اَلسَّلَامُ

Maha Selamat (Maha Sejahtera)

(Serial Nama-nama Allah, bag.29)

 

Nama tersebut disebutkan di dalam al-Qur’anul Karim hanya sekali saja, yaitu pada firman Allah ta’ala,

 

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

 

Dialah Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Maharaja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga keamanan, Pemelihara keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Qs. al-Hasyr : 23).

  • Makna Nama اَلسَّلَامُ

Makna dari nama mulia ini ialah Yang Mahaselamat dari semua aib dan kekurangan, karena kesempurnaan yang ada pada Dzat-Nya, sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Allah adalah Mahaselamat lagi Maha hak dari segala tinjauan. Mahaselamat pada Dzat-Nya dari semua aib dan kekurangan yang digambarkan oleh dugaan. Mahaselamat pada sifat-sifat-Nya dari seluruh aib dan kekurangan. Dan Mahaselamat pada perbuatan-perbuatan-Nya  dari semua aib dan kekurangan, kejahatan, dan kezhaliman serta dari perbuatan yang terjadi tanpa dasar hikmah. Dia ta’ala Mahaselamat dari istri dan anak. Mahaselamat dari saingan dan tandingan, dari kesamaan dan keserupaan. Selain itu, Dia Mahaselamat dari sekutu dan serikat.

 

Mahaselamat Mencakup Semua Sifat-sifat-Nya

Ini adalah nama yang mencakup semua sifat-sifat-Nya. Setiap sifat dari sifat-sifat-Nya adalah selamat dari segala aib dan kekurangan.

Tatkala merinci dan menetapkan nama ini (yakni, اَلسَّلَامُ) , Ibnul Qayyim-semoga Allah merahmatinya- berkata, “Oleh karena itu, apabila engkau melihat satu  persatu dari sifat-sifat  kesempurnaan-Nya, niscaya engkau akan mendapati setiap sifat tersebut selamat dari segala hal yang berlawanan dengan kesempurnaan-Nya.”

Kehidupan-Nya selamat dari kematian, rasa kantuk, dan tidur. Demikian pula dalam mengurus makhluk-Nya secara terus menerus, dan kekuasaan-Nya selamat dari rasa lelah dan letih. Ilmu-Nya selamat dari tersembunyinya sesuatu dari-Nya atau munculnya kelalaian atau perlu mengingat-ingat atau memikirkannya lagi. Selain itu, keinginan-Nya selamat dan tidak keluar dari jalur hikmah dan maslahat. Firman-Nya selamat dari dusta dan aniaya. Kalimat-kalimat-Nya telah sempurna dengan benar dan adil. Kekayaan-Nya selamat dari segala kebutuhan kepada selain-Nya dari segala segi. Justru selain-Nya yang butuh kepada-Nya. Dia Mahakaya dari siapa saja selain-Nya. Kerajaan-Nya selamat dari pihak lain yang memusuhi, berserikat atau menolong dan membantu, atau memberi syafa’at di sisi-Nya dengan tanpa izin dari-Nya. Uluhiyah-Nya selamat dari sekutu yang ingin berserikat, bahkan Dia adalah Allah Yang tiada ilah yang hak kecuali Dia.

Kesantunan, maaf, dan ampunan-Nya selamat tanpa dibutuhkan sebelumnya, (dan selamat) dari kehinaan, atau bermain-main sebagaimana halnya pada selain-Nya. Bahkan semua itu adalah murni kedermawanan-Nya, kebaikan, dan kemuliaan-Nya. Demikian pula siksa-Nya, kerasnya azab-Nya dan cepat-Nya hukuman-Nya selamat dari kezhaliman. Bahkan semua itu murni hikmah-Nya, keadilan-Nya dan penempatan-Nya segala sesuatu sesuai dengan tempatnya masing-masing. Dengan semua itu, Allah berhak mendapatkan pujian dan sanjungan sebagaimana Dia berhak mendapatkan semua itu lantaran kebaikan, pahala, dan segala kenikmatan-Nya. Bahkan seandainya Allah memberikan pahala pada tempat yang seharusnya berhak mendapat siksa, tentu saja Dia menentang hikmah dan kemuliaan-Nya. Oleh karena itu, Allah yang telah meletakkan hukuman sesuai pada tempatnya, merupakan bagian dari sifat terpuji, hikmah dan kemuliaan-Nya. Oleh kerena itu, Dia selamat dari segala hal yang disangka-sangka oleh musuh-musuh-Nya dan orang-orang bodoh tentang-Nya, yang berupa apa saja yang bertentangan dengan hikmah-Nya.

Qadha dan takdir-Nya selamat dari kesia-siaan, kezhaliman, aniaya, dan anggapan bahwa Dia dapat terjatuh kepada hal yang bertentangan dengan  hikmah agung-Nya. Syariat dan agama-Nya selamat dari kontradiksi, perselisihan, keguncangan, atau menyelisihi maslahat hamba-hamba, rahmat-Nya, perbuatan baik-Nya kepada mereka atau menyelisihi hikmah-Nya. Bahkan syariat-Nya seluruhnya penuh dengan hikmah, rahmat, maslahat, dan keadilan.

Demikian pula pemberian-Nya selamat dari keadaannya sebagai ganti atau karena keperluan untuk diberikan. Mencegahnya Dia (tidak memberi) selamat dari kikir dan takut kikir. Bahkan pemberian-Nya adalah murni perbuatan baik, bukannya sebagai ganti atau keperluan. Mencegahnya Dia juga murni keadilan dan hikmah yang tidak terkontaminasi dengan sifat kikir dan kelemahan.

Bersemayamnya Allah dan ketinggian-Nya di atas Arsy-Nya selamat dari keadaan-Nya yang membutuhkan sesuatu untuk memikul-Nya atau untuk bersemayamnya Dia. Bahkan Arsy yang membutuhkan-Nya dan para pemikul Arsy juga butuh kepada-Nya. Karena Dia tidak membutuhkan Arsy dan para pemikulnya dan dari segala sesuatu selain keduanya. Itu adalah bersemanyam dan ketinggian yang tidak dapat dibatasi dan tidak membutuhkan Arsy atau yang lainnya, dan tidak pula meliputi-Nya, bahkan Allah telah ada tanpa ada Arsy dan Dia tidak membutuhkannya, Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji. Bahkan bersemayamnya Dia di atas Arsy-Nya dan berkuasanya Dia atas seluruh makhluk merupakan konsekwensi dari kekuasaan dan keperkasaan-Nya, tanpa butuh kepada Arsy atau makhluk lain sama sekali.

Turunnya Allah setiap malam ke langit dunia selamat dari apa saja yang berlawanan dengan ketinggian-Nya, dan selamat dari apa yang bertentangan dengan kesempurnaan-Nya, dan selamat dari segala sesuatu yang diduga-duga oleh mu’athil (orang yang menafikan sifat-Nya) dan musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk atau (menyerupakan) makhluk dengan Allah), selamat dari keberadaan di bawah sesuatu atau dibatasi oleh sesuatu. Mahasuci Rabb kita dari segala sesuatu yang bertentangan dengan kesempurnaan dan kekayaan-Nya.

Pendengaran dan penglihatan-Nya selamat dari apa yang dikhayalkan oleh musyabbih atau yang diucapkan tanpa dalil oleh mu’athil. Pertolongan-Nya kepada para wali-Nya selamat dari membutuhkan (makhluk), sebagaimana makhluk yang satu membutuhkan yang lain. Akan tetapi, pertolongan-Nya adalah rahmat, kebaikan, dan kebajikan. Sebagaimana dalam firman-Nya,

 

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ

 

Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan… (Qs. al-Isra : 111).

Allah tidak menafikan bahwa Dia memiliki wali secara mutlak. Namun, yang Allah nafikan dari-Nya adalah adanya wali lantaran Dia membutuhkannya.

Demikian pula kecintaan Allah bagi orang-orang yang mencintai-Nya dan para wali-Nya selamat dari faktor-faktor cintanya makhluk kepada makhluk yang lain, karena mereka membutuhkan cinta itu, membutuhkan kelembutan atau mengambil manfaat karena kedekatan tersebut, dan selamat dari apa yang diucapkan tanpa dalil oleh mu’athilun tentang kecintaan itu. Demikian pula apa yang Allah sandarkan kepada Diri-Nya seperti tangan dan wajah, maka semua itu selamat dari apa yang digambarkan oleh musyabbih atau diucapkan dengan tanpa dalil oleh mu’athil.

Kemudian, beliau –semoga Allah merahmatinya- menutup pengakuan sempurna tersebut dengan ucapannya:

Oleh karena itu, renungkanlah, bagaimana nama-Nya  اَلسَّلَامُ    mencakup segala sesuatu yang disucikan dari-Nya tabaraka wa ta’ala. Berapa banyak orang yang telah hafal nama tersebut, tetapi ia tidak mengetahui apa yang dicakup oleh nama itu yang berupa rahasia-rahasia dan kandungan-kandungan makna. (Bada-i’ al-Fawa-id, juz 2, hlm. 135-137).

 

Kandungan Makna Nama “ اَلسَّلَامُ

Di antara kandungan maknanya adalah bahwa Allah pemilik ucapan salam, yakni yang mengucapkan salam kepada para hamba-Nya, Dia juga mengucapkan salam kepada para Rasul dan Nabi-Nya lantaran keimanan mereka, kesempurnaan penghambaan mereka dan mereka menyampaikan risalah yang terang. Allah ta’ala berfirman,

 

قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى

 

Katakanlah (Muhammad), “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya… (Qs. an-Naml : 59).

Allah juga berfirman,

سَلَامٌ عَلَى نُوْحٍ فِي الْعَالَمِيْنَ

“Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di seluruh alam” (Qs. ash-Shaffat : 79).

سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ

“Selamat sejahtera bagi Ibrahim“ (Qs. ash-Shaffat : 109).

سَلَامٌ عَلَى مُوسَى وَهَارُوْنَ

Selamat sejahtera bagi Musa dan Harun “ (Qs. ash-Shaffat : 120).

سَلَامٌ عَلَى إِلْ يَاسِيْنَ

Selamat sejahtera bagi Ilyas (Qs. ash-Shaffat : 130).

Allah mengucapkan salam kepada hamba-hamba dan para wali-Nya di Surga tempat segala kenikmatan.

Allah ta’ala berfirman,

تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيْمًا

Penghormatan mereka (orang-orang mukmin itu) ketika mereka menemui-Nya ialah, “Salam” dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka (Qs. al-Ahzab : 44).

Firman-Nya,

خَالِدِيْنَ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلَامٌ

Mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam (Surga) itu ialah ‘salam’ (Qs. Ibrahim : 23).

سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيْمٍ

(Kepada mereka dikatakan), “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang (Qs. Yasin : 58).

Allah menjadikan Surga-Nya sebagai negeri keselamatan bagi para hamba-Nya dari kematian, rasa sakit, kesedihan, penyakit, gundah gulana, dan lain sebagainya.

Allah ta’ala berfirman,

لَهُمْ دَارُ السَّلَامِ عِنْدَ رَبِّهِمْ

Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (Surga) di sisi Tuhannya. (Qs. al-An’am : 127).

Firman-Nya,

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ

Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (Surga) (Qs. Yunus : 25).

Allah ta’ala menjadikan tersebarnya nama ini (اَلسَّلَامُ) di dunia sebagai sebab masuk Surga di akhirat.

Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

لاَ تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا.أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

Kalian tidak akan masuk Surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu apabila kalian lakukan niscaya kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian (HR. Muslim, no. 54, dari hadis Abu Hurairah-semoga Allah meridhainya). Wallahu A’lam.

(Redaksi)

 

Sumber :

Fikih Asma’ul Husna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr.