Salah seorang pendeta kulit hitam di Amerika memberikan ucapan dukungan kepada konsentrasi massa dari kaum homo dan lesbian kulit hitam di New York. Ia menegaskan kepada mereka, dunia kini tidak lagi mentolerir diskriminasi di antara sesama manusia. Ia juga menyarankan mereka agar tidak mengambil hati terhadap sebagian kritikan yang dilontarkan para pendeta Amerika kulit hitam lainnya bahwa para pelaku seks menyimpang merupakan orang yang paling jauh kedudukannya di sisi Tuhan.

Pendeta kulit hitam, Jims Forest mengatakan, “Yang dituntut dari kalian wahai orang-orang panutan adalah bangkit setiap hari guna mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah menganugerahkan kalian bentuk fisik dan perasaan seperti ini dimana hal ini hanya mampu dibuat oleh tangan yang maha pandai mencipta.”

Forest yang merupakan pendeta besar di gereja Refer Said ikut ambil bagian bersama sejumlah tokoh politik dan tokoh agama kristen dalam konsentrasi massa untuk mendukung protes kalangan pelaku seks menyimpang kulit hitam atas sikap sebagian pendeta Amerika di beberapa biara yang dinilai melecehkan mereka.

Konsentrasi massa itu menyebarkan gambar sepuluh orang laki-laki dan wanita kulit hitam dari kaum homo dan lesbian yang dibunuh atau menderita selama beberapa tahun terakhir akibat serangan orang-orang tak dikenal yang diduga terkait dengan prilaku seksual janggal mereka tersebut.

Di dalam menjustifikasi protes mereka, kaum homo dan lesbian di Amerika nampak berusaha menggunakan beberapa simbol yang bertendensi ingin mengaitkan antara tindakan diskriminatif pada masa rezim apartheid di Afrika selatan oleh bangsa kulit putih terhadap bangsa kulit hitam di sana dan berbagai tekanan dan penindasan yang dialami bangsa kulit hitam di Amerika.

Tindakan ini tentu saja membuat berang tokoh-tokoh kristen konservatif yang merasa muak dengan adanya upaya membanding-bandingkan antara kondisi para pelaku seks menyimpang dan perjuangan sejati segolongan manusia demi mendapatkan kebebasan sipil mereka di Afrika selatan.

Seperti yang dilansir kantor berita Associated Pers disebutkan, kasus ini memiliki sensitivitas tersendiri di kalangan komunitas kulit putih di Amerika Serikat karena bersikukuhnya sejumlah pendeta untuk menyatakan bahwa prilaku seks menyimpang merupakan dosa besar dan menyebabkan kekacauan sosial yang demikian dahsyat. (ismo/AS)