amal,’ jawab-nya. ‘Umar berkata, ‘Ayat ini adalah perumpamaan bagi orang kaya yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah, ke-mudian Allah mengutus syaitan kepadanya sehingga dia me-lakukan kemaksiatan, yang pada akhirnya syaitan tersebut menenggelamkan amalnya.’”

Hadits senada diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab al-Mushannaf dari hadits Ibnu ‘Abbas, “Sesungguhnya ‘Umar bertanya kepada para Sahabat Rasulullah tentang sesuatu.” (Ibnu ‘Abbas) berkata, “Lalu dia ber-tanya kepadaku dan aku pun menjawabnya, selanjutnya dia berkata, ‘Apakah kalian mencelaku karena kalian membawa sesuatu yang dibawakan oleh anak ini, yang hitam rambutnya belum menyatu?”

Abdullah bin Imam Ahmad juga meriwayatkan dari jalan Syaqiq, dia berkata: “Pada saat Ibnu ‘Abbas menjadi Amirul Haj, dia berkhutbah, dia me-ngawali khutbahnya dengan membacakan surat an-Nuur ke-mudian menjelaskannya. Seorang tokoh dari suatu negeri ber-kata, ‘Subhaanallaah, tidak pernah aku mendengarkan sebuah ungkapan yang keluar dari seseorang (seperti ini), yang seandai-nya bangsa Turki mendengarkannya, niscaya mereka akan masuk Islam.”

Abdullah bin Imam Ahmad juga meriwayatkan dari jalan Mujahid, beliau berkata: “Jika Ibnu ‘Abbas menjelaskan sesuatu, maka aku melihat cahaya padanya.” (Izzudin Karimi)