KESAKSIAN FILOSOF INGGRIS THOMAS KARLEL TERHADAP KEBENARAN KERASULAN NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Setiap orang yang berakal yang obyektif, tidak ada pilihan lain baginya kecuali meyakini kerasulan Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Hal itu karena tanda-tanda dan bukti-bukti yang sangat banyak membuktikan kebenarannya.

Tidak diragukan lagi bahwa kesaksian penentang itu mempunyai kedudukan tersendiri. Keunggulan itu –sebagaimana dikatakan- ada pada kesaksian musuh. Dan berikut ini akan kami ketengahkan kesaksian seorang filosof terkemuka berkebangsaan Inggris yang bernama Thomas Karlel, peraih hadiah Nobel dimana ia menulis di dalam bukunya “Para Pahlawan” tulisan yang cukup panjang tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam seraya berbicara kepada kaumnya umat Nasrani.

Di antara ungkapannya adalah: Sungguh merupakan suatu aib besar bagi orang yang berbicara di abad ini mendengarkan ungkapan yang mengatakan bahwa agama Islam adalah kedustaan dan Muhammad adalah seorang penipu. Dan sesungguhnya kita harus memerangi ungkapan-ungkapan hina lagi memalukan yang di sebarluaskan seperti itu. Karena sesungguhnya risalah (kerasulan) yang diemban oleh Rasul (Muhammad) masih merupakan pelita terang yang menerangi dua ratus juta manusia semenjak dua belas abad silam. Lalu apakah salah seorang di antara kalian menduga bahwa sesungguhnya risalah yang diyakini oleh ratusan juta orang yang telah dan masih hidup ini merupakan suatu kedustaan dan tipu daya?!!

Adapun aku, maka tidak bisa berpendapat seperti itu, karena sekiranya kedustaan dan penipuan laris luar biasa seperti ini di sisi makhluk Tuhan (baca: manusia) dan mendapat sambutan baik seperti ini, maka berarti sesungguhnya manusia itu telah gila! Sungguh amatlah kasihan mereka! Maka sangat buruklah anggapan tersebut dan betapa hinanya orang-orang yang beranggapan demikian itu, alangkah kasihan mereka!

Dan sesudah itu, maka siapa saja yang ingin mencapai suatu tingkatan tertentu dalam ilmu pengetahuan hendaknya tidak membenarkan sedikitpun dari ungkapan-ungkapan orang-orang yang dungu seperti di atas, karena ungkapan-ungkapan tersebut merupakan produk suatu generasi kafir, dan era kekafiran dan pembangkangan. Dan itu merupakan bukti dari busuknya jiwa, rusaknya mata hati dan matinya ruh di dalam kehidupan jasmani.

Barangkali dunia tidak pernah menyaksikan suatu pendapat yang lebih kufur dan lebih hina dari pendapat seperti itu! Apakah kalian wahai saudara-saudara, berkeyakinan bahwa ada seseorang pendusta yang mampu menciptakan suatu agama dan menyebar luaskannya secara terang-terangan?! Demi Tuhan, sesungguhnya seorang pendusta tidak akan bisa membangun rumah dari bata. Karena jika ia tidak mem-punyai pengetahuan tentang fungsi semen, tanah dan kapur serta yang serupa dengannya, maka yang ia bangun pasti bukanlah rumah, melainkan tumpukan dari campuran beberapa materi. Ya, bangunan itu tidak pantas untuk dapat bertahan pondasi-pondasinya selama 12 abad lamanya dengan dihuni oleh 200 juta jiwa, akan tetapi lebih pantas sekiranya pondasi-pondasinya porak poranda hingga bangunan itu roboh sehingga seolah-olah tidak pernah ada.

Lebih lanjut ia mengatakan: Berdasarkan semua itu, kami sama sekali tidak menganggap Muhammad sebagai seorang pendusta yang mengada-adakan dengan bertopeng berbagai tipu muslihat dan cara-cara untuk mencapai cita-citanya, berambisi untuk menduduki singgasana kerajaan atau kekuasaan atau kepada perbuatan kehinaan lainnya.

Tidaklah risalah yang diembannya melainkan haq (kebenaran) yang nyata, dan tidaklah ucapannya melainkan perkataan yang benar.

Tidak sama sekali, Muhammad bukanlah seorang pendusta dan bukan pula orang yang mengada-ada. Ini adalah kenyataan yang menolak semua kebatilan dan meruntuhkan semua hujjah (dalil-dalil) orang-orang yang kafir.

Kemudian, kita jangan lupa akan hal lain lagi, yaitu bahwasanya Muhammad tidak pernah sama sekali belajar pengetahuan kepada seorang gurupun. Urusan tulis menulis di negeri Arab pada saat itu masih sangat baru (langka) –demi Tuhan, sungguh menakjubkan akan kebutahurufan bangsa Arab- dan Muhammad tidak pernah menerima seberkas cahaya (pengetahuan) apapun dari seseorang dan tidak pernah menimba pengetahuan dari seseorang. Dia tidak lain hanya sebagaimana para nabi dan pembesar-pembesar lainnya, mereka yang aku umpamakan dengan pelita-pelita hidayah yang menerangi kegelapan-kegelapan sepanjang masa.

Kita telah melihat sepanjang hidupnya sebagai orang yang kokoh prinsipnya, pendirian teguh, mulia lagi berbakti, pemurah lagi bertaqwa serta terhormat, seorang yang merdeka lagi dewasa, penuh dengan kesunggguhan dan ketulusan, dan bersamaan dengan itu ia sangat fleksibel dan lembut, bermuka manis lagi murah senyum, baik dalam bergaul dan menyenangkan. Bahkan adakalanya ia bercanda dan bercumbu. Pendeknya, secara umum dari wajahnya terpancar senyuman manis dari hati yang tulus, sebab di antara manusia ada orang senyumannya dusta seperti dustanya amal dan tutur katanya.

Karlel lebih jauh mengatakan: Dia adalah seorang yang adil, tulus niatnya, sangat cerdas, berhati mulia, seakan-akan terpancar dari kedua keningnya lentera-lentera untuk setiap malam yang gelap gulita, penuh dengan cahaya, adalah orang besar yang agung karena fitrahnya, tidak pernah dibentuk oleh suatu lembaga dan tidak pernah pula dididik oleh pendidik, karena Muhammad memang tidak memerlukan hal itu.

Orang-orang Nasrani dan kafir (mulhidun) beranggapan bahwa Muhammad tidak menginginkan dari apa yang ia lakukan melainkan popularitas pribadi dan kemuliaan kekuasaan. Tidak, demi Allah, sekali-kali tidak demikian. Sesungguhnya di dalam jiwa lelaki itu yang merupakan anak padang pasir, yang kedua kelopak matanya berbinar yang berjiwa besar, yang penuh rasa belas-kasih, kebaikan, hikmah dan kebijakan terdapat –fikiran-fikiran yang jauh dari ambisi-ambisi duniawi, niat suci yang jauh dari rongrongan ambisi kekuasaan dan keangkuhan. Bagaimana tidak, padahal dia adalah jiwa besar yang pendiam dan seorang yang berasal dari orang-orang yang tidak dapat berbuat kecuali dengan penuh keikhlasan dan keseriusan. Sementara kamu lihat orang-orang lain rela dengan istilah-istilah dusta, mereka berjalan sesuai dengan anggapan-anggapan palsu disaat kamu melihat Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam tidak pernah rela berselimut dengan kebiasaan kedustaan dan berlumur diri dengan kepalsuan-kepalsuan baru.

Sesungguhnya hanya dia yang memiliki jiwa besar dan hakikat segala urusan dan pengetahuan, dia merupakan rahasia kehidupan (wujud), memancar dari cahaya kedua matanya –sebagaimana aku katakan- dengan segala perkara yang menakutkan, segala keindahan dan kemegahan kehidupan ini. Tidak ada kebatilan yang dapat menutupi hal tersebut dari padanya. Maka lisan kenyataan yang agung itu berkata kepadanya: “Inilah aku”. Maka keikhlasan seperti ini tidak pernah lepas dari makna suci Ilahi. Apabila lelaki ini berkata, maka setiap pendengaran dengan tekun mendengarnya, setiap jiwa menyadarinya dan setiap ucapan yang lain daripada itu semua adalah tidak ada artinya dan setiap perkataan selain daripada perkataannnya adalah hampa belaka.

Karlel juga mengatakan: Jadi, kita harus membuang jauh-jauh pendapat dan pendirian orang-orang yang zhalim yang mengatakan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah seorang pendusta, dan kita anggap sikap mereka sebagai suatu kehinaan, kenistaan dan kedunguan. Hendaklah kita membersihkan diri dari semua itu.

Dia juga menyatakan: Dan sungguh, agama yang diimani (diyakini) oleh orang-orang Arab (yang dulu adalah) penyembah berhala dan mereka pegang teguh dengan hati suci mereka yang membara adalah pantas kalau itu adalah haq (kebenaran) dan pantas untuk diyakini dan dibenarkan. Dan sesungguhnya agama ini telah menyimpan pondasi yang merupakan sesuatu yang tunggal bagi manusia yang harus diyakini kebenarannya. Sesuatu yang tunggal itu adalah ruh (jiwa, substansi) seluruh agama, yaitu ruh yang telah memakai pakaian yang bermacam-macam namun pada hakikat dan substansinya sama (satu). Dan dengan mengikuti ruh tersebut manusia bisa menjadi pemimpin besar bagi jagad raya ini, pemimpin yang berjalan di atas dasar-dasar Maha Pencipta, tunduk kepada aturan-aturan-Nya, tidak ada seorangpun yang dapat membantah atau menolaknya.

Sesungguhnya Islam telah datang melawan agama-agama palsu dan kepercayaan-kepercayan rendahan itu, lalu Islam melenyapkannya, dan Islam memang berhak melenyapkannya, karena Islam adalah esensi (hakikat). Tatkala Islam lahir, maka hanguslah paganitas bangsa Arab dan dialektika Nasrani serta segala sesuatu yang tidak haq, karena semua itu hanyalah kayu bakar kering belaka.

Dia melanjutkan: Apakah para pendusta dungu tetap beranggapan bahwa Muhammad itu tukang sulap atau penipu? Tidak, sekali-kali tidak!! Ruh hidup yang menggelora yang seolah-olah gejolak pemikiran itu sama sekali bukanlah ruh seorang pesulap atau penipu… Sesungguhnya kehidupan ruh dalam pandangannya adalah benar (haq) dan jagad raya ini adalah suatu hakikat yang indah lagi besar.

Lanjutnya: Ungkapan-ungkapan dan perbuatan-perbuatan seperti itu memperlihatkan kepada kita (bahwa) di dalam diri Muhammad terdapat saudara kemanusiaan, saudara kita semua yang penyantun lagi belaskasih, putra bunda pertama kita dan putra bapak awal kita.

Sesungguhnya aku benar-benar sangat mencintai Muhammad karena kesucian tabiat dan kepribadiannya dari (sifat) riya dan mengada-ada. Dia benar-benar putra padang pasir yang berfikiran merdeka, tidak mengatakan kecuali berdasarkan nuraninya dan tidak pula mengklaim apa yang tidak ada pada dirinya. Muhammad bukan seorang yang sombong tetapi juga bukan seorang yang hina dina. Dia berbicara kepada para Kaisar Romawi dan pembesar-pembesar bangsa-bangsa Ajam (non Arab) dengan ucapan yang merdeka lagi jelas, membimbing mereka kepada kewajiban mereka dalam kehidupan dunia ini dan dalam kehidupan akhirat kelak. Dia kenal akan harga dirinya; peperangan-peperangan sengit yang terjadi melawan orang-orang A’rab (pedalaman) penuh dengan bukti-bukti kekuatan, akan tetapi juga penuh dengan tanda-tanda belas-kasih, rahmat dan pengampunan. Muhammad tidak minta maaf karena kekuatan-kekuatannya dan tidak pula bangga dengan sifat belas-kasih dan pengampunannya itu.

Karlel lebih lanjut mengatakan: Muhammad sama sekali bukan seorang yang berman-main, dan ucapan-ucapannya sama sekali tidak pernah dinodai oleh noda main-main atau hal yang tidak bernilai. Karena perkara baginya hanya ada perkara rugi atau kemenangan (keberuntungan), perkara fana dan kekekalan. Sikapnya dari semua itu tidak lain hanya keikhlasan sejati dan kesungguhan dahsyat.

Adapun bermain-main dengan ucapan, dengan masalah-masalah logik dan pengabaian akan apa yang sebenarnya, maka –sama sekali- bukan type seorang Muhammad. Semua itu bagiku merupakan tindak kriminal paling keji, sebab ia hanya merupakan keteledoran jiwa (ruh), merupakan kantuk mata dari al-haq (kebenaran) dan kehidupan seseorang di dalam fenomena-fenomena palsu.

Di dalam (ajaran) Islam terdapat sifat yang bagiku merupakan sifat yang paling mulia lagi tinggi, yaitu persamaan di antara sesama manusia. Ini mengindikasikan kepada pandangan yang paling benar dan ide paling tepat. Jadi, jiwa seorang mu’min laksana pengikat semua belahan bumi, sedangkan manusia di dalam Islam adalah sama.

Dia juga mengatakan: ”Cahayanya meliputi semua penjuru dan sinarnya memenuhi segala sudut. Pancaran sinarnya mengikat belahan timur dengan belahan barat dan belahan utara dengan selatan. Semua itu terjadi hanya dalam satu abad sesudah peristiwa (kenabian) ini, hingga kedaulatan Arab mempunyai seorang (penguasa) di India dan seorang (penguasa) di Andalusia (sekarang Spanyol dan Portugal). Kedaulatan Islam memancarkan cahaya karunia, keutamaan, harga diri, kekuatan, keberanian dan keindahan kebenaran dan keelokan petunjuk dalam kurun waktu yang berabad-abad lamanya di atas separo belahan bumi ini”.

Setelah pembaca mengetahui sekilas dari sejarah perjalan hidup Nabi shallallahu ‘alahi wasallam, dakwah dan akhlaqnya, maka lembaran-lembaran berikut ini mengenalkan kepada pembaca akan Dienul Islam yang diajarkan oleh Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam.