Ahlu Sunnah Vs Inkar SunnahSyubhat-syubhat pihak yang mengingkari sunnah dan jawaban atasnya:

Pertama, al-Qur`an mencakup segala sesuatu dalam agama, Allah berfirman,

مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ [الأنعام : 38]

Tidak ada yang Kami tinggalkan sedikit pun di dalam al-Kitab.” Al-An’am: 38. Allah berfirman,

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ [النحل : 89]

Dan Kami turunkan al-Qur`an kepadamu sebagai penjelas bagi segala sesuatu.” An-Nahl: 89. Jadi selain al-Qur`an tak dibutuhkan.

Jawaban, Allah menjelaskan agama kepada manusia melalui empat cara:

Pertama, penjelasan Allah melalui al-Qur`an seperti kewajiban-kewajiban ibadah dan pengharaman hal-hal buruk dan lain-lainya.

Kedua, penjelasan Allah melalui Rasulullah, seperti tata cara shalat dan sifat zakat yang dasar kewajibannya ada di dalam al-Qur`an.

Ketiga, penjelasan Allah melalui Rasulullah untuk perkara-perkara yang tidak ada di dalam al-Qur`an, dan al-Qur`an sudah mewajibkan taat kepada Rasulullah dan merujuk kepada hukumnya, barangsiapa menerima, maka dia menerima al-Qur`an, barangsiapa menolak maka dia menolak al-Qur`an.

Keempat, apa yang Allah serahkan kepada makhluk agar mereka berijtihad dalam mengetahuinya.

Adapun ayat(yang artinya) “Tidak ada yang Kami tinggalkan sedikit pun di dalam al-Kitab.” Al-An’am: 38. Maka yang dimaksud dengan al-Kitab adalah Lauhul Mahfuzh, konteks ayat menunjukkan makna ini.

Adapun firman Allah,(yang artinya) “Dan Kami turunkan al-Qur`an kepadamu sebagai penjelas bagi segala sesuatu.” Maka penjelasan Allah bersifat langsung di dalam al-Qur`an dan bersifat tidak langsung melalui selain al-Qur`an. Di samping penjelasan Allah bisa secara terperinci dan bisa bersifat dasar-dasarnya.

Kedua, firman Allah,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ [الحجر : 9]

Sesungguhnya Kami menurunkan adz-dzikru dan sesungguhnya Kami yang menjaganya.” Al-Hijr: 9. Karena sunnah terbukti tidak terjaga, karenanya ada hadits dhaif bahkan ada hadits maudhu’.

Jawaban, kami telah jelaskan sebelumnya bahwa sunnah termasuk wahyu dan bahwa wahyu terjaga, artinya sunnah juga terjaga, apa yang Allah jamin juga terjamin tidak akan lenyap, tidak akan terselewengkan dan tidak akan terpalsukan. Kalaupun ada yang melakukan semua itu, tetap saja –karena Allah menjamin menjaga- akan lahir ulama-ulama besar yang membuka penyelewengan dan membeber pemalsuan dan inilah yang terjadi, sehingga umat saat ini membedakan mana hadits shahih dan mana yang dhaif.

Ketiga, penulisan sunnah hadir belakangan, sebelum itu penjagaannya berpijak kepada hafalan yang sangat beresiko lupa, karena itu sunnah sulit dibilang akurat dan bisa dipertanggung jawabkan.

Jawaban, walaupun sunnah dibukukan belakangan, ia tetap bisa dipertanggung jawabkan, karena para perawinya adalah orang-orang dengan hafalan yang jempolan dan dalam jumlah yang sangat banyak, bila diasumsikan ada yang lupa atau lalai, masih ada yang lain yang mengingatkan dan meluruskan, dan semua itu kembali kepada jaminan penjagaan dari Allah.

Terakhir, orang-orang yang mengingkari sunnah dan menolaknya adalah orang-orang yang mengingkari dan menolak al-Qur`an, bagaimana tidak, kan al-Qur`an sudah memerintahkan untuk mentaati Rasul, menerima sabdanya, menjauhi larangannya, berhakim kepadanya, ayat-ayatnya sudah dijelaskan di makah sebelumnya, seandainya kita tidak menaati Rasul, tidak menerima sabdanya, tidak menjauhi larangannya, tidak berhakim kepadanya, bukankah itu sama dengan kita tidak mengambil al-Qur`an?

Kepada orang-orang yang mengingkari sunnah dan menolaknya, bagaimana kalian menegakkan shalat yang diperintahkan oleh al-Qur`an, bagaimana kalian menunaikan zakat yang diperintahkan oleh al-Qur`an, bagaimana kalian menunaikan ibadah haji yang diperintahkan oleh al-Qur`an? Sadarlah kalian dan kembalilah ke jalan yang benar.

Manhajul Istidlal ala Masa`il al-I’tiqad inda Ahlus Sunnah wal Jamaah, Utsman bin Ali Hasan.