Anda sedang menantikan sang buah hati? Apakah Anda berharap laki-laki atau perempuan? Jika yang Anda tunggu adalah anak pertama maka biasanya Anda akan berkata, “Sama sajalah, laki-laki atau perempuan.” Namun jika yang Anda nantikan adalah anak kedua, maka harapan Anda biasanya tergantung kepada anak pertama, jika anak pertama laki-laki maka Anda berharap sang adik adalah perempuan, sebaliknya sebaliknya. Atau mungkin Anda sudah mempunyai sepasang dan sedang menantikan anak ketiga? Biasanya dalam kondisi ini Anda pasrah, “Terserah yang memberi, diberi laki-laki syukur, diberi perempuan alhamdulillah.” Lain perkara jika seluruh anak Anda adalah laki-laki atau sebaliknya perempuan, Anda mempunyai tiga anak atau empat, semuanya laki-laki atau sebaliknya semuanya perempuan, maka dalam kondisi ini anak yang Anda harapkan adalah anak yang belum Anda miliki.

Apa pun, laki-laki atau perempuan, perkara pertama kita mesti ingat dan sadari adalah bahwa anak merupakan pemberian dan karunia dari Allah Ta’ala, dalam hal ini kita tidak memiliki hak campur tangan sama sekali, Anda itu diberi, Anda penerima, Anda bukan penentu, perkaranya terserah kepada pemberi, terkadang Dia memberi laki-laki, terkadang perempuan. “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendakNya, dan dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.” (Asy-Syura: 49-50).

Bisa jadi Anda termasuk yang Allah kehendaki untuk diberi anak perempuan saja, atau yang Allah kehendaki untuk diberi anak laki-laki saja, atau yang Allah kehendaki untuk diberi anak laki-laki dan perempuan. Semuanya adalah baik, daripada yang terakhir, dijadikan olehNya termasuk yang tidak diberi, berat bukan?

Perkara kedua, manusia berpandangan pendek sedangkan Allah adalah pemilik hikmah yang mendalam, ia diketahui oleh siapa yang mengetahui, bisa jadi Allah memberinya anak laki-laki karena di situlah kebaikan terkandung baginya, atau sebaliknya, Allah memberinya anak perempuan karena kemaslahatan tersimpan padanya, kita tidak tahu siapakah yang lebih dekat manfaatnya kepada kita, anak laki-lakikah atau anak perempuan? “Orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.” (An-Nisa`: 11).

Pendeknya pandangan manusia, terkadang dia melihat sesuatu baik ternyata tidak baik, terkadang dia menyukai anak laki-laki ternyata dia tidak menghadirkan kebaikan kepada dirinya, atau sebaliknya. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” (Al-Baqarah: 216).

Kalau Anda menyukai anak laki-laki, sangat berharap mendapatkannya, berupaya dan berusaha melakukan trik-trik untuk menghadirkannya, maka tidak masalah, semoga keinginan Anda terwujud, tetapi bagaimana jika tidak? Ternyata yang nongol tuh anak perempuan. Nah, di sini inilah persoalannya. Kalau Anda hilang kendali, lupa daratan, lepas kontrol maka bisa-bisa Anda menolak dan tidak menerima anak perempuan yang diberikan kepada Anda, kalau begini bahaya urusannya.

Coba bayangkan seorang anak laki-laki, calon anak yang menyusahkan dan menyengsarakan bapak ibunya, anak tipe ini ada di dalam al-Qur`an, renungkan kemungkinan anak laki-laki Anda seperti anak ini. Penulis sih tidak berharap dan yakin Anda juga tidak berharap, tapi perlu diingat kemungkinan sesempit apa pun selalu terbuka. Inilah anak yang bakal menyusahkan bapak ibunya, “Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya adalah orang yang beriman dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.” (Al-Kahfi: 80).

Mau? kalau anak Anda mendorong Anda kepada kesesatan dan kekufuran. Atau coba bayangkan bagaimana sedihnya Nabi Nuh alaihis salam ketika anak laki-lakinya ternyata memilih kekufuran dibanding keimanan, sebagai bapak bisa Anda bayangkan betapa malunya Nabi Nuh alaihis salam, dia yang siang malam mengajak kaumnya kepada Allah, mengajak mereka kepada tauhid dengan cara rahasia dan terang-terangan, ternyata anak laki-laki termasuk di barisan pada penentang dakwahnya dan lebih tragis lagi mati di atas kekufuran, dan gara-gara anak laki-lakinya ini Nuh alaihis salam ditegur oleh Allah Ta’ala.

Bacalah kisahnya dalam firman Allah Ta’ala ini, “Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, ‘Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.’ Anaknya menjawab, ‘Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah.’ Nuh berkata, ‘Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah yang Maha penyayang.’ Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Hud: 42-43).

Selanjutnya firman Allah Ta’ala, “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janjiMu itulah yang benar dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.’ Allah berfirman, ‘Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya perbuatannya adalah perbuatan yang tidak baik, sebab itu janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.’ Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari memohon kepadaMu sesuatu yang aku tiada mengetahuinya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Hud: 45-47).

Anda tentu mengenal nabi-nabi, mereka adalah teladan. Ibrahim alaihis salam hanya diberi anak laki-laki, Ishaq dan Ismail, dalam usia yang tidak muda, tidak ada keterangan Ibrahim alahis salam mempunyai anak perempuan. Luth alaihis salam hanya diberi anak perempuan, maka dia berkata, “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu.” (Hud: 78). Muhammad saw diberi anak laki-laki dan perempuan, namun yang hidup sampai dewasa hanyalah anak-anak perempuan. Maka dari itu jadilah orang yang ridha, rela, nrimo ing pandum (menerima jatah), inysa Allah di sanalah kebaikan itu berada. Semoga Anda meyakini demikian. (Izzudin Karimi)