Reporter : Binawan Sandhi Kusuma

Jum’at pagi (13/01/05), Tim II dan Tim III SIWAKZ ALSOFWA bergerak menuju Lhok Nga sebagaimana hari sebelumnya. Tim II akan diturunkan di Posko II jembatan putus sungai Krueng Raba Lhok Nga dan Tim III diturunkan di Posko III Masjid Al-Ikhlas Lhok Nga.

Tim di Posko II yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan, perbekalan dan pemeriksaan kesehatan untuk pengungsi, kali ini kembali membagikan 150 nasi bungkus bagi pengungsi serta melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mereka yang membutuhkan.

Sementara itu Tim di Posko III melanjutkan kegiatan bersih-bersih masjid Al-Ikhlas Lhok Nga, setelah sehari sebelumnya mengangkat timbunan lumpur setebal 5 cm dari ruangan masjid dan mem’buldozer’ tumpukan puing di halaman masjid. Untuk memperlancar kegiatan ini kami membawa satu unit genset, peralatan pembersih dan sebuah buldozer yang digunakan untuk menyingkirkan puing di depan masjid dan rumah-rumah sekitar. Selain itu sekitar 20-an warga setempat yang mengungsi di Jantho juga tiba di sana untuk bersama-sama membersihkan masjid. Target utama kami, Tim III SIWAKZ ALSOFWA, adalah agar masjid sudah dapat digunakan untuk shalat Jum’at, namun akibat banyaknya puing dan timbunan lumpur yang harus disingkirkan, masjid baru dapat dibersihkan menjelang petang hari.

Di sela-sela kegiatan tersebut, beberapa anggota Tim dan sejumlah warga menyisir lokasi sekitar masjid untuk membersihkan puing sekaligus mencari sejumlah anggota warga yang hilang.

Menjelang tengah hari kami berhasil menemukan mayat seorang wanita yang tengah hamil sekitar 8 bulan di bawah reruntuhan rumah tak jauh dari masjid. Mayat tersebut ditemukan dalam kondisi tubuh memutih dan sedikit membusuk namun anehnya jasad tersebut tidak kaku. Setelah dikeluarkan dari timbunan puing, mayat tersebut berhasil diidentifikasi oleh warga. Sang suami yang turut serta dalam pencarian saat itu, tiba-tiba saja histeris dan menyeruak ke arah jasad tersebut. Ia segera mengangkatnya tanpa sempat kami cegah. Iapun bersikeras untuk membersihkan dan memandikan sendiri jenazah istrinya bahkan tanpa mengenakan sarung tangan dan perlengkapan yang memadai walaupun kami sudah melarangnya. Setelah dimandikan, ia meminta Tim SIWAKZ ALSOFWA menshalatkan jenazah tersebut di masjid yang baru saja dibersihkan dan selanjutnya jenazah dibawa oleh suaminya untuk dimakamkan.

Selain mayat tersebut, kami juga menemukan dua mayat lagi yang sudah mengering dan tidak berhasil diidentifikasi oleh warga. Oleh karena itu, kami dan warga setempat membawa dua mayat tersebut untuk dikuburkan di pekuburan massal yang terletak tak jauh dari tempat tersebut.

Keadaan pekuburan massal itu sendiri sangat mengenaskan. Di lokasi pekuburan seluas kira-kira 4×6 meter dan sedalam 2 meter ini telah dikuburkan belasan jenazah karenanya sebagian areal ini telah ditimbun tanah sedangkan sebagian dibiarkan berlubang sehingga bila ada mayat lagi, warga tak perlu menggali, cukup meletakkannya di samping timbunan sebelumnya.

Sayangnya, orang yang menguburkan mayat terdahulu tidak menimbunnya dengan baik dan kurang padat sehingga bau anyir yang menyengat sangat terasa walaupun sudah dikenakan masker berlapis. Di samping itu, ketika kami turun ke lubang galian, tampak sebagian kepala, kaki dan tangan yang membusuk menyembul di bawah timbunan tersebut. Kamipun segera menurunkan dua mayat tadi satu persatu dan meletakkan di samping timbunan tadi dan menguburkannya di sana.(bsk)