Edisi Th. XVIII No. 877/ Jum`at V/Syawwal 1433 H/ 31 Agustus 2012 M.

Akhlak yang mulia adalah sumber segala kebaikan baik di dunia maupun di akhirat, sedang akhlak tercela adalah sumber segala keburukan baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah menjadikan baik dan buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kedekatannya dengan beliau di hari Kiamat, sebagaimana sabda beliau,

إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ، وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَسَاوِئُكُمْ أَخْلَاقًا
الثَّرْثَارُونَ ، الْمُتَفَيْهِقُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat dengan aku di Akhirat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian. Dan sesungguhnya yang paling aku benci dan paling jauh dariku adalah yang paling buruk akhlaknya di antara kalian, (yaitu) orang yang banyak bicara tanpa faidah, orang yang memaksakan diri dalam berbicara (agar terlihat fasih) dan orang yang sombong.” (HR. Ahmad).

Oleh sebab itu mengetahui contoh akhlak buruk adalah sebuah keharusan, karena tidak mungkin seseorang bisa menghindari sesuatu jika ia tidak mengetahui hakikat sesuatu tersebut. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hikmah, “Aku mengetahui keburukan bukan untuk (melakukan) keburukan, akan tetapi untuk menghindarinya, dan barangsiapa yang tidak mengetahui keburukan dari kebaikan maka ia akan terjatuh ke dalamnya.”

Dan akhlak terbagi menjadi akhlak kepada Allah, kepada Nabi, kepada sesama manusia dan kepada makhluk yang lainnya. Dan tema pembahasan pada kesempatan ini adalah contoh-contoh akhlak buruk kepada sesama manusia, yaitu;

1. Buruk sangka kepada sesama muslim. Ia adalah akhlak tercela yang mendatangkan kebencian, merusak kecintaan, dan menimbulkan kesedihan dan ketidakharmonisan. Oleh sebab itu Allah memperingatkan kita dengan firman-Nya, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa ….” (QS. al-Hujurat: 12).
Dan Nabi bersabda, “Jauhilah oleh kalian persangkaan (zhan), karena zhan adalah sedusta-dustanya ucapan.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Di antara bentuk-bentuk su’u zhan (persangkaan buruk) adalah:

a. Jika ada dua orang yang berbisik-bisik ia menyangka kalau dialah yang dimaksud dengan bisik-bisik tersebut.

b. Jika mendengar celaan yang bersifat umum terhadap salah satu perilaku, maka ia mengira bahwa dialah yang dimaksud dengan celaan tersebut.

c. Jika salah seorang kerabat atau temannya mengadakan walimah dan ia tidak diundang maka ia akan berburuksangka kepada mereka, dan menuduh bahwa orang tersebut telah meremehkan, menghina dan tidak perhatian terhadapnya.

d. Jika ada orang yang menasihatinya, maka ia menyangka kalau si pemberi nasihat adalah orang yang suka mencari-cari kesalahan, sehingga ia tidak mau menerima nasihatnya.

e. Jika melihat seseorang berjalan di sekitarnya, maka ia menyangka bahwa ia sedang diawasi dan dibuntuti.

Inilah beberapa bentuk su’u zhan, dan kebanyakan ia terjadi pada orang-orang yang tidak punya kesibukan, dan memiliki jiwa yang goncang.

Namun tidak masuk ke dalam kategori
su’u zhan terhadap orang-orang yang mendatangi tempat-tempat mendatangkan kecurigaan. Demikian juga terhadap musuh yang ditakuti dan khawatirkan makarnya (tipu daya).

2. Hasad (dengki/iri hati). Yaitu berharap hilangnya kenikmatan dari orang lain, atau membenci dan tidak menyukai kebaikan yang dirasakan oleh orang lain. (lihatAdabud Dunyaa wad Din).

Hasad adalah penyakit yang ganas dan racun yang mematikan, tidak ada yang selamat darinya kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Allah yang Mahabesar dan Mahatinggi. Oleh sebab itu dikatakan:”Tidak ada jasad yang terbebas dari hasad, karena orang yang hina/tercela menampakkannya dan orang yang mulia menyembunyikannya.” (lihat AmradhulQulub, Ibnu Taimiyyah). Dan betapa banyak hasad terjadi pada manusia, hasad karena ilmu, harta, kehormatan dan kedudukannya di tengah-tengah manusia. Dan lebih banyak terjadi pada orang-orang yang sepadan dan berinteraksi dalam satu bidang. Dan lebih banyak lagi terjadi pada kaum wanita.

‘Hasad’ adalah akhlak yang tercela, dan jalan yang buruk, ia membahayakan badan dan agama, dan ia termasuk penyebab terbesar timbulnya perpecahan dan perselisihan.

Pada hakikatnya hasad adalah penolakan terhadap takdir dan hikmah Allah, oleh sebab itu dikatakan, “Barangsiapa yang ridha terhadap takdir Allah, dia tidak akan dibenci oleh siapapun, dan barang siapa qana’ah terhadap pemberian-Nya, niscaya tidak akan dimasuki hasad.”

3. Dendam. Di antara manusia ada orang-orang yang memiliki hati yang hitam, ia tidak mengenal kata maaf dan ampun, jika ada orang yang berbuat buruk kepadanya maka ia akan mengingat terus perbuatan tersebut, sekalipun zaman telah berlalu. Engkau dapati ia selalu mencari-cari kesempatan untuk membalas dendam, sehingga memuaskan dirinya.

4. Tidak memiliki rasa malu. Sifat malu mendorong seseorang untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk. Jika seseorang kehilangan sifat malu, maka jangan engkau bertanya tentang perbuatan hina yang ia lakukan, dan jangan heran dengan perbuatan yang ia kerjakan. Di antara tanda-tanda hilangnya rasa malu:
1. Berterang-terangan dalam melakukan kemaksiatan di depan umum.
2. Menunda-nunda dan enggan membayar hutang padahal mampu, menunjukkan kerendahan perilaku, keburukan sifat dan sedikitnya rasa malu.

5. Bakhil/kikir. Kikir termasuk akhlak yang buruk, dan termasuk hal mencacati agama dan muru’ah (harga diri) seseorang, dan termasuk hal yang mendatangkan kesengsaraan di dunia dan akhirat. Orang yang bakhil jauh dari Allah, dari makhluk, dari Surga tetapi dekat dengan Neraka. Orang bakhil merasa sempit dada, kecil jiwa, sedikit bahagia, banyak sedih, jarang memperoleh kebutuhan dan tidak ada penolong dalam memenuhi keinginannya. Maka engkau mendapati di antara manusia ada orang-orang yang bakhil terhadap kelebihan harta, padahal ia memiliki harta yang mencukupi untuk hidup seribu tahun. Dan ada juga yang bakhil terhadap nasihat atau membantu orang lain.

6. Mengungkit-ungkit pemberian.Yaitu menyebut-nyebut pemberian, nasihat yang telah diucapkan, dan kebaikan yang telah dilakukan kepada orang lain, dan hal itu menyakiti hati orang yang diberi. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)….” (QS. al-Baqarah: 264)

7. Menyelisihi janji. Menyelisihi janji termasuk sifat tercela, dan perilaku yang rendah, dan salah satu cabang dan tanda-tanda orang munafik. Orang-orang yang mulia dan berjiwa besar mengingkari sifat ini dan enggan memilikinya. Al-Mutsanna bin Haritsah berkata, “Sungguh aku mati karena kehausan lebih aku sukai dibandingkan aku harus menyelisihi janji.” Dan ini mencakup menyelisihi janji kepada anak, kerabat, teman dekat, dan juga terlambat dalam pekerjaan yang telah dijanjikan.

8. Dusta. Ia termasuk akhlak buruk, perilaku yang tercela, salah satu sifat orang munafik dan cabang dari kekafiran. Al-Mawardi berkata, “Dan dusta adalah induk semua keburukan, dan sumber semua kehinaan, dikarenakan buruknya akibat dan jeleknya kesudahan dari sifat ini. Karena ia melahirkan adu domba, kebencian, dan kebencian mengarahkan kepada permusuhan. Dan di dalam permusuhan tidak ada rasa aman dan ketenangan. Oleh sebab itu dikatakan, ‘Barangsiapa yang sedikit jujurnya sedikit pula sahabatnya.’” 

Dan dusta sudah menyebar, khususnya di zaman ini, maka betapa banyak orang yang berdusta dalam hubungan dan pergaulan, dan betapa sedikit orang jujur. Nabi bersabda, “Jauhilah oleh kalian kedustaan, karena ia menjerumuskan ke dalam kefajiran (keburukan) dan kefajiran (keburukan) mengarahkan kepada Neraka.”

Dan masih banyak lagi akhlak-akhlak buruk yang lainnya. (Ustadz Sujono)

[Sumber: Diterjemahkan dari kitab, “Su’ul Khuluk”, karya Muhammad bin Ibrahim Hamd]