Dikabarkan bahwasanya pada suatu hari Al-Hajjaj ( Hajjaj bin Yusuf ) menyendiri (meninggalkan pasukannya), ia bertemu dengan seorang Badui, maka Al-Hajjaj berkata: “Wahai orang arab, bagaimana (pendapatmu) tentang Al-Hajjaj?

Badui menjawab: “Ia seorang yang dholim dan serampangan”.

Hajjaj berkata: “Apakah engkau telah mengadukannya kepada (khalifah) Abdul Malik (bin Marwan)?”.

Badui berkata: “Semoga Allah melaknatnya, sesungguhnya dia lebih dholim dan lebih serampangan”.

Seketika itu para perajurit Hajjaj berdatangan mengelilinginya, maka Hajjaj berkata: “Bawa Badui itu (naikan ia keatas kuda)”.

Maka para perajurid menaikannya  ke atas kuda, maka badui itu (terheran-heran) iapun bertanya tententang laki-laki (tadi kepada para prajurid), maka para perajurit berkata: “Ia adalah Al-Hajjaj”. Maka Badui tersebut (ketakutan), ia memacu kuda yang ia tunggangi agar ia dapat mendekat ke belakang Hajjaj, kemudian Badui itu berkata: “Wahai Hajjaj…”.

Hajjaj menjawab: “Ada apa denganmu?”.

Badui berkata: “Rahasia (yang kita bicarakan tadi -red) antara aku denganmu jangan sampai ada yang mengetahuinya”.

Maka Hajjajpun tertawa dan melepaskannya.

[Sumber: Ahla Hikayat Min Kitab al-Adzkiyaa Pdf, hal. 44, Ibnul Jauzi. Lihat http://www.4shared.com/office/DXMGxQDL/______.html