Ibnu Ishaq rahimahullah berkata:

وَكَانَ بَيْنَ مَا أَخْفَى رَسُولُ اللّهِ – صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ – أَمْرَهُ وَاسْتَتَرَ بِهِ إلَى أَنْ أَمَرَهُ اللّهُ تَعَالَى بِإِظْهَارِ دِينِهِ ثَلَاثُ سِنِينَ – فِيمَا بَلَغَنِي – مِنْ مَبْعَثِهِ

”Dan jarak antara masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan urusannya (agama/dakwahnya) dan mentup diri dengannya sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkannya untuk menampakkan agamanya adalah tiga tahun- senbagaimana apa yang datang kepadaku- semenjak diutusnya beliau (sebagai Nabi)…. Demikianlah ia mengabarkan kisah ini tanpa sanad. (Ar-Raudh al-Unuf 3/42)

Dan penetapan/penentuan masa dakwah ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d rahimahullah, dia berkata:”Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Umar…dari ‘Abdurrahman bin al-Qasim dari bapaknya berkata:’ Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah dari awal mula diturunkan Nubuwah (kenabian) kepada beliau selama tiga tahun, dengan cara sembunyi-sembunyi sampai beliau diperintahkan untuk menampakkan dakwahnya (dakwah terang-terangan).’” (ath-Thabaqat al-Kubra 1/199)

Dan Muhammad bin ‘Umar adalah al-Waqidi, ia adalah perawi yang Matruk (ditinggalkan haditsnya) dan al-Qasim adalah seorang Tabi’in.

Dan al-Balaadzuri meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama empat tahun.”

Dan tidak diragukan lagi bahwa dakwah Nabi dahulu dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi pada awalnya. Akan tetapi penentuannya dengan tiga atau empat tahun tidak valid riwayatnya. Oleh sebab itu, maka membangun hukum syar’i di atas riwayat-riwayat tersebut dengan penentuan ini (3 atau 4 tahun) adalah tidak ada dalilnya. Wallahu A’lam.

(Sumber:ما شاع ولم يثبت في السيرة النبوية hal. 29. Diterjemahkan dengan tambahan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)