putusasa2Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada seorang lelaki yang berlebih-lebihan dalam memperlakukan dirinya sendiri. Kemudian tatkala kematian meng-hampirinya, ia berpesan kepada anak-anaknya, ‘Jika nyawaku nanti telah dicabut, bakarlah jasadku, jadikan seperti tepung, kemudian biarkan angin menerbangkan abu jasadku itu. Demi Allah, sekiranya Allah berkenan menyiksaku, tentulah aku akan disiksa dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada selainku.’

Sepeninggalnya, anak-anaknya melaksanakan apa yang dipesankannya. Kemudian Allah memerintahkan kepada bumi. Kumpulkanlah seluruh abu yang telah berhamburan di tanah. Lalu bumi melaksanakan apa yang diperintahkan Allah. Tiba-tiba jasad lelaki itu berdiri tegak. Dan Allah bertanya, ‘Apa yang menyebabkan kamu melakukan hal itu?’ Lelaki itu menjawab, ‘Karena rasa takutku kepadaMu wahai Rabbku.’ Atau dengan lafazh: ‘Karena aku takut kepadaMu!’ Kemudian Allah meng-ampuni dosa orang itu.” [1]

PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:

1. Keluasan rahmat Allah terhadap hambaNya.
2. Larangan berputus asa dari memperoleh rahmat dan ampunanNya.
3. Adanya udzur/pemberian maaf disebabkan karena tidak mengerti.
4. Keutamaan takut kepada Allah q.
5. Anjuran untuk berwasiat menjelang kematian.
6. Allah Mahamulia lagi Mahakuasa berbuat segala sesuatu.
7. Sebenarnya, anak-anak orang itu tidak wajib melak-sanakan pesan orang tuanya, sebab tidak ada ketaatan dalam hal maksiat kepada Allah.

________________
[1] HR. Al-Bukhari, 3478; Muslim, 2757.

[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa Indonesia: “61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat”, pent. Pustaka Darul Haq, Jakarta]