Quran_About_UsDalam tiap kisah tertumpuk hikmah, yang hanya bisa didulang oleh orang-orang yang berakal dan mau menggunakan akalnya. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang mukmin tatkala dirinya membaca atau mendengar kisah-kisah yang ada. Mau dan mampu mengambil ibrah (pelajaran) dari sebuah kisah merupakan kesempurnaan akal yang dimilikinya. Allah berfirman yang artinya, “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111)

Berikut ini adalah petikan kisah nyata dari seorang yang tiada belia lagi dalam usianya, raganya telah rapuh dan daya ingatnya terus melemah. Namun beragam kelemahan itu ternyata bukanlah sebuah penghalang baginya untuk meraih sebuah kemuliaan.

Ia adalah seorang wanita renta yang dalam usianya 73 tahun mampu menghafal al-Qur’an dalam jangka waktu 13 tahun. Beliau adalah Bibi Ummu Abdillah Munirah binti Abdillah As-Subai’i. Dirinya menuturkan kisahnya:

“Aku memulainya dengan niat yang tulus dan keinginan yang kuat serta selalu menjadikan keutamaan ahli Al-Qur’an dan penghafalnya sebagai target utama hidupku.

Kemudian aku pun mulai menghafal setengah halaman setiap harinya. Memang tidak dapat aku ingkari akan betapa sulitnya yang aku dapatkan pada permulaannya. Namun, dengan seringnya aku mengulang dan ketekunan yang aku jalani serta kesabaran, maka dengan karunia Allah akhirnya aku dapat menghafalnya.

Adapun cara menjaga hafalanku adalah dengan aku mengulang-ulang bacaan yang telah dihafal di dalam shalatku. Begitu pula Dar At-Tahfidz (kelompok penghafal al-Qur’an) yang juga memiliki peranan yang besar dalam mengokohkan hafalanku dan tajwidku.”

Ibrah (Pelajaran) Sebuah Kisah

Dari kisah di atas kita bisa memetik beberapa ibrah yang banyak sekali, seperti:

1. Umur tidaklah membatasi manusia untuk menuntut ilmu.

Belajar ilmu syar’i hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Selama hayat masih dikandung badan, maka kewajiban menimba ilmu tidaklah akan pernah tergugurkan darinya.

Wahai Anda para penuntut ilmu di kala pagi, janganlah Anda sia-siakan masa-masa emasmu untuk meraup dan mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya. Kelengahanmu di masa kini adalah penyesalanmu kala senja menyapa. Di saat senjamu, Anda sudah tak kuasa berbuat banyak lagi, seluruh yang Anda punya telah melemah, ragamu terus merapuh, daya ingatmu terus melusuh, akal dan fikiranmu terus merunduk lemas. Ingatlah, masa muda adalah masa yang paling berharga dalam hidup.

2. Sidqun niat (ikhlas dan ketulusan niat), tekun dan sabar adalah kunci kesuksesan.

Niat dan tekad yang kuat adalah awal sebuah kesuksesan untuk meraih masa depan yang terbaik. Barengilah niat tulus dan tekad yang kuat itu dengan usaha yang tekun dan kesabaran yang mengiringinya.

Lihatlah, bagaimana Rasulullah dan para sahabatnya telah mencontohkan hal itu dalam sepanjang hidupnya, dimana kesuksesan dakwah beliau karena (pertolongan Alloh kemudian) didasari oleh niatan ikhlas yang dibarengi ketekunan dan penuh kesabaran.

Apalah arti niat ikhlas dan tekad kuat tanpa adanya ketekunan usaha dan kesabaran di dalamnya? Tiadalah ia melainkan seperti orang yang berjalan dengan satu kaki saja.

3. Kemuliaan seorang penghafal Al-Qur’an, dan menjadikannya cita-cita tertinggi dalam hidupnya.

Jadikanlah cita-cita tertinggi dalam hidup Anda untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Dimana Allah telah janjikan beragam kemuliaan bagi Anda baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya ialah;

– Anda akan mendulang berlimpah ruah pahala, karena membaca Al-Qur’an itu akan diganjar dalam setiap hurufnya yang masih dilipatgandakan lagi oleh Allah.

– Anda mendapatkan derajat yang paling tinggi di hari kiamat kelak dan tingkatan yang paling agung.

– Anda akan dipakaikan jubah dan mahkota kemuliaan pada hari kiamat.

– Anda akan mendapatkan syafa’at darinya.

– Anda adalah kerabat Allah dan orang-orang dekat-Nya.

4. Faidah muraja’ah (mengulang-ulang) hafalan atau ilmu, dan urgensinya.

Al-Hafidz Ibnu Abdil Bar berkata, “ApabilaAal-Qur’an dimudahkan untuk dihafal dan mudah pula untuk hilang (hafalannya), jika tidak diikat (dengan mengulang-ulangnya), maka bagaimana dengan hafalan ilmu-ilmu lainnya selain Al-Qur’an.” (Hilyah Tholib Al-Ilmi, 178)

Sesungguhnya kelekatan ilmu hanya akan terjaga dengan dimuraja’ah (diulang-ulang hafalannya atau membacanya ulang) dan diamalkan. Meraih tidaklah mudah, menjaga bukanlah sesaat. Dan tiada jalan untuk menjaga ilmu melainkan dengan dimuraja’ah dan mengamalkannya yang bukan dalam waktu sesaat.

5. Al-Qur’an adalah kitab yang mudah dan dimudahkan untuk dihafal.

Imam Al-Qurthubi menjelaskan maksud surat Al-Qomar ayat 17 dengan mengatakan, “Kami mudahkan (al-Qur’an) untuk dihafal dan akan Kami bantu orang yang ingin menghafalnya, maka siapakah yang ingin menghafalnya dan ingin dibantu?” (Tafsir Al-Qurthubi, 17/134)

Yang menjadi masalahnya sekarang, siapa dan mau atau tidak untuk menghafalnya! Padahal Allah telah membukakan satu jalan kemudahan di dalam menghafalnya dan akan membantunya.

Wasiat Penuh Makna

Di akhir kisah yang beliau tuturkan sendiri, dirinya meninggalkan untaian kata-kata wasiat yang begitu bermakna bagi siapa saja yang hendak memaknainya:

“Kembalilah kepada Al-Qur’an Al-Karim, karena semua hal yang ada di dalamnya adalah kebaikan, ia adalah cahaya bagi yang ada di dalam dada, penghilang kesedihan, serta penyejuk hati manusia.”

Demikianlah beberapa hikmah yang dapat kita dulang dari kisah tersebut. Semoga ulasan singkat ini mengalirkan banyak faidah bagi kaum muslimin. Wallohu a’lam bishowab

Disarikan oleh Saed As-Saedy dari buku “Hayatmu Tumpukan Hikmahmu”, Saed As-Saedy, hal 143-184