Tak dipungkiri bahwa salah satu sumber kebahagiaan rumah tangga adalah kehadiran anak di dalamnya. Kelucuannya, keriangannya, tertawanya dan tangisannya membuat suasana rumah menjadi hidup dan semarak. Wajar jika kepergiannya meninggalkan duka mendalam pada diri bapaknya, lebih-lebih ibu yang telah berjuang mempertaruhkan hidupnya demi melahirkannya setelah sebelumnya mengandungnya dengan susah payah.

Namun hendaknya duka tersebut tidak berlangsung lama dan berkepanjangan, cukup dengan pemikiran sederhana saja, anggap hal tersebut sebagai musibah dan ia memang musibah, sebuah musibah tidak luput dari dua kemungkinan: Pertama sebagai hukuman dunia dari Allah terhadap siapa yang ditimpanya, kemungkinan ini merupakan kebaikan karena hukuman dunia lebih ringan daripada hukuman akhirat. Kedua sebagai tanda cinta Allah kepada siapa yang ditimpanya karena Allah hendak meninggikan derajatnya melalui musibah yang menimpanya tersebut.

Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang Allah maka Dia akan menyegerakan hukuman atasnya di dunia dan jika Allah mengehendaki keburukan bagi seorang hamba maka Dia akan menahan dosanya sehingga Dia membalasnya di Hari Kiamat.” Demikian Rasulullah saw bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Anas bin Malik.

Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian dan jika Allah menyintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka, barangsiapa ridha maka dia meraih keridhaan dan barangsiapa marah maka dia meraih kemarahan.” Demikian Rasulullah saw bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Anas bin Malik dan at-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan.”

Dengan kedua kemungkian di atas maka tidak ada yang buruk dalam kepergian anak mendahului bapak ibunya, justru di sana tersimpan kebaikan besar, toh Anda sebagai orang tua bisa berupaya sambil berdoa kepada Allah semoga Dia berkenan menghadirkan ganti yang insya Allah lebih baik, kasarnya, jika seorang anak pergi ya tinggal bikin lagi.

Saya berharap sampai di sini kesedihan Anda mulai menyusut, duka Anda mulai mencair dan kegelisahan Anda mulai memudar, jika belum maka saya berharap Anda berkenan menelaah dan mencermati hadits ini.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘HambaKu yang beriman tidak mendapatkan balasan di sisiKu jika aku mengambil orang terkasihnya di dunia kemudian dia berharap pahala kepadaku kecuali surga.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Adakah balasan dari sesuatu yang lebih tinggi dan lebih berharga daripada surga? Anak adalah orang terkasih Anda, jika Allah mengambilnya lalu Anda bersabar seraya berharap pahala kepadaNya, bukan meratap, marah, murka, meraung dan berteriak histeris seperti yang dilakukan oleh sebagian kalangan yang tipis imannya, niscaya surga menanti Anda, percayalah karena Allah yang menjanjikan itu, bukan siapa-siapa alih-alih saya, memangnya saya siapa?

Lebih dari itu anak yang pergi mendahului bapak ibunya akan menyambut kehadiran mereka berdua di pintu surga dan membawa mereka ke dalamnya, maka jika hal ini terjadi pada Anda berarti Anda sudah menyiapkan seorang penyambut di pintu surga yaitu Anak Anda yang wafat mendahului Anda.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hassan berkata, aku berkata kepada Abu Hurairah, “Aku telah kehilangan dua orang anak. Sampaikan kepadaku sebuah hadis dari Rasulullah yang menenteramkan jiwakui.” Abu Hurairah menjawab, “Baik, anak-anak kecil mereka adalah da’amishnya Surga. Salah seorang dari mereka menyambut bapaknya – atau kedua orang tuanya. Maka dia memegang bajunya – atau tangannya – seperti aku memegang ujung bajumu ini. Tidak sampai di situ – atau tidak berhenti – sampai Allah memasukkannya dan bapaknya ke dalam Surga.”

Da’amish adalah bentuk jamak dari du’mush yaitu binatang melata yang ada di telaga yang mengering, warnanya kehitam-hitaman. Anak disamakan dengannya karena sama-sama kecil dan gerakannya yang cepat di Surga. Ada yang menyatakan bahwa du’mush adalah seorang laki-laki yang keluar masuk kepada raja-raja tanpa harus minta izin, dia tidak takut untuk masuk kepada mereka karena dia memiliki kedudukan di mata mereka. Anak di samakan dengannya karena dia hilir-mudik secara leluasa di surga, tidak ada istana dan tempat yang terhalang darinya.

Di sisi sebaliknya kepergian anak mendahului bapak ibunya merupakan tembok kokoh bagi keduanya dari api neraka, Dari Abu Said berkata, “Seorang wanita datang kepada Nabi saw. Dia berkata, ‘Ya Rasulullah, kaum laki-laki memonopoli pembicaraan denganmu. Sisihkan satu hari untuk kami agar kami bisa datang kepadamu untuk belajar dari apa yang telah Allah ajarkan kepadamu.” Nabi saw menjawab, ‘Berkumpullah di hari ini dan ini di tempat ini dan ini.’ Maka kaum wanita berkumpul. Nabi saw mendatangi mereka dan mengajarkan kepada mereka apa yang Allah ajarkan kepadanya. Lalu Nabi saw bersabda, ‘Tidak ada seorang wanita dari kalian yang ditinggal wafat tiga orang anaknya kecuali mereka merupakan pelindung dari api Neraka.’ Seorang wanita berkata, ‘Dan dua.’ Nabi menjawab, ‘Dan dua.’ Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Anda mungkin menyangkal dengan mengatakan bahwa hadits tersebut menetapkan dua anak bukan satu, saya katakan tidak menutup kemungkinan jika di antara hadirin ada yang hadir berkata, satu niscaya Rasulullah saw akan mengucapkan satu. Hal ini berdasarkan riwayat Ahmad dari Jabir berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang kehilangan tiga orang anak lalu dia berharap pahala dari Allah niscaya dia masuk Surga.” Dia berkata, kami berkata, “Ya Rasulullah, “Dan dua.” Beliau menjawab, “Dan dua.” Mahmud bin Labid berkata, aku berkata kepada Jabir, “Menurutku jika kalian mengatakan, ‘Dan satu’, niscaya Nabi akan mengatakan, ‘Dan satu’.” Jabir menjawab, “Menurutku juga demikian.”

Alhasil wafatnya anak mendahului bapak ibunya membentangkan jalan ke surga dan menutup jalan ke neraka, jika demikian untuk apa larut dalam kesedihan berkepanjangan? (Izzudin Karimi)