Sesungguhnya al-Qur’an adalah kalam Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- yang tertulis di dalam mushaf, yang dinukil dari Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- secara mutawatir, yang membacanya merupakan ibadah, ia adalah kitab samawi terakhir, penasakhnya dan tolak ukurnya. Seorang muslim harus banyak-banyak membacanya siang dan malam, saat tinggal di tempat sendiri maupun saat safar, menghafal seluruhnya atau sebanyak yang mudah baginya, memperhatikannya, memegang adab-adab dan hukum-hukum yang ada di dalamnya.

Tulisan berikut ini berbicara tentang keutamaan membaca al-Qur’an secara umum dan-insya Allah-pada bagian berikutnya akan dibicarakan tentang keutamaan  membaca sebagian surat al-Qur’an.

Semoga Allah yang Maha Tinggi lagi Mahakuasa menjadikannya bermanfaat dan menjadikan amal saleh kita ikhlas karena WajahNya yang mulia. Amin

**

Pertama: Keutamaan Membaca al-Qur’an

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا . وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَى أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا

Dan apabila engkau (Muhammad) membaca al-Qur’an, maka Kami adakan suatu dinding yang tidak terlihat antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat. Dan Kami jadikan hati mereka tertutup dan telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu saja dalam al-Qur’an, mereka berpaling ke belakang melarikan diri (karena benci).” (al-Isra: 45-46)

Dari Abu Umamah al-Bahili -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, dia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya.” (HR. Muslim, no. 804)

Dari Salim, dari bapaknya, dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beliau bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

“Tidak (boleh) ada rasa iri kecuali pada dua kenikmatan, yaitu seorang laki-laki yang diberi nikmat al-Qur’an lalu dia mengamalkannya di waktu malam dan di waktu siang, dan seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah lalu dia menginfakkannya di waktu malam dan di waktu siang.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, 9/189 dan Muslim, no. 815).

Dari Abdullah bin Amr -رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- bahwa Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

“Puasa dan al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi hamba pada Hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku menghalanginya dari makanan dan nafsu syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku untuk memberinya syafa’at.’ al-Qur’an berkata, ‘Ya Rabbi, aku menghalanginya tidur di malam hari, maka izinkanlah aku untuk memberinya syafa’at.’ Maka keduanya diizinkan untuk memberi syafa’at.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya, 2/174; dan lihat Shahih al-Jami’, no. 3776; dan al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1/554)

Dari Anas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, dia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ فَقِيلَ مَنْ أَهْلُ اللَّهِ مِنْهُمْ قَالَ أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia.” Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَditanya, “Siapakah keluarga Allah dari kalangan manusia itu?” Nabi –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmenjawab, “Ahli (pembaca dan pengamal) al-Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khususNya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya, 3/127; Ibnu Majah, no. 215; al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1/556; dan lihat Shahih al-Jami’, no. 2161)

Dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهً-, dari Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beliau bersabda,

يَجِيْءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ حَلِّهِ فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُوْلُ يَا رَبِّ زِدْهُ فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُوْلُ : يَا رَبِّ اِرْضِ عَنْهُ فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ : اِقْرَأْ وَارْقِ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةِ حَسَنَةً

Al-Qur’an datang pada Hari Kiamat, ia berkata, ‘Ya Rabbi, berilah dia (pembaca al-Qur’an) hiasan.’ Maka dia dipakaikan mahkota kemuliaan. Kemudian al-Qur’an berkata, ‘Ya Rabbi, ridhailah dia.’ Maka Allah meridhainya. Maka dikatakan kepadanya, ‘Bacalah dan naiklah, dengan setiap satu ayat, kamu ditambah satu kebaikan’.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2915; dan al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1/552; dan lihat Shahih al-Jami’, no. 7886).

Dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهً -, dia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Barangsiapa menghilangkan dari seorang Mukmin satu kesukaran dari kesukaran-kesukaran dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesukaran dari kesukaran-kesukaran Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidak ada satu kaum pun yang berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka melainkan ketenangan turun kepada mereka, rahmat menyeliputi mereka, para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisiNya. Barangsiapa amalnya memperlambatnya (memperoleh derajat tinggi), maka nasabnya tidak akan mempercepatnya.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2699, 4/1074)

Dari Abu Musa al-Asy’ari -رَضِيَ اللهُ عَنْهً -, dia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ

Perumpamaan seorang Mukmin yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan buah utrujah, aromanya wangi dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang Mukmin yang tidak membaca al-Qur’an adalah bagaikan buah kurma, tidak ada aromanya tetapi rasanya manis. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan rahainah, aromanya wangi namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an adalah bagaikan buah hanzhalah, ia tidak memiliki aroma dan rasanya pahit.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, 6/234 dan Muslim, no. 797).

Dari Aisyah -رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-, dia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang membaca al-Qur’an dan dia mahir dalam membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia lagi sangat taat. Sedangkan yang membaca al-Qur’an dengan tertatih-tatih dan bacaan itu terasa sulit baginya, maka dia mendapat dua pahala.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, 6/206 dan Muslim, no. 798)

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash -رَضِيَ اللهُ عَنْهً -,dari Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beliau bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

“Akan dikatakan kepada ahli al-Qur’an, ‘Bacalah dan naiklah, dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya secara tartil di dunia, sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca’.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 1464 ; at-Tirmidzi, no. 2914; dan Ahmad dalam Musnadnya, 2/192. Lihat Shahih al-Jami’, 6/349; dan Shahih Abu Dawud, no. 1300)

Dari Abu Sa’id al-Khudri -رَضِيَ اللهُ عَنْهً -, dia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا دَخَلَ الْجَنَّةَ اقْرَأْ وَاصْعَدْ فَيَقْرَأُ وَيَصْعَدُ بِكُلِّ آيَةٍ دَرَجَةً حَتَّى يَقْرَأَ آخِرَ شَيْءٍ مَعَهُ

“Dikatakan kepada ahli al-Qur’an mana kala dia masuk Surga, ‘Bacalah dan naiklah.’ Maka dia membaca dan naik satu derajat dengan setiap ayat, hingga dia membaca ayat terakhir padanya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 3780; dan Ahmad dalam Musnadnya, 3/40. Lihat Shahih al-Jami’, 6/349).

Kedua: Keutamaan Membaca Satu Huruf dari Kitab Allah (al-Qur’an)

Dari Ayyub bin Musa, dia berkata, Aku mendengar Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata, Aku mendengar Abdullah bin Mas’ud-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُوْلُ آلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa membaca satu huruf dalam al-Qur’an, maka dia mendapat satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan ‘alif lam mim’ itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2910, lihat Shahih al-Jami’, 5/340; dan Riyadh ash-Salehin, hal. 421. Al-Arnauth berkata, “Shahih.”)

Ketiga: Keutamaan Membaca Dua, Tuga, Atau Empat Ayat dari Kitab Allah.

Dari Uqbah bin Amir -رَضِيَ اللهُ عَنْهً -, dia berkata,

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَنَحْنُ فِى الصُّفَّةِ فَقَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ ». فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ : أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ

Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَdatang dan kami sedang di shuffah (emperan masjid). Beliau bersabda, ‘Siapa di antara kalian yang mau pergi ke Buthan atau al-Aqiq setiap harinya, lalu pulang dari sana membawa dua ekor unta gemuk tanpa melakukan dosa dan pemutusan hubungan silaturahim ?’ Kami menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kami mau.’ Nabi –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَbersabda, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak pergi ke masjid lalu belajar atau membaca dua ayat dari Kitab Allah عَزَّ وَجَلَّ? Itu lebih baik dari dua ekor unta. Tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor unta. Empat ayat lebih baik dari empat ekor unta, dan (lebih dari empat ayat lebih baik) dari jumlah-jumlahnya dari unta’.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 803).

Dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, dia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ فِيهِ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ. قُلْنَا نَعَمْ. قَالَ : فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَان

“Tidakkah seseorang dari kalian berkenan manakala dia pulang ke keluarganya menemukan pada mereka tiga unta bunting yang besar dan gemuk?” Kami menjawab, “Ya” Nabi –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Tiga ayat yang salah seorang dari kalian baca dalam shalatnya adalah lebih baik daripada tiga unta bunting yang besar dan gemuk.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 802).

Keempat: Keutamaan Membaca 100 Ayat

Dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- ,  dia berkata, Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

مَنْ قَرَأَ فِي لَيْلَةٍ مِائَةَ آيَةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ أَوْ كُتِبَ مِنَ الْقَانِتِيْنَ

“Barangsiapa membaca 100 ayat dalam semalam, dia tidak ditulis dalam rombongan orang-orang yang lalai. Atau ditulis dalam rombongan orang-orang yang patuh.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaemah dalam Shahhnya, 2/180 no. 1142. Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no. 643)

Dari Tamim ad-Dari -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- bahwa Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِي لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

“Barangsiapa membaca 100 ayat dalam satu malam, maka ditulis baginya (pahala) ibadah semalam suntuk.” (Diriwayatkan oleh ad-Darimi, 2/312, no. 3445; dan Ahmad dalam Musnadnya, 4/103. Lihat al-Ahadits ash-Shahihah, no. 644 dan Shahih al-Jami’, 5/340).

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber:

Min Fadha’il Qira’ah al-Qur’an al-Karim, Hamud bin Abdullah al-Mathar.