Islam adalah agama yang sangat memperhatikan pendidikan anak. Salah satu bukti perhatian Islam terhadap anak adalah perintah Rasulullah kepada kaum muslimin agar memerintahkan anak-anak mereka untuk melaksanakan shalat. Beliau bersabda,“Perintahkan anak-anak kalian agar melaksanakan shalat saat mereka berusia 7 tahun, dan pukullah mereka (bila mereka enggan) saat mereka telah berusia 10 tahun. Dan, pisahkanlah tempat tidur mereka.”(Diriwayatkan oleh Abu dawud dengan sanad yang hasan).

Islam mengajarkan kepada pengikutnya agar mendidik anak-anak mereka beribadah kepada Rabbnya melalui shalat. Hal ini merupakan perhatian yang sangat mendasar, yaitu mentauhidkan Allah ta’ala. Bahkan, ia merupakan muara dari perhatian Islam terhadap pemeluknya. Berikut ini, contoh lain yang merupakan gambaran sederhana bahwa Islam sangat memperhatikan pendidikan anak.

Masa mencari Pasangan
Islam telah memperhatikan pendidikan anak sebelum keberadaannya di dunia ini, yaitu Islam memberikan rambu-rambu dalam memilih lahan yang baik untuk menanam benih, Islam memberikan arahan untuk memilih seorang istri yang baik agamanya tanpa menafikan harta, kedudukan, dan kecantikan. Islam menganjurkan ummatnya agar lebih memprioritaskan calon pasangan hidup yang baik agamanya. Bahkan, memberikan jaminan keberuntungan bagi orang yang benar-benar memprioritaskan pilihannya tersebut. Rasulullah bersabda, “Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi” (HR.al-Bukhari dan Muslim)

Begitu pula dengan wanita, hendaknya memilih suami yang sepadan. Mendahulukan laki-laki yang bagus agamanya dan berakhlak. Rasulullah memberikan pengarahan kepada para wali dengan bersabda, “Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya (untuk melamar anakmu), maka kawinkanlah. Jika tidak kamu lakukan, niscaya terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar” (HR. at-Tirmidzi)

Demikian pula Islam memberikan petunjuk saat pasangan suami istri melakukan hubungan intim.

Hendaknya seorang suami menyebut nama Allah dan berdoa, mohon perlindungan dari ulah setan. Dan, bahkan memberikan jaminan keamanan bagi anak yang dihasilkan dari hubungan tersebut bila Allah menakdirkan. Beliau bersada, “Jika seseorang di antara kamu hendak menggauli istrinya, membaca,

بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

“Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami”. Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Masa Dalam Kandungan 
Islam memperbolehkan ibu hamil tidak berpuasa pada bulan Ramadhan demi janin yang dikandungnya.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan separuh shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan) puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil” (HR. Abu Dawud)

Masa Pasca Kelahiran 
Islam memberikan petunjuk tentang apa yang hendaknya dilakukan setelah bayi terlahir di antaranya adalah:

1. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.

2. Mentahnik anak (mengunyahkan kurma ke mulut bayi yang baru lahir)

3. Memberi nama yang baik.

4. Mengaqiqahkan.

5. Mencukur rambutnya, ditimbang dan bersedekah seberat timbangannya yang senilai dengan harga perak.

6. Khitan.

Masa anak-anak
Periode usia dini dalam kehidupan anak merupakan periode yang amat kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak, akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengan nyata pada kepribadiannya ketika dewasa.
Karena itu, Islam -agama yang mulia ini- memberikan perhatian kepada mereka, di antaranya;

1. Menganjurkan kepada para orangtua/pendidik agar memberikan kasih sayang yang cukup pada anak-anak.
Abu Hurairah memberitakan bahwa al-Aqra’ bin Habis pernah melihat Rasulullah mencium al-Hasan, lalu ia mengatakan, sungguh aku mempunyai 10 anak, aku tak pernah mencium seorang anak pun di antara mereka. Mendengar hal itu beliau kemudian bersabda,

إِنَّهُ مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ

“Sungguh barangsiapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tak akan disayangi” (HR. Muslim, no. 6170)
Bahkan, beliau menegaskan,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang tua dan tidak menyayangi anak-anak kecil di kalangan kami” (HR. Ahmad, no. 6937 )

2. Menganjurkan kepada orangtua dan para pendidik agar mengajari mereka adab yang baik.
Nabi kita yang mulia Muhammad beliau mengajarkan adab yang baik kepada si kecil Umar bin Abi Salamah. Umar menceritakan masa kecilnya seraya mengatakan, “Tatkala aku dalam asuhan Rasulullah (saat makan) tanganku kesana kemari di nampan. Lalu, beliau mengatakan kepadaku,

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Wahai anak kecil, ucapkanlah bismillah terlebih dahulu, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang berada di dekatmu terlebih dahulu’” (HR. Muslim, no. 5388 ).
Demikian contoh pengajaran Islam yang terkait dengan anak. Masih banyak adab-adab yang lain, seperti mengajari kalimat-kalimat yang baik, mengucap alhamdulillah saat bersin, melatih mengucapkan salam dan menjawabnya bila ada orang yang memberi salam kepadanya, mengenakan pakaian dimulai dari bagian kanan, demikian pula saat mengenakan sandal atau sepatu, menahan mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara. dll

3. Menganjurkan kepada orangtua/pendidik agar mengajari anak-anak aqidah yang benar.
Ibnu Abbas pernah bercerita tentang masa kecilnya, ia menuturkan; “Aku pernah berada di belakang Nabi (maksudnya: membonceng –ed), (tiba-tiba) beliau mengatakan, “Wahai anak kecil, jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau minta, mintalah kepada Allah. Jika engkau minta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah” (HR. at-Tirmidzi, ia mengatakan, “hasan shahih“)

4. Menganjurkan orangtua/pendidik agar mendidik anak-anak supaya berbakti kepada kedua orangtua sepanjang hidupnya baik selagi orangtua masih hidup maupun telah meninggal dunia.
Allah berfirman, artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Luqman: 14)

Allahu a’lam 

Semoga kita lebih meningkatkan perhatian kita terhadap anak-anak kita sebagaimana yang telah diajarkan oleh Islam agama kita yang mulia. (Redaksi)

[Sumber: Disarikan dari berbagai sumber.]