Buah jatuh tidak jauh dari pohon, sebuah ungkapan untuk seseorang yang tidak berbeda dari akar nasabnya, bapak, kakek dan leluhurnya. Ada benarnya, karena berdasarkan pengamatan, ternyata perkaranya secara umum memang demikian, bila bapak orang baik maka anak orang baik juga, bila bapak sebaliknya maka anak pun akan demikian, bila bapak berprofesi anu maka anak berprofesi yang sama, dan seterusnya demikian, akan tetapi hal ini bukan sebuah kemutlakan, karena terkadang antara bapak dan anak terdapat perbedaan yang lumayan jelas dan agak jauh dan ini pun sebuah fakta yang ada di alam nyata, sang bapak sebagai apa sementara sang anak sebagai apa yang berbeda.

Ada seorang bijak melihat pemuda tampan yang terpancar darinya bekas kemuliaan dan ketenangan. Dia bertanya, “Apa pekerjaanmu?”
Pemuda itu menjawab, “Kuli.”
Orang bijak itu kaget. Dia bertanya, “Kamu punya bapak?”
Pemuda itu menjawab, “Ya.”
Dia bertanya, “Apa pekerjaan bapakmu?”
Pemuda itu menjawab, “Seorang alim.”
Orang bijak itu berkata, “Sebaik-baik bapak dan seburuk-buruk anak.”
Pemuda itu berkata, “Jangan berkata begitu, katakanlah, ‘Sebaik-baik kakek dan seburuk-buruk bapak.”
Orang bijak bertanya, “Mengapa?”
Pemuda itu menjawab, “Karena kakekku telah mendidik bapakku sebagai seorang alim. Sementara bapakku mendidikku sebagai kuli.”
Orang bijak itu berkata, “Kamu benar.”

Ya kamu benar, buah jatuh tidak jauh dari pohon untuk bapakmu dan kakekmu, namun untukmu dan bapakmu, betapa jauhnya buah itu jatuh! Barangkali setelah ia jatuh, ada kaki yang menendangnya kuat-kuat atau ada banjir yang menghanyutkannya dan membawanya ke tempat yang jauh. Ternyata tidak selalu buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.