Sunnahnya adalah pada waktu mengangkat kepala dari ruku’ mengucapkan,

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ.

“Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya.”
Kalau dia mengucapkan,

مَنْ حَمِدَ اللهَ سَمِعَ لَهُ.

“Barangsiapa memuji Allah niscaya Dia mendengar,” maka hal itu dibolehkan. (Apabila pelaku melakukan itu karena kebodohan atau kesalahan atau kealpaan atau kesulitan pengucapan, maka hukumnya adalah seperti yang dia katakan. Adapun jika dia melakukannya dengan sengaja dan menyadari bahwa hal itu menyelisihi perintah dan perbuatan Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam, maka paling tidak hal itu adalah makruh, lebih dari itu dia main-main dan berdosa serta shalatnya pantas batal. Wallahu a’lam). Ini di-nyatakan oleh asy-Syafi’i dalam al-Um. Apabila dia tegak berdiri dia mengucapkan,

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ. مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ اْلأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ.

“Wahai Rabb kami, bagiMu segala puji, aku memujiMu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah. (Sampai di sini salah satu dzikir pada saat bangun dari ruku’ karena yang sesudahnya adalah bagian dari dzikir yang lain lihat penjelasanku di hal 74-76 tentang hukum perbedaan keanekaragaman), (Aku memujiMu dengan pujian) sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Wahai Dzat yang layak dipuji dan diagungkan. Yang paling berhak dikatakan oleh seorang hamba dan kami semua adalah hambaMu, ‘Ya Allah tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan yang dimiliki seseorang, tapi yang menyelamatkan adalah karuniaMu.”

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, dia berkata :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ؛ حِيْنَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ، ثُمَّ يَقُوْلُ وَهُوَ قَائِمٌ: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ.

“Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan, ‘Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya.’ saat mengangkat tulang punggungnya dari ruku’ kemudian beliau mengucapkan pada saat berdiri, ‘Wahai Rabb kami, bagiMu segala puji’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan, Bab at-Takbir Idza Qama Min as-Sujud, 2/272, no. 789; dan Muslim, Kitab ash-Shalah, Bab Itsbat at-Takbir Fi Kulli Khafdhin Wa Raf’in, 1/293, no. 392).

Dalam riwayat lain, وَلَكَ الْحَمْدُ dengan wawu. Semuanya baik. Kami meriwayatkan yang sepertinya dalam ash-Shahihain dari beberapa sahabat.

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Ali dan Ibnu Abu Aufa Rahimahullah

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلّم كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ؛ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ اْلأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ.

“Bahwa apabila Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya (dari ruku’), beliau mengucapkan, ‘Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya, Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji, (aku memujiMu dengan pujian) sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang Engkau kehen-daki setelah itu’.” (Hadits Ali terdapat di dalam Shahih Muslim, Kitab al-Musafirin, Bab ad-Du’a` Fi Shalat al-Lail, 1/534, no. 771. Sedang-kan hadits Ibnu Abi Aufa terdapat di dalam Shahih Muslim, Kitab ash-Shalah, Bab Ma Yaqulu Idza rafa’a ra`sahu, 1/346, no. 476).

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim (Kitab ash-Shalah, Bab Ma Yaqulu Idza Rafa’a Ra`sahu, 1/347, no. 477) dari Abu Said al-Khudri Radhiallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلّم كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ، قَالَ: اَللّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ. أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ! أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ. اَللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ.

“Bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengangkat kepalanya dari ruku’ beliau mengucapkan, ‘Ya Allah Rabb kami, bagiMu segala puji, (aku memujiMu dengan pujian) sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Wahai Dzat yang layak dipuji dan diagungkan. Yang paling berhak dikatakan oleh seorang hamba dan kami semua adalah hambaMu. Ya Allah tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan yang dimiliki seseorang, tapi yang menye-lamatkannya adalah karuniaMu’.”

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim (Ibid, no. 478) dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma,

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، مِلْءَ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءَ اْلأَرْضِ، وَمَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ.

“Tuhan kami, bagiMu segala puji, (aku memujiMu dengan pujian) sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu.”

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari (Kitab al-Adzan, Bab 2/284 no. 799) dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqi Radhiallahu ‘anhu, dia berkata :

كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّيْ وَرَاءَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلّم ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ؛ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَقَالَ رَجُلٌ وَرَاءَ هُ: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ. فَلَمَّا انْصَرَفَ؛ قَالَ: مَنِ الْمُتَكَلِّمُ؟ قَالَ: أَنَا. قَالَ: رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَا؛ أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ.

“Suatu hari kami shalat di belakang Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam. Manakala beliau mengangkat kepalanya dari ruku’ beliau mengucapkan, ‘Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya,’ lalu se-orang laki-laki di belakangnya mengucapkan, ‘Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik, dan penuh berkah.’ Selesai shalat beliau bersabda, ‘Siapa yang berbicara?’ Dia menjawab, ‘Saya.’ Beliau bersabda, ‘Aku melihat tiga puluh malaikat lebih berlomba menyambutnya siapa di antara mereka yang pertama menulisnya’.” (Bersambung…….)

Sumber: Ensiklopedia Dziikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Wandy Hazar Z.