oke

Kisah ini disampaikan oleh Syaikh Sulaiman ath-Thami di dalam kitabnya Sawalif al-Majalis. Beliau berkata, Seorang lelaki menceritakan hikayat ini pada suatu majlis. Dia bercerita,

“Kami adalah sekumpulan pemilik unta. Kami mencari kayu bakar dan menjualnya di kota. Konon, di tengah-tengah kami ada seorang lelaki yang baik perilakunya dan tulus niatnya. Ketika kami berkata kepadanya, ‘Kita akan pergi besok ke tempat anu, suatu tempat yang paling banyak kayunya.’ Dia pun berkata kepada kami, ‘Okelah! Kita akan pergi ke sana.’ Ketika kami berkata, ‘Kami ingin transit di sini.’ Dia berkata kepada kami‘Okelah! Kita menginap di sini.’ Ketika kami berkata sesuatu kepadanya, dia hanya berkata, ‘Okelah, okelah!’

Suatu ketika kami sedang duduk di tengah gurun sahara, sementara sahabat kami ini berada jauh dari kami, tertidur di bawah pohon. Kukatakan pada teman-temanku, “Bagaimana menurut kalian bila kita kerjain teman kita satu ini dan kita sembunyikan untanya bersama barang bawaannya di suatu tempat yang jauh.’

Mereka menganggap itu sebagai gagasan yang bagus, mengingat kata-kata “okelah!” membuat mereka jengkel dan ingin balas dendam terhadapnya atas kata-katanya ini.

Salah seorang teman berkata, ‘Insya Allah, jika malam sudah tiba dan dia telah beranjak tidur, akan kusembunyikan unta dan barang bawaannya.”

Benar, ketika malam sudah tiba, dia pun menyembunyikan unta bersama semua barang bawaan dan makanan temannya ini. Mereka lalu bergegas pergi ke temannya ini, ‘Fulan, fulan, bangunlah! Untamu telah dicuri para perampok.’ Namun, tidak ada reaksi apa pun darinya selain malah membalikkan badan ke arah samping lain dan secara dingin dia mengucapkan kata-kata kebiasaannya kepada mereka, ‘Okelah!’ Mereka pun semakin kesal dibuatnya dan merasa kebakaran jenggot lalu kembali ke unta mereka dan tidur.

Akan tetapi, sekawanan pencuri mengintai gerak-gerik mereka. Kawanan pencuri itu pun lalu menyergap mereka, merampok unta-unta mereka beserta barang bawaannya dan membawanya kabur di depan mata para pemiliknya.

Sedangkan unta kepunyaan pemilik kata-kata: “okelah!” ini luput dari incaran kawanan pencuri itu, mengingat unta tersebut tersembunyi jauh dari pengintaian mata mereka. Lalu mereka pun pergi ke temannya ini dan mengabarinya bahwa unta-unta merekalah yang sebenarnya telah dirampok. Lelaki ini pun segera bangun dari tidurnya dan selanjutnya mereka menceritakan kepadanya kisahnya secara lengkap dan bahwa untanya selamat dari incaran para pencuri, sebab telah disembunyikan di suatu tempat yang jauh dari pengintaian para pencuri itu. Juga, bahwa mereka melakukan itu semata-mata untuk mentertawakannya, namun ternyata dialah yang justru mentertawakan mereka. Dia berkata kepada mereka, ‘Bukankah sudah kubilang pada kalian, Okelah! Nah, sekarang, bawalah untaku kemari.’

Kemudian, mereka pun mendatangkan untanya kepadanya dan jadilah dia yang mempersilahkan mereka untuk makan dan minum sampai akhirnya mereka kembali ke kota mereka dan membeli unta-unta yang lainnya.

Sumber: Serial Kisah Teladan 3, Muhamad Shalih Al-Qahthani, Hal: 51, Penerbit Darul Haq