Masih dalam upaya provokatif zionis yang terus menerus dilakukan terhadap perasaan kaum Muslimin di seluruh dunia, ribuan kaum ekstrem Yahudi berupaya untuk datang secara beramai-ramai menuju al-Aqsha yang diberkahi dengan kedok mendirikan ritual Yahudi terkait dengan hari ‘Paskah’ ala Ibrani. Hal ini mereka lakukan di bawwah keterlibatan pihak kepolisian zionis. Ini merupakan upaya berikutnya setelah sebelumnya ancaman sekelompok ekstrem Yahudi untuk menerobos masuk Haram Quds pada tanggal 10 April lalu gagal dilakukan.

Beberapa sumber penerangan Zionis memperkirakan puluhan ribu orang Yahudi akan mendatangi hall dinding ‘Buraq’. Sementara itu, aparat kepolisian melarang para sopir mobil pribadi untuk memasuki kawasan kota kuno. Dijelaskan, Haram Quds akan dibuka buat orang-orang Yahudi pada jam-jam biasa. Untuk menyiasati timbulnya serangan terhadap target-target Yahudi, pihak keamanan melakukan penjagaan ekstra ketat dengan menyebarkan personil-personilnya ke beberapa lokasi piknik dan cafe-cafe di Quds.

Terkait dengan hal ini, disinyalir beberapa sumber pejabat tinggi di intelijen Israil mengungkapkan rasa khawatirnya terhadap kemungkinan berhasilnya kaum ekstrem Yahudi menjalankan rencana serangan mereka terhadap masjid al-Aqsha dan Qubbah Shakhra di Haram Quds, untuk selanjutnya menghancurkannya atau dengan tindakan lain yang bertujuan sama.

Pihak Intelijen Israil itu juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa skenario yang kemungkinan besar akan dilancarkan oleh kaum ekstrem Yahudi, di antaranya dengan memasukkan mobil yang dilengkapi dengan bahan peledak ke area Haram Quds, tindakan bunuh diri melalui pesawat terbang seperti yang dilakukan terhadap gedung WTC, New York atau membombardir masjid al-Aqsha dan Qubbah Shakra dari udara.

Seorang petinggi militer yang bertanggung jawab atas adanya ancaman baru tersebut mengumumkan bahwa di samping terus memantau gerak-gerik beberapa organisasi Yahudi, timbul kekhawatiran lainnya, yaitu adanya pelaku peledakan perorangan di mana sangat sulit untuk menentukan posisinya dan bisa jadi orang itu memiliki ideologi ‘keras’. Orang seperti itu bisa menyimpulkan bahwa demonstrasi dan protes tidak perlu, lalu memutuskan untuk melakukan sendiri suatu tindakan tanpa harus dibantu orang lain. Tindakan seperti ini di kalangan petinggi militer Yahudi yang membidangi penyingkapan organisasi-organisasi teroris Yahudi disebut dengan ‘Peledak Sakit Jiwa’. Dalam artian, ada seseorang yang tidak dikenal dan tidak diperkirakan sebelumnya dengan leluasa bergerak karena berasal dari yayasan rehabilitasi sakit jiwa. Demikian seperti yang diklaimnya.

Seperti diketahui, aparat keamanan Israil pada beberapa bulan lalu telah membicarakan beberapa gambaran mengenai kemungkinan adanya upaya mengganggu Haram Qudsi seperti kemungkinan adanya tindakan beberapa kelompok ekstrem Yahudi untuk menghantam Haram Qudsi dengan senjata berat jenis ‘Hawn’ dari arah bukit Zaitun, melalui pilot yang bunuh diri dengan menjatuhkan pesawatnya ke arah Haram lalu meledakkan dirinya atau dengan menanam beberapa bom molotov di beberapa pintu masuk Haram.

Mereka juga membicarakan seputar kemungkinan aksi penembakan terhadap kaum Muslimin yang sedang melakukan shalat seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu dalam tragedi berdarah di Haram al-Ibrahimi, di Khalil. Juga kemungkinan melempari mereka dengan bom atau mengirimkan pesawat mini yang dilengkapi dengan bahan peledak lalu diledakkan di atas masjid al-Aqsha dan Qubbah Shakhra. (istod/AS)