MerantauDiriwayatkan dalam sebuah hadits yang saya tidak tahu shahih atau dhaif, “Hamba adalah hamba Allah, negeri adalah negeri Allah, di mana kamu mendapatkan kebaikan maka tinggallah dan bertakwalah kepada Allah.”

Allah berfirman,

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً [النساء : 100]

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di muka bumi tempat hijrah yang luas dan rizki yang lapang…” An-Nisa`: 100.

المَرْءُ لَيْسَ بِغَانِمٍ فِى أَرْضِهِ كاَلصَّقْرِ لَيْسَ بِصَائِدٍ فِى وَكْرِهِ

Seseorang itu tidak mendapatkan harta di negerinya
Layaknya rajawali yang tidak memangsa di sarangnya.

سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ وَانْصَبُ فَإِنَّ لَذِيْذَ العَيْشِ فِى النَصَبِ

Bepergianlah niscaya kamu menemukan pengganti siapa yang kamu tinggalkan
Berlelah-lelah karena sesungguhnya kenikmatan hidup itu ada di balik kelelahan.

Orang-orang Arab berkata, “Barangsiapa kekeringan, dia berpindah ke tempat turunnya hujan.” Seorang Arab pedalaman ditanya, “Di mana rumahmu?” Dia menjawab, “Di tempat turunnya hujan.”

Mereka berkata, “Al-barakat ma’al harakat, keberkahan ada pada aktifitas hidup.” Mereka berkata, “Terkadang safar membuka keberuntungan.”

Al-Buhturi berkata,

إذَا الزَّمَانُ كَسَاكَ حُلَّةَ مُعْدِمٍ فاَلْبَسْ لَهَا حُلَلَ النَّوَى وَتغَرَّبِ

Bila masa memakaikanmu jubah kemiskinan
Maka gantilah ia dengan jubah safar dan merantaulah.

Mereka berkata, “Merantau adalah salah satu dari dua kemudahan.”

Mereka berkata, “Tidak ada nasab antara dirimu dengan satu negeri, sebaik-baik negeri adalah yang menerimamu.”

فَسِرْ فِى بِلادِ اللهِ وَاْلتَمِسْ الغِنىَ تَعِشْ ذَا يَسَارٍ أَوْ تَمُوتُ فَتُعْذَرَا

Berjalanlah di bumi Allah dan carilah kekayaan
Niscaya kamu hidup mudah atau mati punya alasan.

Mereka berkata, “Barangsiapa tidak mendapatkan rizki di satu negeri, maka silakan berpindah ke negeri lainnya.”

Imri`il Qais berkata,

وَقَدْ طَوَّفْتُ فِى الآفاَقِ حَتَّى رَضِيْتُ مِنَ الغَنِيْمَةِ باِلإياَبِ

Aku sudah berkeliling dunia hingga
Akhirnya aku rela pulang sebagai hasilnya.

وَمَا المَوْتُ إِلاَّ رِحْلَةٌ غَيْرَ أَنَّهَا مِنَ المَنْزِلِ الفَانِي إِلىَ المَنْزِلِ البَاقِي

Kematian hanya perjalanan, hanya saja ia
Dari rumah yang fana ke rumah yang abadi’

Bahjatul Majalis, Al-Hafizh Ibnu Abdul Bar.