Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!.” (al-Baqarah: 197)

Abul Atahiyah رَحِمَهُ اللهُ berkata,

“Duhai sungguh mengherankan bagi manusia!

Sekiranya mereka befikir dan instropeksi diri

Niscaya mereka melihat

Dan menyeberangi dunia menuju selainnya

Sebab dunia itu hanyalah penyeberangan bagi mereka

Tidak ada kebanggaan kecuali kebanggaan ahli takwa

Kelak, jika mereka telah berada di Mahsyar

Niscaya manusia akan tahu bahwa ketakwaan dan kebajikan adalah sebaik-baik simpanan.

Aku heran kepada manusia yang berbangga-bangga

Padahal kelak dia akan dikubur dalam kuburnya

Mengapa manusia yang permulaannya setetes sperma

Dan terakhirnya menjadi bangkai, dia berbuat durhaka?

Ia menjadi tidak kuasa mendahulukan apa yang diharapkannya

Dan tidak pula menunda apa yang dikhawatirkannya

Suatu perkara menjadi selain yang diharapkan

Dalam segala yang ditentukan dan ditakdirkan.”

(Imam al-Qurthubi, “at-Tadzkirah Fii Ahwali al-Mauta Wa Umuri al-Akhirah”,1/11)