Sebagai pemeran utama dalam panggung rumah tangga, karena perannya yang cukup signifikan di dalamnya, maka istri harus membekali diri dengan sifat-sifat dan kepribadian-kepribadian sehingga dengannya dia bisa mengemban tugas dan memerankan perannya sebaik mungkin, dengan itu maka kondisi yang membahagiakan dan situasi yang menentramkan di dalam rumah akan terwujud.

Menjaga potret manis kehidupan

Kehidupan selalu diwarnai oleh dua sisa yang berbeda, ibarat sebuah mata uang yang juga memiliki dua sisi yang berbeda, tidak ada uang hanya dengan satu sisi saja, sebagaimana tidak ada kehidupan yang hanya dengan satu sisi saja, tidak ada kehidupan yang hanya berisi senyum selama-lamanya, sebaliknya tidak ada kehidupan yang hanya serisi tangisan selama-lamanya, tidak ada kehidupan yang hanya berhias bunga-bunga harum semerbak, sebaliknya tidak ada kehidupan yang hanya dikelilingi oleh onak dan duri, tidak ada satu warna kehidupan, selalu ada dua warna.

Perkara mendasar ini tidak mengecualikan kehidupan rumah tangga yang dijalani oleh suami dengan istri, ada kedamaian dan ada pertengkaran, ada senyum dan ada cemberut, ada rela dan ada marah, ada saat yang manis dan ada saat yang pahit, ada waktu berduka dan ada waktu bergembira. Dan rumah tangga yang sakinah adalah rumah tangga di mana istri mampu bersikap bijak dalam dua keadaannya, keadaan sedih dan keadaan bahagia.

Dalam keadaan rumah tangga tersenyum, damai dan tenteram, anggotanya juga akan merasakan hal yang sama, keutuhan rumah tangga terjaga, tidak ada niatan untuk berpisah mengakhiri rumah tangga, bagaimana hendak berpisah sementara rumah tangga yang diharapkan telah terwujud? Apa yang masih dicari lagi? Namun dalam keadaan cemberut, sengketa dan panasan, biasanya dalam keadaan ini terbersit pikiran yang kurang baik, maka untuk menepisnya adalah dengan mengingat potret manis kehidupan yang pernah dialami dan dijalani berdua, dan penulis yakin bahwa potret manis ini lebih besar dan lebih banyak daripada potret buramnya.

Mempertahankan sisi manis diri

Sangat mungkin perkara pertama yang membuat suami dulu tertarik kepada istri adalah sisi istri yang manis yang dia perhatikan untuk pertama kali, dan penulis yakin setiap istri mengetahui apa yang membuat suaminya memilihnya dari sekian banyak wanita, ada sisi-sisi yang terdapat pada istri yang disukai oleh suami yang tidak dia temukan pada orang lain, tentu Anda lebih tahu. Keeratan hubungan dan kekuatan jalinan di antara suami istri sangat berpeluang untuk terjaga jika istri mempertahankan hal ini, yaitu menjaga apa yang membuat suaminya tertarik kepadanya.

Salah satu faktor yang membuat suami secara khusus dan kaum laki-laki secara umum tertarik tanpa mengesampingkan faktor-faktor lain adalah penampilan yang menyenangkan untuk dipandang, sudah menjadi fitrah manusia menyukai keindahan dan kecantikan, namun cukup disayangkan manakala sebagian istri melupakan hal ini setelah menikah, mereka melalaikan diri mereka sedikit demi sedikit, di rumah dia terlihat dengan rambut awut-awutan atau dengan pakaian ala kadarnya atau dengan wajah kumus-kumus (tidak bersih) dan aroma kurang sedap terendus darinya. Ini salah satu bukti tidak adanya usaha dari sebagian istri untuk menjaga sesuatu yang membuat suaminya lengket kepadanya.

Ini adalah kesalahan yang cukup parah, ia menyebabkan retak dan hancurnya potret indah yang telah tergambar di benak suami tentang istri pada saat dia menikahinya, tidak diragukan bahwa hancurnya potret seorang wanita yang manis dalam pandangan suami akan memberikan akibatnya yang tidak membahagiakan.

Oleh karena itu kita tidak kaget pada saat kita mendapati seorang istri yang ditengok oleh suami, suami mulai clingak-clinguk (menoleh kanan kiri) mengincar yang lain, pada saat yang sama ada istri yang lain yang mungkin tidak begitu cantik akan tetapi dia mampu memiliki dan mengikat hati suami dan perasaannya karena dia pandai menjaga keindahan diri, bersungguh-sungguh memelihara kebersihan diri dan mampu membuat suami hanya memandangnya seorang.

Membekali diri dengan kecerdikan

Istri yang mulia selalu memperhitungkan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat daripada kecerdikan dalam merealisasikan keselarasan bersama suami, kecerdikan ibarat sihir yang sering memberinya jalan untuk masuk ke dalam hati dan perasaan suami terdalam.

Kecerdikan tidak identik dengan tingginya pendidikan formal, hal ini bukan jaminan karena kecerdasan hanya berarti kata-kata yang sesuai dan sikap yang tepat serta respon yang akurat, atau dengan ungkapan lain, istri yang cerdik adalah istri yang memakai sesuatu dalam hal ini adalah kata-kata, perbuatan dan sikap sesuai dengan kondisinya, sehingga dia mampu merubah kondisi yang tidak bersahabat dengan kecerdikan kata-kata dan sikapnya berbalik memihaknya, menjadi bersahabat.

Sebuah kecerdikan telah dicontohkan oleh shahabiyah Asma` binti Umais, dengan kecerdikannya dia mampu meredam perselisihan di antara anggota keluarganya. Ali bin Abu Thalib menikahi Asma’ binti Umais. Kedua putranya Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abu Bakar saling membanggakan dirinya. Masing-masing berkata, “Aku lebih mulia darimu, bapakku lebih baik daripada bapakmu.” Ali berkata, “Wahai Asma’ kamu yang memutuskan.” Asma’ berkata, “Aku tidak melihat pemuda Arab yang lebih baik daripada Ja’far, dan aku tidak melihat orang tua yang lebih baik daripada Abu Bakar.” Ali berkata, “Kamu tidak menyisakan sedikit pun bagi kami. Seandainya kamu berkata lain niscaya aku akan memarahimu.” Asma’ berkata, “Sesungguhnya tiga orang di mana kamu adalah yang paling muda adalah orang-orang terpilih.”

Pengalaman memberikan input, masukan kepada kita bahwa kecerdikan mengurai banyak persoalan rumit, memecah kebuntuan yang sulit dan membuka jalan keluar dari musykilah, problem yang ruwet. Kecerdikan mampu mengurai benang kusut, menemukan ujung pangkalnya dan kecerdikan bisa menegakkan benang basah. Tidak ada permasalahan dan persoalan jika disikapi dengan kecerdikan. Barang kali yang tidak bisa dilakukan oleh kecerdikan adalah mencari ketiak ular. Wallahu a’lam. Izzudin.