PELAJARAN TAUHID UNTUK TAHUN KELIMA

MACAM-MACAM TAUHID

Tauhid yaitu mengesakan Allah Ta’ala, baik dalam hal rububiyah, uluhiyah maupun kesempurnaan asma’ dan sifatNya.

Tauhid ada tiga macam yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah serta tauhid asma’ dan sifat.

  • Tauhid rububiyah: Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatanNya, seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan dan sebagainya.

    Maka, tidak ada satu pencipta pun kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

    “Allahlah yang menciptakan segala sesuatu.” (Az-Zumar: 62).

    Tidak ada yang memberi rizki kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

    “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rizkinya.” (Huud: 6).

    Tidak ada yang mengatur kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ

    “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi.” (As-Sajdah: 5).

    Tidak ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

    “Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya lah kamu dikembalikan.” (Yunus: 56).

    Tauhid jenis ini juga diakui oleh orang-orang kafir pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi pengakuan ini tidak menjadikan mereka masuk ke dalam agama Islam. Dalilnya adalah firman Allah:

    وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

    “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah’.” (Luqman: 25).

  • Tauhid uluhiyah: Yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkanNya. Karena itu semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, seperti do’a (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, meminta perlindungan dan sebagainya.

    Maka, kita tidak berdo’a kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

    “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu’.” (Al-Mu’min: 60).

    Kita tidak takut kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

    “Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Ali Imran: 175).

    Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

    “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Al-Ma’idah: 23).

    Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

    “Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah: 5).

    Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

    قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

    “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (An-Naas: 1).

    Tauhid jenis inilah yang dibawa oleh para rasul ‘alaihimus salam. Dalilnya adalah firman Allah:

    وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

    “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (An-Nahl: 36).

    Tauhid uluhiyah inilah yang diingkari oleh orang-orang kafir, baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Allah berfirman:

    أَجَعَلَ الْآَلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

    “(Dan orang-orang kafir berkata,) ‘Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5).

  • Tauhid asma’ dan sifat: Yaitu beriman kepada setiap nama dan sifat Allah yang ada di dalam Al-Qur’anul Karim dan hadits-hadits yang shahih, yang Dia sifatkan untuk DiriNya atau yang disifatkan oleh RasulNya menurut hakikatnya.

    Nama-nama Allah itu banyak, di antaranya Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), As-Sami’ (Yang Maha Mendengar), Al-Bashir (Yang Maha Melihat), Al-Aziz (Yang Maha Perkasa), Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana). Allah berfirman:

    لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

    “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11).

Sifat-sifat Orang-orang Yang Beruntung

Allah berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menta’ati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3).

Dalam ayat di atas Allah bersumpah dengan al-‘ashr (masa), di mana manusia berada dalam kerugian dan kebinasaan kecuali mereka yang mewujudkan empat sifat:

  • Beriman, yaitu mengenal Allah, mengenal NabiNya dan mengenal agama Islam.

  • Amal shalih seperti shalat, zakat, puasa, jujur, dan berbakti kepada ibu bapak.

  • Saling menasihati untuk menetapi kebenaran, yaitu mengajak beriman, beramal shalih dan memberikan dorongan kepada hal tersebut.

  • Saling menasihati dalam menetapi kesabaran, yaitu sabar dalam melakukan keta’atan dan sabar ketika ditimpa berbagai musibah.

Latihan:

Sama dengan latihan yang diberikan pada pelajaran tahun keempat.

Pengarahan:

  • Hendaknya pengajar menjelaskan kepada para murid tentang keagungan Allah, dan bahwa segala urusan adalah milik Allah dan semua rizki berada di TanganNya.

  • Hendaknya pengajar menanamkan pada jiwa setiap murid tentang wajibnya merealisasikan ibadah kepada Allah, serta pentingnya bergantung kepadaNya dalam segala keadaan dan situasi.

  • Hendaknya pengajar berusaha menjelaskan tauhid asma’ dan sifat sesuai dengan kemampuan akal para murid, sekaligus dijelaskan pula tentang buah beriman kepada nama-nama tersebut.

  • Hendaknya pengajar memberikan motivasi kepada para murid untuk menetapi sifat-sifat orang-orang yang beruntung, dan mengarahkan kepada para murid agar tolong-menolong dalam kebaikan dan senantiasa berada di dalamnya.