Pemikiran dan Keyakinan

Secara umum semua tarekat sufi mempunyai pemikiran dan keyakinan yang berdekatan, walaupun ada perbedaan dalam cara suluk murid atau salik (orang yang berjalan) kepada Allah dan metode pendidikannya.
Ini adalah beberapa titik pemikiran dan keyakinan tarekat ini.

Taubat, ini merupakan titik tolak murid atau salik kepada Allah.

Niat, ia merupakan dasar amal, akhlak dan ibadah.

Khalwat, beruzlah atau menyepi dari manusia, inilah asas pendidikan sufi. Dalam tarekat Syadziliyah murid menjalani khalwat selama tiga hari sebelum dia mulai meniti jalan tarekat.

Dzikir, dasarnya adalah berdzikir kepada Allah kemudian membaca wirid-wirid dan hizb-hizb yang bermacam-macam di siang dan malam hari. Dzikir yang terkenal dalam tarekat Syadziliyah adalah “Allah.” Atau “Hua, Hua” (Dia, Dia).

Zuhud, ada beberapa definisi zuhud ala orang-orang sufi, di antaranya:
Mengosongkan hati dari selain Allah, ini adalah zuhud orang-orang yang mengetahui. Zuhud juga berarti zuhud dalam perkara yang halal dan meninggalkan yang haram.

Wara’, artinya beramal karena dan dengan Allah di atas dasar bukti yang jelas dan bashirah yang tersembunyi.

Tawakal, artinya memalingkan hati dari segala sesuatu selain Allah.

Mahabbah, artinya menurut mereka, perjalanan hati mencari orang atau apa yang dicintainya disertai lisan yang terus-menerus menyebutnya.

Dzauq (perasaan), maksudnya menurut mereka, penerimaan arwah terhadap rahasia-rahasia suci dalam karomah dan perkara-perkara di luar kebiasaan, mereka menganggapnya sebagai jalan iman kepada Allah, mendekat dan beribadah kepadaNya. Oleh karena itu mereka lebih mementingkan ilmu-ilmu yang datang dari dzauq atas ilmu-ilmu syar’i, mereka berkata, “Ilmu adwaq bukan ilmu auraq.” Adwaq adalah bentuk jamak dari dzauq dan auraq adalah bentuk jamak dari waraq yang berarti kertas.

Ilmul Yaqin, yang berarti mengetahui Allah dengan pengetahuan yang yakin, ini hanya bisa diraih melalui jalan dzauqatau ilmu kasyaf atau ilmu ladunni.

Sama’, mendengar syair-syair atau kasidah-kasidah sufi. Sama’ ini merupakan pilar ajaran sufi, sampai ada yang berkata, “Sufi adalah orang yang menyimak sama’ dan mementingkannya di atas sebab.”

Syadziliyah sama dengan terekat-terekat sufi lainnya yang berkeyakinan bahwa ilmu al-Qur`an dan sunnah hanya bisa dipelajari melalui syaikh atau mursyid, seorang murid tidak meraih ilmu yang shahih sebelum dia menaati syaikhnya secara buta, sehingga ada yang berkata, “Seorang murid di depan syaikh ibarat mayit di tangan orang yang memandikannya.”

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah, isyraf Dr. Mani’ al-Juhani.