Saudaraku… semoga Allah merahmati Anda. Ketahuilah bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah salah seorang sahabat mulia Rasulullah n yang ia termasuk dalam keumuman ayat Allah k yang menjanjikan al-Husna (Surga) untuk para sahabat, sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hadid: 10).

Maka hendaknya kita mendoakan beliau seperti kita juga mendoakan para sahabat lainnya agar Allah k meridhai mereka dan tidak selayaknya kita mencela mereka. Inilah akidah ahlussunnah wal jama’ah. Rasulullah n bersabda,

لا تَسُبُّوا أصحابي، فلو أنّ أَحدَكُم أنفقَ مِثلَ أُحُدٍ ذَهَبا ما بَلَغَ مُدَّ أحَدِهمْ ولا نَصيفَه

“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, karena kalaulah seandainya salah seorang di antara kalian berinfak emas seperti gunung Uhud besarnya, niscaya hal itu tidak sebanding sama sekali dengan infaq yang mereka keluarkan meski hanya seberat satu mud, tidak pula separuhnya.” (Muttafaq ‘alaihi)
Jika kita tidak boleh mencela para sahabat secara umum, lalu, bagaimana halnya dengan salah seorang di antara mereka yang memiliki keutamaan secara khusus seperti Mu’awiyah bin Abi Sufyan?! Tentu lebih terlarang lagi mencelanya. Pada edisi ini, kita ketengahkan sekilas perihal beliau dan beberapa keutamaannya.

Saudaraku, beliau adalah Abu Abdirrahman Mu’awiyah bin Abi Sufyan Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syamsy bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab, berasal dari suku Quraisy. Ibunda beliau bernama Hindun bintu Utbah bin Rabi’ah bin Abdi Syams.

Beliau lahir di Mekkah 5 tahun sebelum Rasulullah n diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Ahli sejarah berselisih apakah Mu’awiyah memeluk Islam ketika penaklukan kota Mekkah (Tahun 8 H) atau sebelum penaklukan tersebut.
Imam adz-Dzahabi berkata, “Beliau masuk Islam sebelum ayahnya pada masa umrah qadha yaitu tahun 7 H… Namun ia baru menampakkannya pada Fathu Makkah.” (Tarikh Islam, 4/308).
Diriwayatkan bahwa Mu’awiyah berkata, “Sungguh aku telah masuk Islam di masa umrah qadha, namun aku takut untuk keluar. Ibuku berkata, ‘Jika engkau keluar, kami akan memutus pemberian nafkah kepadamu.’” (Tahdzibul Kamal, al-Mizzi, 28/177).
Saudaraku… Marilah kita simak penuturan tentang keutamaan beliau.
Didoakan Nabi n dan dijamin Surga
Tatkala bersahur di bulan Ramadhan Rasulullah n pernah mendoakan Muawiyah,

اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِ بِهِ

“Ya Allah, jadikanlah dia penunjuk dan yang memberi petunjuk, tunjukilah ia dan berilah manusia petunjuk karenanya.”(HR. al-Bukhari dalam Tarikh, at-Tirmidzi di dalam Sunannya, dan adz-Dzahabi dalam Siyar, 8/38)

اللهُمَّ عَلِّمْ مُعَاوِيَةَ الْكِتَابَ وَالْحِسَابَ وَقِهِ الْعَذَابَ

“Ya Allah, ajarkanlah Mu’awiyah ilmu tulis dan hitung, serta peliharalah dia dari siksa.” (HR. Ahmad, 4/127)
Rasulullah n bersabda,

‏أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ ‏‏أَوْجَبُوا

“Pasukan pertama dari umatku yang berperang di laut, telah dipastikan bagi mereka (tempat di Surga).” (HR. al-Bukhari)
Al-Muhallib –sebagaimana dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar -di dalam Fathul Bari, 6/102- berkata, “Dalam hadits ini terdapat keutamaan Mu’awiyah karena beliaulah orang pertama yang berperang dengan armada laut.”

Seorang juru tulis Nabi n

Abu Sufyan berkata, “‘Wahai Nabiyullah berikanlah tiga perkara kepadaku?’” Beliau n menjawab, ‘Ya’. Ia berkata, ‘Aku punya seorang putri yang merupakan wanita terbaik lagi tercantik di kalangan orang Arab, yakni Ummu Habibah bintu Abi Sufyan, aku nikahkan Anda dengannya.’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata lagi, ‘Dan Muawiyah engkau jadikan sebagai penulis di sisimu?’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata lagi, ‘Dan perintahkanlah aku supaya memerangi orang-orang kafir sebagaimana dulu aku memerangi orang-orang Islam.’ Beliau menjawab, ‘Ya.’”(HR.Muslim).

Dipercaya oleh tiga khalifah
Mu’awiyah dan saudaranya Yazid ikut berangkat tatkala Abu Bakar mengutus pasukan ke Syam. Ketika Yazid meninggal, dia ditugaskan menggantikan Yazid untuk menjadi gubernur di Syam. Umar mengokohkan apa yang ditetapkan Abu Bakar dan Utsman menetapkan apa yang ditetapkan oleh Umar. Dia menjadi gubernur di Syam selama 20 tahun dan menjadi khalifah juga selama 20 tahun.

Santun dan pandai dalam menegakkan hukum dan mengatur negara.
Saad bin Abi Waqqash berkata, “Tak pernah saya melihat seorang yang lebih pandai memutuskan hukum selepas Sayyidina Utsman daripada tuan pintu ini (beliau maksudkan Mu’awiyah).” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 8/133).
Ma’mar dari Hammam bin Munabbih, ia berkata, “Saya pernah mendengar Abdullah bin Abbas berkata,’Belum saya dapati orang yang lebih ahli dalam mengatur negara, selain Mu’awiyah. Orang-orang mendatanginya dengan perasaan senang tanpa merasa sempit, tertekan, gelisah ataupun marah.” (as-Sunnah, al-Khallal, 677, Tarikh al-Kabir, al Bukhari, VII/327 dan Tarikh Dimasyqi, Ibnu Asakir, 59/175, dengan sanad shahih).

Qubaishah bin Jabir v berkata, “Belum pernah aku melihat orang yang paling besar kesantunannya, lebih banyak kemuliaannya dan lebih lembut dalam mengambil keputusan selain Mu’awiyah.” (Tarikh Dimasyqi, 59/178).

Umar bin Khattab berkata tatkala mengangkat Mu’awiyah sebagai Gubernur Syam,

لاَ تَذْكُرُوا مُعَاوِيَةَ إِلاَّ بِخَيْرٍ

“Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan.” (al-Bidayah, 8/122).

Adalah Ali bin Abi Thalib sepulang dari perang Shifin berkata, “Wahai manusia janganlah kalian membenci kepemimpinan Mu’awiyah karena sesungguhnya kalau kalian kehilangan Mu’awiyah, niscaya kalian akan melihat kepala-kepala manusia terlepas dari badan-badan seperti buah hanzhal.” (Bidayah wa Nihayah, 8/125).

Seorang yang Faqih
Pada masa Umar bin al-Khaththab pernah seorang mengadu kepada Ibnu Abbas bahwa Muawiyah melaksanakan shalat witir dengan hanya satu rakaat. Ibnu Abbas cberkomentar, “(Biarkan), sesungguhnya dia seorang yang faqih (faham agama).” (HR.al-Bukhari)

Seorang yang Adil
Pernah diceritakan kepada Imam al-A’masy v tentang keadilan Umar bin Abdul Aziz maka dia berkata, “Bagaimana pula kekaguman kalian jika mendapati Mu’awiyah?” Mereka berkata, “Wahai Abu Muhammad apakah dalam kelembutannya?” Dia menjawab. “Tidak, demi Allah, bahkan dalam keadilannya.” (as-Sunnah, I/437}

Ibrahim bin Maisarah berkata, “Saya tidak melihat Umar bin Abdul Aziz memukul sesorang kecuali seorang yang mencela Muawiyah, beliau mencambuknya dengan beberapa cambukan.” (Tarikh Dimasyq, 59/211)

Paman Kaum Mukminin, Penulis Wahyu dan Seorang Pemimpin Kaum Muslimin
Ibnu Qudamah al-Maqdisi v berkata, “Mu’awiyah adalah paman kaum mukminin, penulis wahyu Allah, salah seorang pemimpin kaum muslimin semoga Allah meridhai mereka.” (Lum’atul I’tiqad, hal. 31)
Mengapa beliau dikatakan “Paman Kaum Mukminin?” Karena saudara perempuannya, Ummu Habibah x, adalah istri Rasulullah n.

Raja Terbaik dalam Umat
Ibnu Taimiyah v berkata, “Para ulama sepakat bahwa Muawiyah adalah raja terbaik dalam umat, karena 4 pemimpin sebelumnya adalah para khalifah nubuwwah, adapun dia adalah awal raja dan kepemimpinannya adalah rahmat.” (Majmu’ Fatawa, 4/478, Minhaj Sunnah, 6/232)

Ibnu Abil Izz al Hanafi v berkata, “Raja pertama kaum muslimin adalah Muawiyah, dan dia adalah sebaik-baiknya raja kaum muslimin.” (Syarh Aqidah Thahawiyah, hal. 722)

Pemuji Allah
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Muhammad bin Yahya bin Sa’id, ia berkata, “Abdullah bin al Mubarak pernah ditanya tentang Mu’awiyah, “Apa pandanganmu tentangnya?” Beliau menjawab,”Apa yang harus kukatakan terhadap lelaki, yang ketika Rasulullah n mengucapkan, ‘Allah mendengar hamba yang memuji-Nya’, Mu’awiyah menyambutnya dari belakang, ‘Segala puji bagi-Mu, wahai Rabb kami’.”(Tarikh Dimasyqi, 59/209)

Muawiyah bin Abi Sufyan meninggal pada bulan Rajab tahun 60 H di usia 77 tahun. Dia dimakamkan di antara Bab al-Jabiyyah dan Bab ash-Shaghir.

Demikianlah, sekilas tentang sahabat mulia yang satu ini Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan beberapa keutamaan beliau yang digambarkan oleh orang-orang yang baik. Sungguh celaka orang yang mencela dan membencinya, bahkan sampai menuduhnya munafik. Atau, bahkan tidak menganggapnya sebagai salah seorang sahabat Nabi n.

Semoga Allah meridhai Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan meridhai pula sahabat beliau n yang lainnya. Allahu a’lam. (Redaksi)

[Sumber: Disarikan dari berbagai sumber]