Keluarga adalah bagian dari lingkungan, antara keduanya terdapat interaksi saling mempengaruhi, baik buruknya keluarga berimbas terhadap lingkungan, karena lingkungan hanyalah kumpulan dari beberapa keluarga, sebaliknya baik buruknya lingkungan berdampak terhadap keluarga, karena keberadaan keluarga ada di sebuah lingkungan.

Dari sini maka hubungan keluarga dengan lingkungan perlu diselaraskan, dibangun sebuah hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dan mendatangkan kebaikan bagi masing-masing, maka di antara faktor pendukung keselarasan keluarga dengan lingkungan adalah:

Kelima: Tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa

Tetangga wajib menolong tetangganya jika dia meminta atau dia tidak meminta namun kondisinya menuntut pertolongan, karena hal itu termasuk haknya, begitu pula para tetangga wajib tolong menolong dalam beramar ma’ruf dan mewujudkan kebaikan dan takwa, hal ini demi menciptakan lingkungan huni yang menumbuhkan kebikan dan kebikan tumbuh dengan baik di sana.

Allah berfirman, “Tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.” (Al-Maidah: 2). Tolong menolong ini harus harus terlaksana pertama kali dalam koridor anggota keluarga, kemudian di antara tetangga dan yang terakhir di lingkungan masyarakat.

Dari semua ini kita melihat sejauh mana perhatian Islam dalam menata keluarga dari segala aspek karena ia merupakan dasar bagi lingkungannya dan masyarakatnya yang besar.

Keenam: Aktif beramar ma’ruf dan nahi mungkar

Lingkungan yang baik sangat mendukung kebaikan keluarga yang tinggal di dalamnya, kebaikan lingkungan tidak terjadi begitu saja, ia memerlukan upaya dan usaha dan hal itu bermula dari keluarga, maksudnya keluarga-keluarga yang ada di sebuah lingkungan harus melakukan perbaikan intern terlebih dulu dan selanjutnya berupaya menularkan kebaikan tersebut kepada keluarga lainnya atau kepada lingkungannya, semua itu bisa terlaksana melalu lahan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

Sebuah keluarga, sekalipun sudah menjadi keluarga yang baik, tidak patut bersikap pasif dengan merasa cukup diri dengan kebaikan diri, karena bila sikap ini yang dipilih, maka ia sama dengan bunuh diri, kebaikan yang dibangunnya tidak akan bertahan lama, dalam sesaat akan roboh menghadapi lingkungan yang rusak, apalah arti kebaikan sebuah keluarga saat ia harus menghadapi arus kuat lingkungan yang tidak bersahabat dengannya? Kebaikan yang sedikit akan tergerus oleh keburukan yang menerjang laksana gelombang.

Dari sini maka sebuah keluarga patut bersikap aktif dalam menjaga kebaikan lingkungannya melalui amar ma’ruf dan nahi mungkar, tidak membiarkan atau bersikap acuh terhadap kemungkaran yang terjadi di lingkungannya, karena bila sebuah kemungkaran mewabah di sebuah lingkungan maka bisa saja Allah mengumumkan azabNya atas lingkungan tersebut sehingga ia menimpa seluruhnya tanpa memilah, lebih-lebih bila yang baik tidak bersikap aktif dalam mencegah kemungkaran.

Ketujuh: Memberi dan merelakan

Hal-hal yang kalau kita berikan dan kita relakan akan memberi manfaat bagi lingkungan dan kita sendiri tidak merugi, bila demikian maka hendaknya Anda bersikap lapang dada dengan merelakannya, sepintas memang Anda tidak diuntungkan, tetapi Anda toh tidak dirugikan juga.

Bila ada lingkungan yang memanfaatkan misalnya lahan tanah ksong Anda untuk sebuah kegiataan bersama yang bermanfaat, maka tidak ada ruginya bila Anda mengizinkan karena Anda memang tidak merugi karenannya.

Rasulullah saw bersabda, “Hendaknya seorang tetangga tidak melarang tetangganya untuk menancapkan kayunya di dindingnya.” Muttafaq alaihi. Wallahu a’lam.