DATA BUKU

Judul Asli : Taisir al-Karim ar-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan.
Judul Terjemah : Tafsir al-Qur`an
Penulis : Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullaahu.
Pengantar :
1. Imam al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullaah, murid penulis.
2. Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Aqil
Pentahqiq : Sa’ad bin Fawwaz Ash-Shumail
Penerbit : PUSTAKA SAHIFA, Jakarta
Tebal buku : 3 Jilid yang sudah terbit dari 7 jilid lengkap, dengan rata-rata 600 hal. per buku
Ukuran : 16 x 24,5 cm.

URGENSI BUKU

Semua kita insya Allah sepakat akan pentingnya memahami al-Qur`an, dan untuk memahaminya adalah melalui buku-buku tafsir yang telah ditulis oleh para ulama. Tapi ini tidak cukup, karena di samping itu harus pula memperhatikan keshahihan manhaj dalam menfsirkan al-Qur`an. Dan salah satu sisi penting buku tafsir kita ini, bahwa penulisnya adalah salah seorang ulama yang teguh berpijak di antara manhaj Ahlus Sunnah.

Dalam pengantarnya, al-Allamah Ibnu Utsaimin berkata, “Tafsir ini adalah sebaik-baik buku tafsir, karena memiliki banyak keistimewaan, di antaranya adalah disuguhkan dengan gaya bahasa yang sederhana dan jelas yang dapat langsung dipahami oleh orang yang terpelajar maupun orang awam.

Keistimewaan lainnya, bahwa kitab ini menghindari kalimat-kalimat sisipan yang bertele-tele yang tidak ada manfaatnya yang hanya akan membuang-buang waktu. Yang lainnya adalah menghindari perbedaan pendapat dalam penafsiran, kecuali yang prinsipil yang memang harus disebutkan. Keistimewaan lainnya adalah bahwa buku ini tegak di atas manhaj as-Salaf ash-Shalih yang merupakan asas dalam akidah yang lurus. Dan keistimewaan lainnya adalah rinci dalam mengambil kesimpulan yang ditunjukkan oleh ayat-ayat, berupa: faidah-faidah, hukum-hukum, dan hikmah-hikmah. Sebagai contoh, Syaikh as-Sa’di, penulis, menyebutkan faidah dari ayat wudhu dalam Surat al-Ma`idah, tidak kurang dari lima puluh faidah.” Demikian Ibnu Utsaimin sampaikan secara ringkas.

Keistimewaan-keistimewaan yang disebutkan oleh al-Allamah Ibnu Utsaimin tersebut adalah urgensi pokok dari buku tafsir kita ini.
Dari sisi lain, buku tafsir as-Sa’di ini telah dirokumendasikan oleh banyak para ualam, sebagai buku tafsir primer bagi setiap muslim.

TENTANG PENULIS

Beliau adalah Syaikh al-Allamah al-Faqih, Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah as-Sa’di.

Beliau berguru kepada ulama-ulama besar di zaman beliau, dan itulah yang mengantarkan beliau muncul menjadi seorang ulama terpandang, bahkan dari didikan dan gemblengan beliaulah muncul Imam Ibnu Utsaimin yang tersohor hingga ke ujung dunia.

Beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki akidah bersih dan tegak di atas manhaj as-Salah Shalih. Lebih dari itu, beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki perhatian besar kepada karya tulis Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid beliau yang penuh bakti, Ibnul Qayyim al-Jauziyah.

Syaikh as-Sa’di adalah salah seorang ulama yang terpandang, sehingga para ulama besar Ahlus Sunnah abad dua puluh mengenang beliau dengan penuh hormat dan pujian.

Imam Ibn Baz rahimahullah berkata tentang beliau, “Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah adalah seorang yang luas ilmu fikihnya, dan memiliki perhatian yang serius terhadap yang rajih berdasarkan dalil dari masalah-masalah khilafiyah…. Tidak hanya sekali saya telah menghadiri majelis beliau di Riyadh; beliau tidak banyak bicara kecuali dalam masalah-masalah ilmu. Beliau juga seorang yang tawadhu’ (rendah hati), berakhlak mulia. Siapa yang membaca kitab-kitab karya tulis beliau, akan mengetahui keutamaan, ilmu dan perhatian beliau terhadap dalil. Maka semoga Allah melimpahkan rahmat yang luas bagi beliau.”

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah juga berkata tentang penulis tafsir ini, “Sebatas telaah saya terhadap tafsir beliau ini, jelas bagi saya bahwa beliau adalah seorang yang teliti dan selektif dalam memilih pandangan agar berdasar kepada kaidah-kaidah Syari’at, dan beliau sama sekali bukan seorang yang kaku dan fanatik. Saya telah bertemu beliau di Damaskus sebelum empat puluh tahun lebih, dan saya telah mendapatkan ilmu yang banyak dari beliau. Dan saya melihat langsung pada diri beliau sifat tawadhu’ seorang ulama, dan beliau dalam hal ini adalah sebagaimana pada umumnya ulama-ulama Najed, yang mengingatkan kepada kita akan akhlak dan sikap tawadhu’ para ulama terdahulu.”

Komentar dua orang imam besar Ahlus Sunnah ini kami kira lebih dari cukup untuk menggambarkan tingginya kedudukan penulis tafsir ini dari segi ilmu dan keutamaan, serta pentingnya mengkaji buku tafsir beliau ini.

ISI DAN METODOLOGI TAFSIR AS-SA’DI SECARA UMUM

Di awal buku ini Syaikh as-Sa’di, menulis semacam peringatan penting mengenai metodologi beliau dalam tafsir ini. Beliau berkata, “Ketahuilah bahwa metode saya dalam tafsir ini adalah bahwa saya menyebutkan makna-makna yang hadir di benak saya. Dan saya tidak hanya mencukupkan dengan menyebutkan apa yang berkaitan dengan tema-tema sebelumnya, lalu tidak menyebutkan apa yang berkaitan dengan tema-tema (serupa) yang datang kemudian; karena Allah menyebutkan ciri khas Kitab al-Qur`an ini sebagai yang diulang-ulang; dimana kabar-kabar, kisah-kisah dan hukum-hukum serta tema-tema yang bermanfaat bagi suatu hukum yang besar, disebutkan secara berulang-ulang. Dan Allah memerintahkan untuk merenungi semuanya; karena di dalam itu semua terdapat tambahan ilmu dan pengetahun, kebaikan lahir dan batin, dan demi memperbaiki segala urusan dengannya.”

Syaikh al-Albani pernah ditanya tentang Tafsir kita ini , dan beliau menjawab, “Buku tafsir tersebut sangatlah baik dan memiliki pembahasan yang baik pula.”

Metode penafsiran buku kita ini sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan menyebut penggalan ayat, lalu menyebutkan maknanya secara simpel, tanpa menyebutkan berbagai perkataan yang melebar sampai hal-hal yang faidahnya hanya sedikit. Tetapi langsung kepada makna inti ayat, dan dengan bahasan yang lugas, sehingga dengan mudah seorang pembaca dapat menyimpulkan apa yang dimaksud oleh ayat bersangkutan.

Sebagai contoh:

Firman Allah Ta’ala,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْن

(Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan).

Kata penulis, “Maknanya: kami khususkan Engkau semata dengan ibadah dan isti’anah (memohon pertolongan); karena didahulukannya obyek mengandung makna pembatasan, yaitu penetapan hukum bagi yang disebutkan dan menafikannya dari selainnya. Maka seakan-akan seseorang berkata, Kami menyembahMu saja dan tidak menyembah selainMu, memohon pertolongan hanya kepadaMu dan tidak meminta pertolongan kepada selainMu. Didahulukannya penyebutan penyembahan (ibadah) daripada memohon pertolongan adalah mendahulukan yang umum dari pada yang khusus, dan juga sebagai sebuah perhatian untuk mendahulukan hak Allah di atas hak hambaNya.

Ibadah (penyembahan) adalah satu nama yang mencakup apa-apa yang dicintai dan diridhai Allah dari perbuatan dan ucapan, yang zhahir dan yang batin. Dan isti’anah (memohon pertolongan) adalah bersandar kepada Allah dalam usaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudaratan disertai dengan keyakinan penuh terhadap Allah untuk dapat meraih hal tersebut.
Dan menegakkan ibadah dan isti’anah kepada Allah adalah sarana untuk meraih kebahagiaan abadi dan keselamatan dari semua keburukan. Maka tidak ada jalan untuk meraih keselamatan kecuali dengan menegakkan keduanya….”

Contoh berikutnya:

Firman Allah Ta’ala,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

(Tunjukilah kami jalan yang lurus).

Kata Syaikh as-Sa’di, “Maksudnya: tuntunlah kami, bimbinglah kami, dan arahkan kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang menghantarkan kepada Allah dan kepada surgaNya, yaitu mengetahui kebenaran dan melaksanakannya. Maka tunjukilah kami kepada jalan yang lurus dan tunjukilah kami di jalan yang lurus itu. Petunjuk kepada jalan yang lurus adalah berpegang teguh kepada Agama Islam dan meninggalkan agama-agama selainnya, dan petunjuk di jalan yang lurus adalah mencakup petunjuk kepada semua rincian Agama dari segi ilmu dan amal.
Maka doa ini adalah di antara doa yang paling simpel tetapi bermakna luas dan paling bermanfaat bagi seorang hamba; dan karena inilah seorang hamba diwajibkan untuk berdoa dengannya dalam setiap rakaat dari Shalatnya, karena itu adalah suatu yang sangat mendasar.

Jalan yang lurus itu ialah:

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

(jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka), yakni, dari para nabi, orang-orang yang benar (dalam beriman), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih.

غَيْرِ (bukan) jalan الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ (mereka yang dimurkai), yaitu yang mengetahui kebenaran namun meninggalkan kebenaran tersebut, seperti orang yahudi dan orang-orang yang memiliki sikap seperti mereka. Dan bukan pula jalan الضَّالِّينَ (orang-orang yang sesat), yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan, seperti orang-orang Nasrani dan orang-orang yang memiliki sikap seperti mereka.

Maka surat al-Fatihah ini, sekalipun sangat pendek (simpel), memuat kandungan yang tidak dimuat oleh satu surat pun di antara surat dalam al-Qur`an. Di mana Surat al-Fatihah ini memuat macam tauhid yang tiga….” (Demikian Syaikh as-Sa’di secara ringkas).
Kutipan ini mudah-mudahan cukup jelas menggambarkan metode penafsiran beliau dalam buku tafsir kita ini.

KEISTIMEWAAN TERBITAN EDISI PUSTAKA SAHIFA

1. Diberi pengantar oleh dua orang murid besar penulis, Syaikh as-Sa’di, yang keduanya kemudian juga muncul sebagai ulama terkemuka, yaitu:
– Imam al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang muncul menjadi salah seorang anggota Hai`ah Kibar al-Ulama`.
– Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Uqail, ketua Dewan tetap al-Majlis al-Qadha` al-A’la di Saudi Arabia.

2. Naskah yang kami terbitkan ini ditahqiq dan ditakhrij oleh Syaikh Sa’ad bin Fawwaz ash-Shumail.

3. Masing-masing kelompok ayat telah kami pisah-pisah, lalu memuat tafsirnya secara sepenggal demi sepenggal, sehingga mudah untuk dicerna secara tematik.

CONTACT PERSON

Pemesanan kitab dan informasi selengkapnya, silahkan hubungi Sdr. Ahmad Maulana: Telpon: (021) 84999585 Hp: (021) 93690244. Situs: www.darulhaq-online.com.

Cara Pemesanan Kitab: Klik Pesan Kitab