Kami sepenuhnya yakin tanpa keraguan setetes pun, bahwa kehadiran Anda di masjid menunggu kehadiran bapak khatib Jum’ah adalah karena iman yang ada dalam kalbu Anda. Iman itulah yang menggerakkan jiwa dan raga untuk segera memenuhi panggilan shalat/ dzikirullah di hari Jum’at ini sesuai surat Al Jumu’ah 62:9. Iman itu yang mempertautkan Anda dengan wasiat Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam , Agar Anda memepersiapkan diri sebelum berangkat ke bait Allah ini dengan mandi, menggunakan minyak wangi, memakai pakaian yang paling bagus, setelah sampai di masjid, Anda menuju shaf dengan tertib tanpa melangkahi bahu-bahu saudara mukmin, disaat khatib menayampaikan pesan Andapun tiada lengah untuk memperhatikan. Iman itu yang merangsang Anda untuk mendapat ampunan Allah antara dua Jum’at ini. (Lihat HR. Abu Daud no. 1050 dari Amru bin Ash dan Muslim: 2/857)

Iman itu yang mendorong Anda bersegera ke masjid meskipun tanpa berkendaraan, duduk mendekati Imam, tiada lengah mendengarkannya dengan penuh harapan akan janji Rasulullah n bahwa dengan setiap langkah Anda memperoleh pahala orang yang berpuasa dan shalat malam setahun. (Lihat HR. Ahlussunan dari Ans bin Aus Ats-Tsaqafi) Iman anda pula yang membimbing Anda untuk mewaspadai tipuan syetan agar Anda terlambat hadir ke jamaah Jum’at ini. Bahkan iman itu yang mendorong Anda agar mendatangi masjid sebelum malaikat pencatat di pintu masjid menutup bukunya saat Imam menuju ke mimbar, Anda mendengar dan memperhatikan setelah duduk dengan tenang, imanlah yang membentengi Anda hingga terdiam tiada terlengah memperhatikan khotbah, dengan mengharap dua bagian pahala, dan tetap tenang serta penuh perhatian meski tidak terdengar karena jauhnya dari khatib tetap mendapat satu bagian pahala, sebagaiamana dijanjikan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dari Ali Radhiallaahu anhu . (Riwayat Abu Daud no. 1051)

Iman Anda itulah yang membimbing agar mencermati khutbah sang imam, tanpa lalaikan dengan gerakan-gerakan yang tiada berarti, meski hanya menyentuh sebutir kerikil, atau berbicara walau sepatah kata dalam mengingatkan orang lain ini semua karena Anda sangat mementingkan perhatian terhadap isi dan pesan sang khatib. Iman Andalah yang mengikat perjanjian sehingga Anda tulus melaksanakan pesan Rasul saw untuk melaksanakan dua rakaat shalat tahiyatul masjid sebelum anda menikmati hidangan wasiat sang khatib atau di setiap anda memasuki masjid Allah SWT (Lihat HR. Al Bukhari no. 931, Muslim: 2/596, Abu Dawud: 1115-1117)

Iman itulah yang menggairahkan perhatian dan memusatkan pikiran, perasaan, hati, dan sepenuh jiwa anda meresapi petunjuk-petunjuk sang khatib. (Lihat: surat Yunus 10:9). Itulah Iman Anda yang harus disyukuri dengan sepenuhnya. Dan itulah khutbah Jum’ah yang demikian sangat penting dan mulia kedudukannya di tengah kehidupan masyarakat Islam, sebagaimana telah digariskan oleh Allah yang Maha Bijak dalam menentukan syariat, qadha dan qadarNya, juga keteladanan Rasulullah sholallohu alahi was salam pemimpin yang sangat pengasih kepada umatnya.

Sang khatib memilihkan judul yang sangat dibutuhkan oleh Anda dan umat umumnya setelah memperhatikan dan memahami kondisi dan situasi yang terus berkembang di sekelilingnya, juga pemahaman, keyakinan, pengetahuan, pengaruh dan perubahan yang terjadi diantara umat tercinta, sehingga dituangkan dalam tema khutbah yang merupkan bimbingan bagi umatnya agar jangan sampai tersesat(Abu Dawud no 1109 dan An-Nasai 1414)atau obat dari penyakit yang terjangkit di tubuh mereka(lihat Zaadul Maad I/423)

Sang khatib menyusun khutbah dalam sistematika dengan teratur dengan bahasan yang lugas, komunikatif dan mudah dicerna, isinya padat dan bermakna, penting dan jelas serta kuat dengan dalil-dalil yang shahih dan simple (lihat, HR. Muslim; 2/594, An-Nasai no 1578)
Sang Khatib menyampaikan suara yang lantang (lihat Shahih Muslim 2:592), kalimat-kalimatnya jelas dengan semangat yang tinggi dan perasaan cinta yang dalam, menuangkan isi khutbah yang telah difahaminya betul dengan segenap perasaan dan semangat taqwa yang kokoh bagaikan secepatnya beliau menyambar tali bertaut melompat ke surga dan sekaligus menghindari jilatan dan kepungan api neraka bersama umat dalam rengkuhan cintanya sebagai tugas utama setiap muslim: (Lihat surat: At-Tahrim 66: 6)

Itulah sang khatib yang menumpahkan isi hati setulus-tulusnya, isi fikiran sebersih-bersihnya dan kandungan ilmu sedalam penyelaman-nya. Maka pantaslah bila Anda bersama jamaah sekalian menerima dengan sepenuh jiwa, meresap dalam dada, tersimpan kuat dalam kalbu dan itulah sikap tulus orang beriman (lihat Qur’an surat; 10 Yunus: 57-58 dan 29 Al-Ankabut 49 & 51).

Sang khatib adalah penuntun yang telah membentuk pola hidupnya dengan iman dan ilmunya, akhlaq dan kepribadiannya adalah nash-nash yang telah di fahaminya dengan benar dan dilaksanakan dengan teguh. Sehingga tidaklah beliau berujar kecuali yang telah benar beliau fikirkan dari syariat Allah dan Rasulnya, tidak lah beliau memperingatkan kecuali diri beliau telah melaksanakan dan terbentuk dalam jiwanya peringatan itu, tidaklah beliau mengajak atau menyuruh kecuali telah menjadi kebiasaan dan teladan kelakuan itu pada diri dan keluarga beliau, serta tiada beliau melarang sesuatu kepada umat tercinta kecuali telah amat jauh diri dan keluarga beliau dari larangan itu serta sekali-kali tidak akan mendekati, itulah jiwa pemimpin seperti ambia. (Lihat Qur’an Surat: 11 Hud: 88, As-Shaf 61: 2-4)

Menjadilah sang Khatib pemimpin dalam menegakkan al ma’ruf segala kebajikan dalam kalimah Allah dan pemimpin dalam membendung kemungkaran dan kemaksiatan ditengah umatnya, itulah pemimpin yang teguh/ tegas, meniti sirah khalilur Rahman. (lihat Qur’an Surat; 12 An Nahl : 120-122, Ali Imran 3: 104, 110 dan 14; Ibrahim; 35-41) sehingga setiap kalimah yang tersembul dari lisannya langsung terukir di hati umatnya bagai sabda pandito ratu, bukan karena fanatis maupun kultus, akan tetapi karena nash wahyu Al Qur’an dan As-Sunnah shahihah yang disampaikannya, demi menelusuri keteladanan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam (lihat: Surah An Najm 53: 3 dan, Al-Ahzab: 33:36)

Maka amat pantaslah bila umat merasa puas, setiap pulang dari bait/ masjid Allah dengan membawa oleh-oleh yang paling berharga bagi bekal hidup mereka, hidup rumah tangga dan kehidupan bangsa dan segenap umat manusia itulah ayat-ayat Allah dan hikmah yang dianugerahkan olehNya. (Lihat Al Qur’an: Surat Al Jumu’ah 62; 2 & 4)

Unsur-unsur dalam Khutbah Jumuah

Pemimpin agung Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam telah mencontohkan, bahwasanya beliau senantiasa memulai khutbah dengan tahmid dan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (lihat Shahih Muslim 2: 592 An Nasa’i 1578) kemudian kalimah syahadat, shalawat kepada Allah untuk RasulNya Shallallahu alaihi wasalam washiat Taqwallah, membaca ayat-ayat Al Qur’an dan uraian yang menjadi hadits-hadits shahih, pengertian hukum halal-haram, aqidah, ibadah tatacara bermuamalah sesama makhluk, perjanjian, hukuman-hukuman, ahlaq yang mulia, juga peringatan dari ahlaq yang buruk dan rendah, seperti peringatan dari dosa-dosa besar, menyeru kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan persiapan perjalanan panjang, mengingatkan tentang janji Allah dan ancamanNya, berupa surga dan neraka, serta kekacauan dan kedahsyatan setelah kematian. Kisah-kisah keteladanan para rasul dan orang-orang shalih terdahulu juga bimbingan-bimbingan khusus dalam kehidupan orang beriman, dengan memfokuskan pada satu jenis ketaatan demi memperdalamhujaman akar iman, agar batang pohonnya lebih kokoh serta ranting dan buahnya semakin lebat menjulur ke setiap penjuru (lihat surat: 14 Ibrahim:24-25) juga untuk mempertinggi derajat taqwa, sehingga pantaslah sepulang dari bait Allah anda sekalian menjadi hamba-hamba yang paling mulia disisiNya (lihat Al Hujarat:13)

Itulah khutbah Jum’ah, tetesan embun pada kuncup iman anda, yang menumbuhkan daun kesadaran dan bunga taubat serta menyajikan buah-buah amal shalih, Itulah khutbah jumat, usapan lembut pada cermin kalbu anda, yang mempertajam pandangan kebenaran Anda atas izin Allah, sehingga tersentaklah kesadaran diri untuk memahami dan mengoreksi betapa telah jauh dan keliru arah hidup selama ini, karena kealpaan, ketidak mengertian atau kehendak nafsu (lihat Surat Yusuf: 53) atau bahkan karena keangkuhan terhadap jalur bimbingan syariat suci yang lurus(lihat Surat Yusuf:110).

Itulah Khutbah jumah, secerah sinar dari nash Al Qur’an atau hadits yang membimbing Anda kepadang terang benderang Nur Ilahi yaitu syariat Islam, menunjukan betapa indahnya kebenaran dan nikmatnya ketaaatan dalam cinta kasih Allah Ar-Rahim, betapa damainya hidup dalam hidayah Al Qur’anul Karim (Lihat Surat 24; An Nur: 35-38) dan keteladanan Rasul dzul khuluqil ‘Adhim,yang berakhlak mulia (lihat Al Qalam 68: 1-5, Al-Ahzab:21) itulah khutbah jumat yang memupuk keimanan Anda menjadi semakin kuat atas izin Allah, sehingga mampu mendorong kemauan dan tekad untuk merubah kedhaliman diri menjadi kemaslahatan (lihat Surat At-Taubah:11) keluarga dan masyarakat serta ummat. Dengan hijrah dari pergaulan dan tradisi yang buruk menuju lingkungan, pergaulan dan aturan serta tradisi yang baik (lihat surat An-Nisaa:100, Al-Anfal:72-75).

(Disadur dari khutbatul jumu’ah, makanatuha, ahammiyatuha, hukmuha, atsaruha fi nufusil muslimin, karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Darul Wahtan,)
(Waznin Mahfudh)