Alhamdulillah. Sesungguhnya amalan-amalan sunnah termasuk amalan yang paling penting karena ia merupakan bagian terbesar dari agama. Pasalnya, ia mencakup berbagai faedah dan keutamaan yang sangat kita butuhkan. Faedah tersebut Insya Allah akan tampak setelah kita mengkaji keutamaan berbagai amalan sunnah ini.

Berikut ini beberapa faedah dan keutamaan amalan-amalan sunnah secara umum:

1-Dengan amalan sunnah akan melahirkan kecintaan Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya… (Shahih al-Bukhari, no. 6502)

Pahala dan keutamaan apakah yang lebih besar daripada kecintaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kepada hamba-Nya?

Bagaimana perasaan Anda jika Anda berjalan di antara manusia sedang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- di langit tujuh mencintai Anda?

Setiap kebaikan akan mengalir kepada Anda dan setiap keburukan akan meninggalkan Anda. Alangkah utama dan agungnya karunia itu. Jadi, banyaknya amalan-amalan sunnah dapat melahirkan kecintaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kepada hamba-Nya. Kecintaan itu akan menghasilkan faedah-faedah yang lain. Sebagaimana kelanjutan firman-Nya,

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّه

Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Maka bila Aku telah mencintainya, jadilah Aku pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar dan penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat dan tangannya yang dia gunakan untuk berbuat dan kakinya yang dia gunakan untuk berjalan…” (Shahih al-Bukhari, no. 6502)

2-Dengan amalan sunnah akan menumbuhkan ma’iyyatullah (merasakan kebersamaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–) dalam diri hamba-Nya.

Sehingga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– senantiasa bersamanya, menemaninya di setiap bagian anggota badannya sebagai pelurus dan penjaga. Maka anggota badan tersebut tidak berbuat kecuali apa yang diridhai Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–.

Kita banyak mengeluhkan ketergelinciran anggota badan kita. Ia telah banyak menyusahkan kita karena kebebasannya melakukan hal-hal yang diharamkan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–. Namun, di hadapan kita telah terhampar jalan yang luas, yaitu dengan memperbanyak amalan sunnah yang dengannya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– akan menjaga anggota-anggota badan kita. Sehingga mata kita tidak melihat kecuali apa-apa yang diizinkan dan disyariatkan-Nya. Telinga kita tidak mendengar kecuali hal-hal yang diizinkan dan disyariatkan-Nya. Lisan kita pun tidak berbicara kecuali dengan perkataan yang membuat-Nya ridha. Setiap anggota badan tidak bergerak selain dalam perkara yang diridhi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –, kerena Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– telah menjaga dan meluruskannya. Ia merupakan ma’iyyah khusus, bukan ma’iyyah umum yang berupa kebersamaan ilmu dan pengetahuan. Namun, ia merupakan ma’iyyah khusus yang meniscayakan adanya pertolongan, pelurusan, bantuan, dan pemberian kemudahan.

3-Dengan amalan sunnah akan menjadikan faktor terkabulnya doa dan terselamatkan dari bencana.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman,

وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ

“Jika dia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberinya dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya (Shahih al-Bukhari, no. 6502)

Jadi banyaknya amalan sunnah akan menjadi faktor terkabulnya doa dan terselamatkan dari bencana. Jika Anda meminta kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–, Anda akan mendapati-Nya dekat kepada Anda, memudahkan urusan Anda, dan mengabulkan doa Anda. Dia-سُبْحَانَهُ َتَعَالَى–akan menghilangkan kesengsaraan Anda dan melindungi Anda dari hal-hal yang Anda meminta perlindungan dari-Nya. Jadi, buah yang ketiga dengan amalan sunnah, yaitu,

وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ

“Jika dia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberinya dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya.” (Shahih al-Bukhari, no. 6502)

4-Dengan amalan sunnah akan menambal kekurangan yang ada pada amalan wajib.

Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَ جَلَّ اُنْظُرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَيُكْمِلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

“Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya benar, sungguh dia beruntung dan selamat. Namun jika shalatnya rusak, sungguh dia telah rugi dan rugi. Jika dia mengurangi sedikit saja dari kewajibannya, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman, ‘Lihatlah, apakah kalian mendapati suatu amalan sunnah dari hamba-Ku? Lalu hal-hal yang kurang dari kewajibannya disempurnakan dengan amalan tersebut,  kemudian seluruh amalannya yang lain seperti  itu.” (Sunan at-Tirmidzi, no. 413)

Amalan sunnah ini akan menambal kekurangan yang ada pada amalan wajib. Alangkah banyak dan besarnya kekurangan yang terdapat di dalam setiap ibadah dan kewajiban yang kita laksanakan.

Dalam hadis ini terdapat petunjuk bahwa kekurangan-kekurangan dari shalat akan dilengkapi oleh amalan sunnah, maksud saya shalat-shalat sunnah. Demikian juga kekurangan-kekurangan dalam ibadah zakat, haji, dan ibadah-ibadah wajib lainnya, akan disempurnakan oleh amalan-amalan sunnah.

Hal ini berdasarkan sabda beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

“kemudian seluruh amalannya yang lain seperti  itu.”

Yaitu, setiap amal dan ibadah yang wajib disempurnakan oleh amalan-amalan sunnah tersebut.

Jadi, cukuplah keistimewaan amalan sunnah itu sebagai penambal dari kekurangan yang terjadi dalam berbagai ibadah.

Betapa banyak kekurangan dari shalat yang kita kerjakan. Betapa banyak sikap berlebih-lebihan dan peremehan terhadap perkara besar di dalamnya. Atau, kalau pun tidak ada, minimal ketidakhadiran hati ketika shalat telah menjadi bukti yang cukup. Maka hadirlah amalan sunnah menambal kekurangan yang terjadi di dalam berbagai shalat wajib tersebut.

5-Dengan amalan sunnah akan diperoleh pengampunan dosa dan penghapusan kesalahan.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– membalas amalan sunnah dengan pengampunan dosa dan penghapusan kesalahan. Karena, setiap kesalahan yang dilakukan seseorang akan dihapuskan oleh berbagai amal kebaikan yang mengiringinya. Sebagaimana firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–,

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ

Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (Huud: 114)

Sedangkan kebaikan-kebaikan itu terdapat dalam amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah. Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

وَأْتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapus keburukan.” (Sunan at-Tirmidzi, no. 1987)

6-Dengan amalan sunnah akan menambah keimanan

Banyak amalan sunnah akan menambah keimanan. Iman-menurut Ahlussunnah wal jama’ah– itu terkadang bertambah dan terkadang berkurang. Ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Tatkala Anda mendekatkan diri kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan amalan-amalan kecil maupun besar, tingkatan iman akan bertambah.

Setiap amal shalih baik perkataan maupun perbuatan, baik amalan jasad maupun amalan hati pasti akan menambah keimanan. Keimanan akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Jadi, di antara buah amalan sunnah yaitu ia akan meningkatkan iman dan memperbanyak kebaikan. Karena manusia membutuhkan berbagai  kebaikan, maka amalan sunnah itu akan datang dan memperbanyak timbangan kebaikan Anda. Layaknya pemburu dunia yang banyak melakukan bisnis, hendaklah Anda juga banyak melakukan perdagangan akhirat dengan berbagai kebaikan ini.

7-Dengan amalan sunnah dan menyibukkan dengan amalan-amalan sunnah akan mengikatkan hati kepada Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Menyibukkan diri dengan amalan-amalan sunnah akan mengikatkan hati kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan menjauhkan dari sifat lalai. Karena manusia akan senantiasa lupa jika dia hanya mementingkan dunianya. Namun jika dia disibukkan dengan amalan-amalan sunnah-baik perkataan maupun perbuatan-niscaya hal itu akan mengaitkan hatinya kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan senantiasa ingat kepada Rabbnya dan ingat terhadap akhiratnya.

8-Dengan amalan sunnah dan menyibukkan diri dengan amalan-amalan sunnah menjauhkan diri dari perbuatan haram.

Menyibukkan diri dengan amalan-amalan sunnah juga akan menjauhkan dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan. Jika jiwa tidak disibukkan dengan kebenaran niscaya akan tersibukkan dengan kebatilan. Salah seorang salaf mengatakan,

اَلْوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ , نَفْسُكَ إِنْ لَمْ تُشْغِلُهَا بِالْحَقِّ شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ

“Waktu itu laksana pedang. Jika kamu tidak memotongnya, maka ia akan memotong Anda. Jiwamu, jika kamu tidak menyibukannya dengan kebenaran, ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.”

Yang terpenting ialah bahwa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, para sahabatnya yang mulia, dan orang-orang yang datang setelahnya tidak meremehkan sebuah perkara agama dengan dalih bahwa itu hanyalah amalan-amalan sunnah.

Semoga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyelamatkan kita dari meremehkan sebuah perkara agama, semisal amalan-amalan sunnah dan yang lainnya apa pun bentuknya dan betapa pun besar kecilnya.

Akhirnya, semoga pula Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan taufik kepada kita untuk lebih bersemangat di dalam mengerjakan amalan-amalan sunnah dan perkata agama yang lainnya.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad beserta segenap keluarganya dan para sahabatnya.

(Redaksi)

Sumber:

Sunan Yaumiyah, Syaikh Abdullah Ju’aitsam, hal. 17-24. Dengan sedikit perubahan.