Keutamaan Ayat Kursi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255)

”Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Keutamaan Ayat Kursi

Ayat ke 255 dari surat al-Baqarah ini dikenal dengan ayat al-Kursi, karena di dalamnya disebutkan tentang Kursi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ayat ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan ia juga memiliki keutamaan-keutamaan yang banyak. Banyak hadits, baik yang shahih maupun hasan yang menjelaskan tentang keutamaan ayat yang mulia ini. Di antara keutamaan-keutamaan ayat yang mulai ini adalah sebagai berikut:

Ayat Kursi adalah Benteng Bagi Pembacanya

Imam Al-Bukhari rahimahullah dalam kitab Shahihnya meriwayatkan hadits dengan sanadnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

وَكَّلَنِى النَّبِىّ، عليه السَّلام، بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ، فَأَتَانِى آتٍ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ، وَقُلْتُ: وَاللَّهِ لأرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ: إِنِّى مُحْتَاجٌ ولىَّ عِيَالٌ، وَبِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ، قَالَ: فَخَلَّيْتُ عَنْهُ، فأَصْبَحتُ، النَّبىُّ فقال: « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » ؟ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، قَالَ: « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُودُ » ، فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ، فَرَصَدْتُهُ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ، فَقُلْتُ: لاَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ: دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ، فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى النَّبىِّ: « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟ » قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، قَالَ: « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُودُ »، فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ، فَقُلْتُ: لاَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ تزعم أَنَّكَ لاَ تَعُودُ، ثُمَّ تَعُودُ، قَالَ: دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا، قُلْتُ: مَا هِىَ؟ قَالَ: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ، )) الله لا إله إلا هو الحي القيوم(( حتى تختم الآية، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى النَّبىِّ عَلَيِه السَّلاَم: « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » ؟ قُلْتُ: زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ، وحكيت له القول، فَقَالَ النَّبىُّ – صلى الله عليه وسلم – : « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ، وَهُوَ كَذُوبٌ تعلم من تخاطب منذ ثلاث ليال يا أبا هريرة). قال: لا، قال: « ذَاكَ شَيْطَانٌ » .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewakilkan kepadaku (menugaskanku) untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat Fithri), lalu ada yang mendatangiku (untuk mencuri). Kemudian mulailah ia mengambil makanan dengan kedua telapak tangannya, maka aku tangkap dia dan aku berkata:”Demi Allah, sungguh akan aku laporkan engkau kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ia berkata”Sesungguhnya aku memiliki kelurga yang harus dinafkahi dan aku juga memiliki hajat (kebutuhan) yang mendesak.” Abu Hurairah berkata:”Maka aku melepaskannya.” Ketika waktu pagi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:”Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Abu Hurairah berkata, aku menjawab:”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia mengadukan tentang kebutuhannya yang mendesak, dan keluarganya yang harus dinafkahi, lalu aku kasihan kepadanya dan aku lepaskan dia.” Beliau berkata:i]”Sesungguhnya ia telah membohongimu dan ia akan kembali.” Maka akupun mengetahui kalau ia (pencuri itu) akan datang kembali berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia akan kembali. Maka aku mengawasinya (mengintainya). Lalu datanglah pencuri itu mengambil makanan. Lalu aku menangkapnya dan berkata kepadanya:”Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ia berkata”Lepaskan aku, Sesungguhnya aku ini butuh (makanan), dan aku memiliki kelurga yang harus dinafkahi. Aku tidak akan kembali lagi.” Maka akupun kasihan kepadanya dan melepaskannya. Maka di waktu pagi hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:”Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Abu Hurairah berkata, aku menjawab:”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia mengadukan tentang kebutuhannya yang mendesak, dan keluarganya yang harus dinafkahi, lalu aku kasihan kepadanya dan aku lepaskan dia.” Beliau berkata:”Sesungguhnya ia telah membohongimu dan ia akan kembali.” Maka akupun mengintainya untuk ketiga kalinya, lalu ia datang kembali mengambil makanan, lalu akupun menangkapnya dan aku berkata:”Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ini adalah yang ketiga kalinya engkau berkata untuk tidak akan kembali (mengulangi mencuri), namun engkaupun kembali.” Ia pun berkata:”Biarkanlah aku mengajarimu dengan suatu kalimat, yang dengannya Allah memberikan manfaat kepadamu?” Aku pun berkata:”Apa itu?” Ia berkata:”Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat Kursi, (Allah, tiada Ilah selain Dia Yang Mahahidup dan Maha Berdiri sendiri) sampai akhir ayat, maka senantiasa engkau berada dalam lindungan Allah, setan tidak akan mendekatimu (untuk menganggu) sampai waktu pagi.” Maka aku pun melepaskan dia. Memasuki waktu pagi hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:”Apa yang dilakukan tawananmu?” Aku menjawab:”Ia mengira bahwa ia telah mengajariku dengan suatu kalimat, yang dengannya Allah memberikan manfaat kepadaku maka aku pun melepaskannya.” –Dan mereka (para Shahabat) adalah orang yang paling antusias terhadap kebaikan dan aku sampaikan kisah itu kepadanya- Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya ia telah jujur kepadamu, padahal dia adalah sangat pendusta, tahukah engkau, siapa yang sengkau ajak bicara semenjak tiga malam yang lalu wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:”Tidak tahu.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:”Itu adalah setan.”

Hadits ini dirwayatkan oleh Imamal-Bukhari dalam Shahihnya, kitab al-Wakalah, bab 10 Idza Wakkala Rajulan Fataraka al-Wakiilu Syai’an fa Ajaazahu al-Muwakkil Fahuwa Ja’izun hadits no.2311, Fathul Bari 4/568 diriwayatkan pula dalam Shahihnya kitab Bad’il Khalqi, bab Shifatul Iblis wa Junudihi no. 3275 (6/386).

Kisah serupa juga terjadi pada Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, hadits ini diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani rahimahullah dari gurunya (Syaikhnya), Yahya bin ‘Utsman bin Shalih dengan sanadnya (bersambung) sampai ke Buraidah rahimahullah, sebagaimana yang tercantum dalam al-Mu’jam al-Kabir, yang teksnya sebagai berikut:

عن بريدة قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّ مُعَاذَ بن جَبَلٍ، أَخَذَ الشَّيْطَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَيْتُهُ، فَقُلْتُ: بَلَغَنِي أَنَّكَ أَخَذْتَ الشَّيْطَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: نَعَمْ، ضَمَّ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَمْرَ الصَّدَقَةِ، فَجَعَلْتُهُ فِي غُرْفَةٍ لِي، فَكُنْتُ أَجِدُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ نُقْصَانًا، فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لِي:”هُوَ عَمِلُ الشَّيْطَانِ، فَارْصُدْهُ”، فَرَصَدْتُهُ لَيْلا، فَلَمَّا ذَهَبَ هَوِيٌّ مِنَ اللَّيْلِ أَقْبَلَ عَلَى صُورَةِ الْفِيلِ، فَلَمَّا انْتَهَى إِلَى الْبَابِ دَخَلَ مِنْ خَلَلِ الْبَابِ عَلَى غَيْرِ صُورَتِهِ، فَدَنَا مِنَ التَّمْرِ، فَجَعَلَ يَلْتَقِمُهُ، فَشَدَدْتُ عَلِيَّ ثِيَابِي فَتَوَسَّطتُّهُ، فَقُلْتُ: أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ يَا عَدُوَّ اللَّهِ، وَثَبْتَ إِلَى تَمْرِ الصَّدَقَةِ، فَأَخَذْتَهُ، وَكَانُوا أَحَقَّ بِهِ مِنْكَ، لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَيَفْضَحَكَ، فَعَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ، فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لِي:”مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟”قُلْتُ: عَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ، قَالَ:”إِنَّهُ عَائِدٌ فَارْصُدْهُ”، فَرَصَدْتُهُ اللَّيْلَةَ الثَّانِيَةَ، فَصَنَعَ مِثْلَ ذَلِكَ وَصَنَعَتُ مِثْلَ ذَلِكَ، وَعَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، ثُمَّ غَدَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأُخْبِرَهُ، فَإِذَا مُنَادِيهِ يُنَادِي: أَيْنَ مُعَاذٌ؟ فَقَالَ لِي:”يَا مُعَاذُ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟”فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ:”إِنَّهُ عَائِدٌ فَارْصُدْهُ”، فَرَصَدْتُهُ اللَّيْلَةَ الثَّالِثَةَ، فَصَنَعَ مِثْلَ ذَلِكَ، وَصَنَعَتُ بِهِ مِثْلَ ذَلِكَ، وَقُلْتُ: يَا عَدُوَّ اللَّهِ، عَاهَدْتَنِي مَرَّتَيْنِ، وَهَذِهِ الثَّالِثَةُ، لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ، فَيَفْضَحَكَ، فَقَالَ: إِنِّي شَيْطَانٌ ذُو عِيَالٌ، وَمَا أَتَيْتُكَ إِلا مِنْ نَصِيبِينَ، وَلَوْ أَصَبْتُ شَيْئًا دُونَهُ مَا أَتَيْتُكَ، وَلَقَدْ كُنَّا فِي مَدِينَتِكُمْ هَذِهِ حَتَّى بُعِثَ صَاحِبُكُمْ، فَلَمَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِ آيَتَانِ أَنْفَرَتَنَا مِنْهَا، فَوَقَعْنَا بنصِيبِينَ، لا تُقْرَآنِ فِي بَيْتٍ إِلا لَمْ يَلِجْ فِيهِ الشَّيْطَانُ ثَلاثًا، فَإِنْ خَلَّيْتَ سَبِيلِي عَلَّمْتَكَهُمَا، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ، وَآخَرُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ مِنْ قَوْلِهِ:”آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ”[البقرة آية 285] إِلَى آخِرِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، ثُمَّ غَدَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأُخْبِرَهُ، فَإِذَا مُنَادِيهِ يُنَادِي:”أَيْنَ مُعَاذُ بن جَبَلٍ؟”فَلَمَّا دَخَلْتُ عَلَيْهِ قَالَ لِي:”مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟”فَقُلْتُ: عَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ، فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا قَالَ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”صَدَقَ الْخَبِيثُ وَهُوَ كَذُوبٌ، قَالَ: فَكُنْتُ اقْرَأُهُمَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ فَلا أَجِدُ فِيهِ نُقْصَانًا”

Dari Buraidah berkata, telah sampai (kabar) kepadaku bahwa Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu menangkap setan pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka aku pun mendatanginya, lalu aku berkata:”Telah sampai kepadaku kabar bahwa engkau pernah menangkap setan di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Mu’adz radhiyallahu ‘anhu menjawab:”Benar. Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpulkan kurma zakat kepadaku, maka akupun menempatkannya (menyimpannya) di kamarku. Namun aku mendapati kurma itu berkurang setiap hari. Lalu aku pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:”Itu adalah perbuatan (ulah) setan.” Lalu aku pun mengintainya pada malam harinya. Ketika sebagian malam telah berlalu, datanglah ia (pencuri) dalam bentuk gajah. Ketika ia sampai di pintu, ia masuk lewat celah pintu dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang semula. Lalu ia mendekati kurma dan mulai memakannya. Maka aku pun mengencangkan bagian atas bajuku, dan menjadikannya di tengah-tengah badanku. Maka aku berkata:”Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaahu wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuuluhu, wahai Musuh Allah!, Engkau melompat ke atas kurma zakat, lalu engkau mengambilnya. Padahal mereka (orang-orang berhak menerima zakat) lebih berhak darimu. Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau membongkar kedokmu.” Lalu ia pun berjanji kepadaku untuk tidak mengulanginya. Maka pagi harinya aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau berkata kepadaku:”Apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Aku berkata:”Ia berjanji kepadaku untuk tidak kembali lagi.” Nabi berkata:”Ia akan kembali lagi, maka intailah dia.” Maka aku pun mengintainya pada malam kedua, maka ia pun melakukan perbuatan yang sama, dan ia pun berjanji kepadaku tidak akan kembali, maka akupun melepaskannya. Kemudian di pagi hari aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengabarkan hal tersebut, ternyata penyeru beliau memanggil:”Di mana Mu’adz?” Maka beliau bekata kepadaku:”Apa yang diperbuat oleh tawananmu?” Maka aku pun mengabarkannya kepada beliau. Beliau berkata:”Ia akan kembali lagi, maka intailah dia.” Maka aku pun mengintainya pada malam ketiga, maka ia pun melakukan perberbuatan yang sama. Maka aku pun berbuat yang sama. Dan aku berkata:”Wahai musuh Allah, engkau telah berjanji kepadaku dua kali, dan ini yang ketiga, sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau membongkar kedokmu.” Maka ia pun berkata:”Aku adalah setan yang memiliki kelurga yang harus dinafkahi, dan tidaklah aku mendatangimu kecuali dari setan-setan yang kesusahan (dalam nafkah). Seandainya aku bisa mendapatkan makanan dari selain ini, maka tidak akan mendatangimu. Kami dari dulu tinggal di kotamu ini hingga diutuslah Shahabat kalian (maksudnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam-ed. Ketika diwahyukan kepadanya dua ayat, kalian membuat kami lari dari kota ini, maka terjatuhlah kami ke dalam kesusahan. Tidaklah kedua ayat ini dibaca di sebuah rumah melainkah setan tidak akan masuk ke dalamnya tiga kali. Maka jika engkau melepaskan aku, niscaya aku akan mengajarkannya kepadamu.” Aku berkata:”Ya.” Ia menjawab:”Ayat kursi dan akhir surat al-Baqarah yaitu firman Allah:“آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ”[البقرة آية 285] sampai akhir ayat.” Maka aku pun melepaskannya. Kemudian di pagi hari aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengabarkan hal tersebut, ternyata penyeru beliau memanggil:”Di mana Mu’adz?” Maka ketika aku masuk ke rumah beliau, beliau bekata kepadaku:”Apa yang diperbuat oleh tawananmu?” Aku menjawab:”Ia berjanji kepadaku bahwa ia tidak akan kembali lagi. Lalu aku kabarkan kepada beliau apa yang dikatakan oleh setan itu” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:”Si buruk itu telah jujur, padahal ia adalah sang pendusta.” Mu’adz berkata:”Maka aku membaca keduanya setelah itu, dan aku tidak mendapati lagi kekurangan pada kurma zakat tersebut.”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani rahimahullah dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan dibawakan juga oleh al-Haitsami rahimahullah dalam Majma’uz Zawa’id, dan beliau (al-Haitsami rahimahullah) berkata:”Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari syaikhnya Yahya bin ‘Utsman bin Shalih dan ia adalah perawi yang shaduq Insya Allah, sebagaimana dikatakan oleh Imam adz-Dzahabi dan Ibnu Abi Hatim dan mereka telah memperbincangkannya. Dan perawi-perawi yang lain dinyatakan tsiqah oleh mereka.”

Sebenarnya masih ada beberapa hadits yang menceritakan kejadian yang mirip dengan dua kejadian di atas. Dia antaranya adalah kejadian yang menimpa Abu Usaid as-Sa’idi al-Khazraji radhiyallahu ‘anhu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani rahimahullah dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan dibawakan juga oleh al-Haitsami rahimahullah dalam Majma’uz Zawa’id, dan beliau (al-Haitsami rahimahullah) berkata:”Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan para perawinya tsiqah (kredibel) seluruhnya, namun sebagian mereka ada yang lemah.”

Demikian juga kejadian yang dikisahkah oleh anak Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya, bahwasanya beliau kedatangan jin yang berbentuk binatang melata seukuran anak remaja yang memiliki tangan dan berbulu seperti tangan dan bulu anjing, yang pada akhirnya makhluk tersebut mengajarkan kepada Ubay radhiyallahu ‘anhu cara untuk melindungi diri dari gangguan jun, yaitu dengan membaca ayat Kursi pada pagi dan sore hari. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, hadits no.(10797), Imam ath-Thabrani rahimahullah al-Mu’jam al-Kabir hadits no.(542), Imam al-Haitsami rahimahullah dalam Majma’uz Zawa’id dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib hadits no.(662)

Demikian juga kejadian yang menimpa Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi rahimahullah dalam Sunan-nya hadits no.(2880), Imam ath-Thahawi rahimahullah dalam Musykilatul Atsar hadits no.(666), Ibnul Atsir dalam Jami’ul Ushul min Ahaditsi Rasul, hadits no.(6250) dan dinyatakan shahih lighairihi oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib hadits no.(1469).

Maka dari sekumpulan hadits-hadits yang lalu, jelaslah bagi kita salah satu sisi dari beberapa sisi keagungan ayat yang mulia ini. Ayat ini akan menjadi benteng yang kuat bagi pembacanya, dan ia juga pemelihara keamanan untuk rumah yang dibacakan di dalamnya, setan tidak akan memasukinya. Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim mebiasakan diri mebacanya pada pagi dan sore hari, dan ketika hendak tidur, supaya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Malaikat untuk menjaganya pada pagi dan sore hari, pada waktu tidur.

Ayat Kursi Ayat Yang Paling Agung Dalam Al-Qur’an

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam Shahihnya dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يا أبا المنذر: أتدرى أى آية من كتاب الله أعظم؟ قال : قلت : الله ورسوله أعلم ، قال يا أبا المنذر أتدرى أى آية من كتاب الله معك أعظم ؟ قال قلت (الله لا إله إلا هو الحى القيوم ) قال فضرب بصدرى وقال والله ليهنك العلم أبا المنذر

”Wahai Abul Mundzir, tahukah kamu ayat apakah yang paling agung dalam Kitabullah (al-Qur’an)? Aku berkata:”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi:”Wahai Abul Mundzir, tahukah kamu ayat apakah yang ada padamu dari Kitabullah (al-Qur’an) yang paling agung?” Ubay menjawab:”Aku katakan:”(الله لا إله إلا هو الحى القيوم ) ”Ubay berkata lagi:” lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menepuk dadaku dan berkata:”Semoga ilmu menyenangkanmu (Do’a dari Nabi semoga Ubay mudah mendapatkan ilmu).”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, kitab Shalatul Musafirin bab Fadhlu Shuratil Kahfi wa Aayatil Kursi hadits no. 810 shahih Muslim dengan tahqiq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi 1/556, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi 6/96, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, al-Hakim dalam al-Mustadrak, Imam Ahmad dalam Musnad, Abu ‘Awanah dalam al-Mustakhraj dan lain-lain.

Terkandung Dalam Ayat Kursi Nama Allah Yang Paling Agung

Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan dari Asma bintu Yazid radhiyallahu ‘anha, ia berkata:”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang kedua ayat ini: الم اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوم (Ali Imran ayat 1-2)dan اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوم (ayat Kursi)

إن فيهما اسم الله الأعظم .

”Sesungguhnya dalam kedua ayat ini ada nama Allah yang paling agung.” (HR. Imam Ahmad rahimahullah dalam Musnad, namun sanad didha’ifkan oleh Syaikh Syu’aib al-Arna’uth rahimahullah)

Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman al-Bana as-Sa’ati rahimahullah dalam al-Fathu ar-Rabbani berkata:”Diambil faidah dari hadits ini bahwa nama Allah yang paling agung adalah اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوم .”

Imam al-Hakimrahimahullah dalam al-Mustdrak meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Qasim bin ‘Abdurrahman dari Abi Umamah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

( إن اسم الله الأعظم لفي ثلاث سور : سورة البقرة وآل عمران وطه )

Sesungguhnya nama Allah yang paling agung ada di dalam tiga surat al-Qur’an; al-Baqarah, Ali-’Imraan dan Thaha.”

Al-Qasim rahimahullah berkata:”Lalu aku mencarinya, maka aku mendapatinya di surat al-Baqarah ayat Kursi

اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُو الْحَيُّ الْقَيُّوم

”Allah tidak ada Ilah yang hak melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).” (QS. Al-Baqarah: 255)

Dan di surat Ali-‘Imraan, firman Allah:

الم اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُو الْحَيُّ الْقَيُّوم ;

”Alif laam miim. Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”(QS. Ali-‘Imraan: 1-2)

Dan di surat Thaha, firman Allah:

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا

”Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang telah melakukan kezaliman.”(QS. Thaha: 111)

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak ‘Ala Ash-Shahihain hadits no. 1866, dan juga hadits yang semakna diriwayatkan oleh ath-Thahawi dalam Musykilatul Atsar.

Ayat Kursi Adalah Penghulu Ayat-ayat Yang Ada Dalam Al-Qur’an

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam
bersabda:

لكل شيئ سنام وسنام القرآن سورة البقرة وفيها آية هي سيدة آي القرآن ، هي آية الكرسي ).

Segala sesuatu memiliki puncak dan puncaknya al-Qur’an adalah surat al-Baqarah
dan di dalamnya ada ayat yang ia adalah penghulu ayat-ayat yang ada dalam al-Quran;
yaitu ayat Kursi.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak, Musnad a-Humaidi
no. 994 dan ‘Abdurrazak dalam Mushannaf no. 6019

Pembaca Ayat Kursi Setiap Selesai Shalat Termasuk Ahli Surga

Imam ath-Thabrani, an-Nasaa’i, Ibnu Hibban, Ibnu Sunni rahimahumullahdan lainnya meriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,

من قرأ آية الكرسي دبر كل صلاة مكتوبة لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت )

”Barang siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat wajib, niscaya tidak ada yang menghalangi dia masuk Surga selain kematian.”

Hadits ini dibawakan pula oleh Imam a-Suyuthi rahimahullah di dalam Jami’il Ahadits dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami’i ash-Shaghir hadits no. 6464

(Sumber: Diringkas dan diterjemahkan dari المنهل القدسي في فضائل آية الكرسي , karya Ahmad Muhammad asy-Syarqawi. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)