Alhamdulillah. Pada bagian pertama tulisan ini telah disebutkan tentang keutamaan membaca al-Qur’an secara umum, keutamaan membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur’an), keutamaan membaca dua, tiga, atau empat ayat dari Kitab Allah, dan keutamaan membaca 100 Ayat.

Adapun pada bagian kedua ini, akan disebutkan tentang keutamaan membaca sebagian surat al-Qur’an.

Semoga Allah yang Maha Tinggi lagi Mahakuasa menjadikannya bermanfaat dan menjadikan amal shalih kita ikhlas karena Wajah-Nya yang mulia. Amin

**

Pertama: Keutamaan membaca al-Fatihah.

Dari Ibnu Abbas -رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- dia berkata, “Saat Jibril -عَلَيْهِ السَّلَامُ- sedang bersama Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dia mendengar sebuah suara seperti pintu dibuka dari atas, lalu dia mengangkat kepalanya, dia berkata, ‘Ini adalah sebuah pintu di langit yang hari ini dibuka, sebelumnya tidak pernah dibuka sekalipun selain hari ini.’ Darinya seorang malaikat turun, maka Jibril berkata, ‘Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dia belum pernah turun sekalipun  kecuali hari ini.’ Malaikat itu berkata,

أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِىٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيتَهُ

“Berbahagialah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, di mana keduanya tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu; Surat al-Fatihah dan penutup surat al-Baqarah, kamu tidak membaca satu huruf (yang mengandung doa) dari keduanya kecuali kamu diberi.’ (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 806)

Dari Abu Sa’id bin Mu’alla -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, dia berkata,

كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي قَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ {اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ} ثُمَّ قَالَ أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ

“Saat aku sedang shalat, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- memanggilku namun aku tidak datang. (Selesai shalat, baru aku menemui beliau). Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, tadi aku sedang shalat.’ Nabi –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَbersabda, ‘Bukankah Allah telah berfirman ‘Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyeru kalian.’ (al-Anfal: 24). Kemudian beliau bersabda, ‘Maukah kamu aku ajari sebuah surat dalam al-Qur’an yang paling agung sebelum kamu keluar dari masjid?’ Maka Nabi –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmemegang tanganku, manakala kami ingin keluar, maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, tadi engkau mengatakan, ‘Aku akan mengajarimu surat yang paling agung dalam al-Qur’an?’ Maka beliau bersabda, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’) (Surat al-Fatihah) adalah as-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang senantiasa dibaca berulang-ulang) dan al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku’. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, 6/230)

Dari Abu Sa’id -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-

أَنَّ رَهْطًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْطَلَقُوا فِي سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا حَتَّى نَزَلُوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ قَدْ نَزَلُوا بِكُمْ لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوا يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ فَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّي لَرَاقٍ وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَصَالَحُوهُمْ عَلَى قَطِيعٍ مِنْ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ فَجَعَلَ يَتْفُلُ وَيَقْرَأُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى لَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي مَا بِهِ قَلَبَةٌ قَالَ فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمْ الَّذِي صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اقْسِمُوا فَقَالَ الَّذِي رَقَى لَا تَفْعَلُوا حَتَّى نَأْتِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِي كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرُوا لَهُ فَقَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ

“Bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَberangkat dalam sebuah perjalanan mereka, mereka singgah di sebuah kabilah dari kabilah-kabilah Arab, mereka meminta kabilah tersebut untuk menerima mereka sebagai tamu, namun kabilah tersebut menolak. Tiba-tiba pemimpin kabilah tersebut disengat, maka kabilah berusaha menyembuhkannya dengan berbagai cara, namun tidak ada hasil. Sebagian dari mereka berkata, ‘Alangkah baiknya jika kalian datang kepada kelompok orang yang singgah itu, siapa tahu mereka mempunyai sesuatu.’ Maka mereka datang, mereka berkata, ‘Wahai para musafir, sesungguhnya tokoh kami disengat, kami sudah berusaha dengan berbagai cara namun tidak ada hasil. Apakah salah seorang dari kalian mempunyai sesuatu ?’ Sebagian dari mereka menjawab, ‘Ya, demi Allah, sesungguhnya aku bisa meruqyah. Namun demi Allah, kami sebelumnya sudah meminta kalian untuk menerima kami sebagai tamu, namun kalian menolak kami. Aku tidak akan meruqyah sebelum kalian memberi kami upah.’ Maka kabilah tersebut sepakat memberi mereka sekawanan kambing, maka salah seorang di antara mereka meludahi pemimpin kabilah dan membaca :  الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (surat al-Fatihah), seketika itu juga dia langsung sembuh, seolah-olah terlepas dari ikatan, dia bangkit berjalan tanpa merasakan sakit. Maka kabilah tersebut menyerahkan upah yang telah disepakati kepada mereka. Sebagian dari mereka berkata, ‘Bagilah.’ Orang yang meruqyah berkata, ‘Jangan dulu, sebelum kita datang kepada Nabi –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, kita ceritakan kepada beliau apa yang terjadi dan lihat apa sikap beliau.’ Maka mereka datang kepada Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan menceritakan kisah tersebut. beliau bersabda, ‘Dari mana kamu tahu bila ia adalah ruqyah? Kalian benar, bagilah dan berilah aku satu bagian di antara kalian’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, 7/173 dan Muslim, no. 2201)

Dari paman Kharijah bin ash-Salt, bahwa dia melewati suatu kaum. Mereka berkata “Kamu datang dari sisi laki-laki itu dengan mendapatkan kebaikan, tolong ruqyahlah orang ini.’ Mereka membawa seorang laki-laki yang linglung dalam belenggu. Maka dia meruqyahnya dengan Ummul Qur’an (Surat al-Fatihah) selama tiga hari di saat pagi dan petang. Setiap kali dia membacanya, dia mengumpulkan ludahnya kemudian meludahinya, dia sembuh seperti terlepas dari belenggu. Mereka memberinya sesuatu, lalu dia datang kepada Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dan menceritakannya. Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

كُلْ فَلَعَمْرِى لَمَنْ أَكَلَ بِرُقْيَةٍ بَاطِلٍ لَقَدْ أَكَلْتَ بِرُقْيَةٍ حَقٍّ

“Makanlah, demi Allah, ada orang yang makan dari ruqyah batil, tetapi sungguh kamu memakan dari ruqyah yang haq.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 3420; dan Ahmad dalam Musnadnya, 5/211. Lihat Shahih Abu Dawud, no. 2918).

Dari Ibnu Abbas -رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- bahwa beberapa orang sahabat Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- melewati sebuah mata air yang di sana ada seorang laki-laki yang disengat kalajengking atau ular. Orang-orang yang tinggal di sekitar mata air mencegat mereka, salah seorang dari mereka berkata, “Adakah di antara orang dari kalian yang bisa meruqyah? Di sini ada seorang laki-laki yang disengat kalajengking atau ular.” Lalu berangkatlah salah seorang dari mereka kepadanya, lalu dia membaca Surat al-Fatihah dengan perjanjian diberi beberapa ekor domba, orang yang disengat itu pun sembuh, maka si peruqyah kembali kepada rekan-rekannya dengan membawa domba-domba, namun mereka tidak menyukainya dan mereka berkata, “Kamu mengambil upah dari kitab Allah.” Saat mereka tiba di Madinah, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, dia mengambil upah dari kitab Allah.” Maka Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menjawab,

إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ

Sesungguhnya yang paling patut untuk kalian ambil upah darinya adalah kitab Allah.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, 7/170)

Dari Anas bin Malik-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- dia berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي مَسِيْرٍ فَنَزَلَ وَ نَزَلَ رَجُلٌ إِلَى جَانِبِهِ قَالَ : فَالْتَفَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ : أَلَا أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ الْقُرْآنِ ؟ قَالَ : فَتَلَا عَلَيْهِ { اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ }

“Saat itu Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- sedang dalam sebuah perjalanan, lalu beliau singgah dan seorang laki-laki pun singgah di samping beliau.” Anas melanjutkan, “Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menoleh, lalu beliau bersabda, ’Maukah kamu aku beritahu tentang surat terbaik dalam al-Qur’an?’” Perawi berkata, “Maka beliau membacakan kepadanya  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (surat al-Fatihah).” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1/560, dan lihat as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1499).

Dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, dari Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bahwa beliau bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ

“Barangsiapa melaksanakan sebuah shalat tanpa  membaca Ummul Qur’an, maka ia kurang, ia kurang, ia kurang, tidak sempurna.”

Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana bila kami di belakang imam?” Abu Hurairah menjawab, “Bacalah ia dalam hatimu, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ »

Allah –تَعَالَى– berfirman, ‘Aku membagi shalat (yakni, surat al-Fatihah) antara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian dan hamba-Ku mendapatkan apa yang dia minta. Bila dia membaca (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) (segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta.’) Allah تَعَالَى– berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Bila hamba-Ku mengucapkan (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ)  (‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.’) Allah تَعَالَى– berfirman, ‘Hamba-Ku menyanjung-Ku.’ Bila hamba mengucapkan (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ)  (‘Penguasa Hari Pembalasan.’) Allah تَعَالَى– berfirman, ‘Hamba-Ku memuliakan-Ku.’ –Atau Allah berfirman, ‘Hamba-Ku menyerahkan dirinya kepada-Ku.’ -Bila hamba mengucapkan (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) (‘Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.’) Allah berfirman, ‘Ini antara diri-Ku dengan hamba-Ku dan hamba-Ku mendapatkan apa yang dia minta.’ Bila hamba mengucapkan  (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ )  (‘Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat’), Allah berfirman, ‘Ini milik hamba-Ku dan hanmba-Ku mendapatkan apa yang dia minta’.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 395, 38.)

Dari Ubay bin Ka’ab -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, dia berkata, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

مَا أَنْزَلَ اللهُ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي اْلِإنْجِيْلِ مِثْلَ أُمِّ الْقُرْآنِ وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَهِيَ مَقْسُوْمَةٌ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

“Allah tidak menurunkan di dalam Taurat dan Injil seperti Ummul Qur’an, ia adalah as-Sab’ul Matsani, ia terbagi antara diri-Ku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapatkan apa yang dia minta.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 3125 dan lihat Shahih al-Jami’, no.5436).

Kedua: Keutamaan Membaca Surat al-Baqarah dan Ali Imran

Dari Zaid, bahwa dia mendengar Abu Salam berkata, Abu Umamah al-Bahili menyampaikan kepadaku, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

“Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang di Hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya. Bacalah az-Zahrawain, yaitu al-Baqarah dan Ali Imran, karena sesungguhnya keduanya akan datang di Hari Kiamat seperti awan atau mendung atau seperti dua kelompok burung yang mengembangkan sayap-sayapnya membela para pembaca keduanya. Bacalah Surat al-Baqarah, karena sesungguhnya membacanya merupakan sebuah keberkahan, meninggalkannya merupakan penyesalan, dan para tukang sihir tidak mampu mengalahkannya.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 804)

Dari Abdullah bin Mas’ud -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, dia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

لَا أَلْفَيَنَّ أَحَدَكُمْ يَضَعُ إِحْدَى رِجْلَيْهِ عَلَى الْأُخْرَى يَتَغَنَّى وَيَدَعُ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ يَقْرَؤُهَا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ تُقْرَأُ فِيْهِ الْبَقَرَةُ وَإِنَّ أَصْفَرَ الْبُيُوْتِ الْجَوْفُ الصِّفْرُ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

“Jangan sampai aku menemukan seseorang di antara kalian meletakkan satu kakinya di atas kakinya yang lain sambil bernyanyi dan meninggalkan membaca surat al-Baqarah, karena sesungguhnya setan lari dari rumah yang di sana dibacakan Surat al-Baqarah, dan sesungguhnya rumah yang paling kosong adalah rumah yang sepi dari (bacaan) Kitab Allah- عَزَّ وَ جَلَّ -.” (Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah, no. 963 hal.535. Dr. Faruq Humadah berkata, “Hadis hasan.” Lihat juga al-Mushannaf, 3/369 dan Tafsir Ibnu Katsir, 1/32.)

Dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, bahwa Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

“Janganlah menjadikan rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya setan berlari menjauh dari rumah yang di dalamnya dibacakan Surat al-Baqarah. “ (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 780)

Dari Jubair bin Nufair, dia berkata, Aku mendengar an-Nawas bin Sam’an al-Kilabi -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, berkata, “Aku mendengar Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ

“Pada Hari Kiamat, al-Qur’an dan para pembacanya yang mengamalkannya akan dihadirkan, di bagian depan adalah Surat al-Baqarah dan Ali Imran.”

Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- membuat untuk keduanya tiga perumpamaan yang tidak aku lupakan setelahnya, beliau bersabda,

كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ ظُلَّتَانِ سَوْدَاوَانِ بَيْنَهُمَا شَرْقٌ أَوْ كَأَنَّهُمَا حِزْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا

“Keduanya seperti dua awan atau mendung hitam yang di antara keduanya ada cahaya atau keduanya seperti dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya, keduanya membela pembacanya’.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 805)

Dari Asma’ binti Yazid bahwa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

 اسْمُ اللَّهِ الأَعْظَمُ فِى هَاتَيْنِ الآيَتَيْنِ (وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ) وَفَاتِحَةُ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ (الم اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ)

“Nama Allah yang paling agung ada pada dua ayat ini : ‘Dan Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.’ (al-Baqarah : 163) dan pembuka surat Ali Imran : ‘Alif Lam Mim. Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia. Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhlukNya).’ (Ali Imran: 1-2) (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 1496; lihat Shahih Abu Dawud, no. 1327; Ahmad dalam Musnadnya, 6/461; dan Ibnu Majah, no. 3855).

 

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber:

Min Fadha’il Qira’ah al-Qur’an al-Karim, Hamud bin Abdullah al-Mathar.