Sanjungan dan pujian kita panjatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla atas nikmat-Nya yang diberikan kepada bangsa kita, bangsa Indonesia berupa “Kemerdekaan dari penjajahan secara fisik oleh bangsa lain”. Sehingga, rasa aman meliputi segenap anak bangsa dalam kehidupannya hingga detik ini. Sungguh, ini merupakan bagian dari nikmat Allah ‘Azza wa Jalla yang besar yang harus disyukuri. Di antara bentuk kesyukuran yang hendaknya dilakukan adalah hendaknya setiap individu anak bangsa ini menjaga keimanannya dari hal-hal yang akan mengotorinya dan meningkatkan ketaatannya kepada Tuhan yang Maha Esa, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla, menghindari segala hal yang akan menyebabkan kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla dan datangnya azabNya berupa kemaksiatan, kekufuran dan pelanggaran. Dengan cara inilah keberkahan dan kebaikan sejati dalam kehidupan masyarakat terwujud dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. Al-A’raf : 96).

Maknanya, yakni, sekiranya penduduk negeri beriman (kepada Allah ‘Azza wa Jalla, janji dan ancaman-Nya) dan membenarkan para utusan-Nya yang membawa risalahNya (yang diturunkan kepada mereka), mengikuti (ajaran yang disampaikan) mereka serta menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang-Nya, tentulah Allah ‘Azza wa Jalla membukakan pintu-pintu kebaikan bagi mereka dari segala penjuru, tapi mereka mendustakan (para Rasul dan mengingkari nikmat) maka Allah ‘Azza wa Jalla pun menghukum mereka dengan azab yang membinasakan disebabkan oleh kekafiran dan kemaksiatan mereka. (at-Tafsir al-Muyassar,3/57).

Dalam ayat yang mulia ini terdapat seruan dan ajakan kepada seluruh manusia untuk beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla, meng-esakan-Nya dan bertakwa kepadaNya agar mereka mendapatkan balasan berupa keberkahan (yang Allah ‘Azza wa Jalla turunkan) dari langit dan beragam bentuk kebaikan yang banyak lagi agung yang tidak terbatas jumlahnya dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah ‘Azza wa Jalla semata, dan demikian pula agar Allah ‘Azza wa Jalla memudahkan bagi mereka segala sesuatu yang ada di bumi berupa kebaikan-kebaikan tetumbuhan dan hewan-hewan, serta barang-barang tambang dan lain sebagainya yang ada di dalam perut bumi sebagai balasan untuk keimanan dan ketakwaan mereka. (Aayaatu at-Taqwa Fii al Qur’an al-Karim, 1/97)

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqitiy rahimahullah berkata, “Ayat ini merupakan nash yang menegaskan bahwa ummat itu bila mana istiqamah berada di atas jalan yang lurus, yaitu syariat Allah ‘Azza wa Jalla niscaya Allah akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi (Adh-Waa-ul Bayan Fii Iidha-hi al-Qur’an bil Qur’an, 8/319).

Ancaman “Penjajahan”
Maka dari itu, setiap anak bangsa wajib menjaga keimanan dan ketakwaan sebagai bentuk kesyukuran atas nikmat kemerdekaan yang Allah ‘Azza wa Jalla karuniakan kepada bangsa ini. Dan, hendaknya pula selalu waspada dan membentengi diri dari adanya ancaman beragam model penjajahan, semisal; penjajahan di bidang keyakinan, keamanan, sosial budaya, dan akal.

a. Penjajahan Keyakinan
Penjajahan di bidang ini semisal hal-hal yang akan menggerogiti prinsip “Ketuhanan yang Maha Esa”, seperti halnya berhembusnya faham komunisme yang anti Tuhan, memisahkan agama dari kehidupan bernegara dan pengaturan undang-undang, tumbuh suburnya hal yang menafikan prinsip “Ketuhanan yang Maha Esa”, yaitu : Kesyirikan. Sungguh, ini merupakan model penjajahan yang sangat berbahaya, karena akan menjadikan hilangnya petunjuk dan keamanan,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk (Qs. Al-An’am : 82)

Maka dari itu, tinggalkanlah segala bentuk kesyirikan dan segala bentuk keyakinan-keyakinan yang menyimpang karena kedua hal tersebut merupakan perkara yang membahayakan.

b. Penjajahan Keamanan
Contoh penjajahan di bidang ini adalah munculnya terorisme dan radikalisme dengan segala bentuknya yang menyelisihi syariat. Kedua hal ini juga membahayakan. Karena, akan mengganggu stabilitas keamanan, menimbulkan rasa ketakutan di tengah-tengah masyarakat. Ini termasuk bentuk “tindak melampaui batas” yang harus dihindari. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ ، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

Wahai manusia, hindarilah oleh kalian tindakan melampaui batas (ghuluw) dalam beragama karena sesungguhnya yang telah menghancurkan orang sebelum kalian adalah tindakan melampaui batas dalam beragama (HR. Ibnu Majah, no.3029)

Dalam bahasa Arab kata ( الْغُلُوَّ ) yang berarti radikal, kekerasan dan kekakuan kembali kepada sebuah kalimat yang bermakna “sesuatu yang berlebih-lebihan dan melampaui batas dan ukuran.” Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Faris dalam kitabnya Mu’jam Maqaayis Lughah. Dan, berlebih-lebihan dalam agama adalah dengan melakukan sesuatu yang melampaui batas dengan kekerasan dan kekakuan, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Manzhur dalam kitab Lisaanul ‘Arob.

c. Penjajahan Sosial Budaya
Contoh penjajahan di bidang ini adalah masuknya budaya-budaya barat semisal pergaulan bebas yang dibungkus dengan kulit HAM (Hak Asasi Manusia), yang menyebabkan merebaknya perilaku hubungan tanpa ikatan pernikahan yang sah (baca: perzinaan) dan penyimpangan kecenderungan seksual kepada sesama jenis (baca : homo seksual dan lesbian), budaya berpakain “you can see” (baca : mengumbar dan pamer aurat), pornografi, dan lain sebagainya.

Sedemikian gencar model penjajahan yang satu ini dilancarkan melalui banyak media sosial oleh orang-orang yang hakekatnya tidak menginginkan kebaikan untuk bangsa ini. Yang mereka inginkan tidak lain adalah menimbulkan kerusakan jiwa dan moral. Mereka itulah para bala tentara setan yang terlaknat. Yang menyeru dan mengajak kepada keburukan, kekejian dan kehinaan, agar bersama-sama –nantinya- merasakan panasnya api Neraka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّ الشَّيْطانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّما يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحابِ السَّعِيرِ

Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (Qs. Fathir : 6)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah- langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar (Qs. an-Nuur : 21)

Hal ini merupakan model penjajahan yang sangat membahayakan. Hal itu karena dapat menghancurkan moral, jiwa dan kehormatan setiap anak bangsa ini. Dan, ketika para penjajah yang melakukan model penjajahan seperti ini dapat mengusai anak bangsa ini, sehingga praktek perzinaan –baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi- marak, demikian pula praktek homoseksual marak dan merebak, niscaya kebinasaan dan kehinaan akan meliputi bangsa ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللَّهِ

Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim).

مَلْعُونٌ مَنْ سَبَّ أَبَاهُ ، مَلْعُونٌ مَنْ سَبَّ أُمَّهُ ، مَلْعُونٌ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ ، مَلْعُونٌ مَنْ غَيَّرَ تُخُومَ الْأَرْضِ  مَلْعُونٌ مَنْ كَمَهَ أَعْمَى عَنْ طَرِيقٍ ، مَلْعُونٌ مَنْ وَقَعَ عَلَى بَهِيمَةٍ ، مَلْعُونٌ مَنْ عَمِلَ بِعَمَلِ قَوْمِ لُوط

Dilaknat orang yang mencaci ayahnya, dilaknat orang yang mencaci ibunya, dilaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, dilaknat orang yang mengubah tanda batas tanah, dilaknat orang yang menyesatkan orang buta dari jalan, dilaknat orang yang menyetubuhi bintang, dan dilaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.” (Perowi berkata) Nabi a mengucapkan yang terakhir ini (yakni, dilaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth) 3 x (HR. Ahmad, no. 1875)

d. Penjajahan Akal
Termasuk juga ancaman penjajahan yang harus diwaspadai adalah model penjajahan yang menyerang akal, yang digelontorkan melalui peredaran Khomer (Miras) yang digelontorkan oleh setan bersama bala tentaranya, baik dari kalangan jin maupun manusia. Sungguh, ini pun termasuk model penjajahan yang sangat membahayakan. Tentang bahayanya Allah ‘Azza wa Jalla mengisyaratkannya dalam firman-Nya,

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ

Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat maka tidakkah kalian mau berhenti ? (Qs. Al-Maidah : 91)

Saking bahayanya hal ini maka tidak mengherankan ketika syariat Islam mengharuskan untuk memutus semua mata rantai segala hal yang terkait dengannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ

Allah melaknat khomr, orang yang meminumnya, orang yang menuangkannya, penjualnya, pembelinya, orang yang memerasnya, orang yang mengambil hasil perasannya, orang yang mengantarnya dan orang yang meminta diantarkan.” (HR. Ahmad, 2/ 97, Abu Daud no. 3674 dan Ibnu Majah no. 3380).

Maka, menjadi kewajiban setiap anak bangsa ini untuk membentengi diri dan keluarga dari segala bentuk ancaman model penjajahan-penjajahan ini. Wallahu a’lam

(Redaksi)