Syaikh ‘Ikrimah Shabri, Mufti al-Quds menolak tuntutan politik yang diajukan oleh sebagian pejabat negara Arab untuk menjadikan masjid al-Aqsha di bawah penjagaan internasional.

Dalam sidang pagi hari ke-3 dari Muktamar Islam Internasional ke-17 di Cairo di bawah tema: Aspek Kemanusiaan Dalam Peradaban Islam, Mufti Quds mengatakan bahwa statement-statement para politisi Islam yang menginginkan penjagaan internasional terhadap masjid al-Aqsha dinilai sebagai statement-statement berbahaya dan tertolak sebab akan mengeluarkan persoalan al-Aqsha dari lingkup Islami-Arabinya. Ia menegaskan bahwa yang dituntut dewasa ini adalah bersatu padunya bangsa Arab dan kaum Muslimin demi menjaga al-Aqsha dan mengokohkan kembali eksistensi bangsa Palestina di tanah Quds yang dicaplok tersebut. Sebab, makna eksistensi mereka di tanah tersebut adalah eksistensi ‘aqidah dan iman.

Ia menambahkan, tidak patut bersandar pada sikap Amerika di dalam memecahkan persoalan Palestina sebab Amerika Serikat selalu bersikap sangat memihak dengan sangat jelas kepada negara Zionis dan tidak akan akan melakukan hal yang ditolak olehnya.

Mengenai isu adanya bahaya yang mengancam pihak lain, Syaikh ‘Ikrimah menyiratkan bahwa bahaya ini dimulai dari mulut kaum Orientalis lalu diterima mentah-mentah tanpa ilmu oleh sebagian kaum Muslimin dengan tujuan menyebarkan sekularisme-Atheisme dan mencoreng citra agama Islam. Oleh karena itu, kita wajib tidak mengizinkan siapa pun untuk menjadikan Islam sebagai tertuduh secara khusus dan menegaskan bahwa sebenarya tidak ada syubhat terhadap dien yang lurus ini.

Dalam pada itu, Syaikh Muhammad Jouzo, mufti Lebanon mengatakan bahwa terdapat beberapa elemen Arab yang terlibat dalam pembunuhan terencana terhadap mantan perdana menteri Lebanon, Rafiq Hariri –menurutnya- yang dibunuh dalam rangka menjalankan keinginan pihak Barat agar tidak muncul tokoh Arab atau Islam yang berupaya merealisasikan perdamaian antar etnis, pembangunan dan persatuan di negara Arab seperti Lebanon.

Mufti Lebanon tersebut juga menjelaskan bahwa Barat selalu bersenandung dengan prinsip-prinsip yang ia sendiri tidak menerapkannya. Dalam hal ini ia mengisyaratkan kepada hakikat bahwa Barat lah sebenarnya diktator paling besar di dunia modern saat ini dan bahwa apa yang terjadi di bumi Iraq merupakan salah satu bukti besar atas hal ini.

Ia menambahkan, Amerika Serikat saat ini sedang melakukan jenis kezhaliman paling buruk, yaitu kezhaliman terhadap kemanusiaan dan penanaman rasisme yang sudah dimulai di dalam negerinya sendiri dengan sikap rasis terhadap penduduknya yang berkulit hitam dan fenomena kini terus menjelajahi kawasan Dunia Arab dan Islam. Indikasinya, Amerika dengan sepenuh tenaga menyokong negara Zionis demi untuk melakukan genocide terhadap bangsa Palestina dan menjajah Iraq. Ia menegaskan bahwa bencana kemanusiaan selalu datang ketika pihak yang kuat tidak pernah mengindahkan prinsip egalitarianisme antara sesama manusia.

Sementara itu, menteri Urusan Waqaf Bangladesh, Musyarraf Husain mengajak perlunya kaum Muslimin berinteraksi secara baik dengan sesama dan menggalakkan dialog secara kontinyu sehingga dapat menumbuhkan sikap saling percaya di antara mereka.

Husain menyiratkan bahwa kita tidak akan mampu menegaskan nilai-nilai keislaman kita kecuali melalui penanaman konsep saling percaya. Ia juga menjelaskan akan keharusan menerapkan hukum syari’at Islam dengan menonjolkan Islam dalam bentuknya yang hakiki dan menghilangkan setiap hal yang dapat membuat seorang Muslim lari dari saudaranya sesama Muslim. (istod/AH)