Definisi
Syadziliyah adalah tarekat sufi yang dinisbatkan kepada Abul Hasan asy-Syadzili, para pengikutnya meyakini beberapa pemikiran sufi secara umum walaupun dalam beberapa titik ia berbeda dari yang lainnya.

Pendiri dan Tokoh

Abul Hasan asy-Syadzili, Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar al-Maghribi. Syadzili adalah nisbat kepada Syadzilah, sebuah daerah di utara Afrika. Sebagian murid dan pengagumnya mengatakan bahwa nasab asy-Syadzili terhubung kepada al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib, sebagaian lain menyatakan, sampai kepada al-Husain bin Ali. Wallahu a’lam.

Abul Hasan tumbuh di Maghrib Afrika, dia berguru kepada Abu Muhammad Abdus Salam bin Basyisy, orang ini banyak memberi pengaruh dalam kehidupan sufi Abul Hasan.

Abul Hasan melakukan perjalanan ke Tunisia lalu ke gunung Zaghwan, di sini dia beri’tikaf untuk beribadah dan berhasil meraih derajat yang sangat tinggi, kata para pengikutnya.

Setelah itu dia hijrah ke Iskandariah Mesir, di sini dia menikah dan mempunyai anak, di sini pula dia mempunyai para pengikut dan para murid. Di Mesir inilah tarekatnya berkembang dan nama Abul Hasan mulai terkenal sebagai salah seorang quthub bagi orang-orang sufi.

Dr. Abdul Halim Mahmud menukil dari Durratul Asrar sebuah kisah tentangnya, ketika Abul Hasan datang ke Madinah, dia berdiri di pintu masjid Nabi saw dari pagi sampai siang hari tanpa memakai penutup kepala dan tanpa beralas kali, dia ditanya mengapa melakukan itu, dia menjawab, “Saya menunggu izin dari Rasulullah saw, karena Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi saw kecuali jika kamu diizinkan.”(Al-Ahzab: 53).” Lalu, katanya, dia mendengar panggilan dari Raudhah yang mulia, “Wahai Ali, masukklah.” Maka dia masuk.

Abul Hasan wafat pada tahun 656 H di awal Dzul Qa’dah di gurun pasir ‘Idzab di luar Mesir ketika dia hendak mengunjungi Baitullah al-Haram. Di antara peninggalannya adalah kumpulan wirid yang dikenal dengan nama Hizb asy-Syadzili, Risalah al-Amin tentang adab-adab tasawuf dan sebuah kitab bernama as-Sirrul Jalil fi Khawash Hasbunallahu wa Ni’mal Wakil.

Abul Abbas al-Marsi, Syihabuddin Ahmad bin Umar, penduduk Iskandariah, murid Abul Hasan sekaligus penerusnya dan pemegang gelar quthub sesudahnya, menurut apa yang dikatakan oleh orang-orang sufi.

Abul Abbas ini berkata tentang dirinya, “Demi Allah, seandainya Rasulullah saw dihalangi dariku sekejap mata niscaya aku tidak menganggap diriku termasuk orang-orang muslim.”

Abul Abbas ini mengaku sebagai sahabat al-Khadir dan dia bertemu dengannya. Sebagaimana dia mempunyai takwil batini seperti orang-orang sufi pada umumnya. Ibnu Atha` al-Iskandari murid Abul Abbas berkata, “Aku mendengar syaikh kami berkata tentang firman Allah, “Ayat mana saja yang Kami nasakh atau Kami jadikan manusia lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik darinya.”(Al-Baqarah: 106) yakni Kami tidak mewafatkan seorang wali kecuali Kami mendatangkan yang semisal dengannya atau yang lebih baik darinya.”

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah, isyraf Dr. Mani’ al-Juhani.