ali bin abi tholibAmirul Mukminin Ali bin Abu Thalib berkata, “Wahai Kumail bin Ziyad, hati adalah wadah, yang terbaik darinya adalah yang berisi ilmu. Kumail, ingat apa yang aku katakan kepadamu. Manusia ada tiga: Seorang ulama Rabbani, penuntut ilmu di atas jalan keselamatan dan orang-orang awam yang bodoh pengikut setiap teriakan, condong mengikuti hembusan angin, tidak mengambil cahaya ilmu dan tidak berpegang kepada pilar yang kokoh.”

Beliau berkata, “Seorang fakih sejati adalah orang yang tidak membuat manusia berputus asa dari rahmat Allah, tidak membuat mereka aman dari azab Allah, tidak memberi mereka keringanan dalam bermaksiat kepada Allah, tidak meninggalkan al-Qur`an karena membencinya kepada selainnya. Tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa ilmu, tidak ada kebaikan bagi ilmu tanpa pemahaman, tidak ada kebaikan bagi tilawah tanpa tadabbur.”

Beliau berkata, “Sesuatu yang paling menyejukkan hati, tahukah kalian apa itu? Kamu berkata untuk sesuatu yang tidak kamu ketahui, ‘Aku tidak tahu.”

Beliau berkata, “Cukuplah ilmu sebagai kemuliaan karena ia diakui orang yang tidak mengetahuinya dan dia berbahagia bila ia dinisbatkan kepadanya. Cukuplah kebodohan sebagai kerendahan karena pemiliknya berlepas diri darinya dan dia marah bila ia dinisbatkan kepadanya.”

Beliau berkata, “Orang-orang yang mau belajar ilmu karena mereka melihat sedikitnya orang berilmu yang mengamalkan ilmunya.”

Beliau berkata, “Bukan kebaikan manakala uang dan anakmu banyak, sebaliknya kebaikan adalah manakala ilmumu banyak.”

Beliau berkata, “Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjagamu tetapi kamu menjaga harta. Ilmu bertambah bila diamalkan dan harta berkurang bila dibelanjakan. Ilmu adalah hakim, sedangkan harta adalah yang dihukum (diatur). Ilmu menjadikan pemiliknya taat dalam hidupnya dan nama baik sesudah matinya. Pemilik harta mati saat mereka masih hidup, sedangkan orang berilmu tetap hidup sepanjang zaman, diri mereka sudah tiada, tetapi petuah-petuah mereka masih ada.” Wallahu a’lam.