Ismail bin Ziyad pernah bercerita,

“Suatu hari, isteri al-A’masy berbuat nusyuz (durhaka atau menentang) terhadap al-A’masy. Pada hari yang sama pula, salah seorang murid al-A’masy yang terkenal dengan kefasihan bahasanya, kemampuannya memilih kata-kata dan keahliannya berdiplomasi yang bernama Abul Bilad datang bertamu kepadanya. Maka al-A’masy pun memanfaatkan kehadirannya tersebut dengan memintanya untuk berbicara kepada istrinya dan membujuknya agar ia kembali taat dan bersikap baik terhadapnya.

Al-A’masy berkata kepada Abul Bilad, “Sesungguhnya isteriku telah berbuat nusyuz kepadaku dan telah membuatku sedih. Maka aku memintamu untuk berbicara dengannya dan ingatkanlah ia dengan kedudukanku diantara manusia.”

Abul Bilad pun menuruti permintaan al-A’masy dan bersegera menemui isteri al-A’masy dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya Allah telah memilihkan untukmu seorang suami yang baik. Al-A’masy adalah syaikh (guru) kami dan pemimpin kami. Kami mengambil ilmu agama dan pengetahuan tentang halal dan haram dari beliau. Maka janganlah Anda memperhatikan kekaburan pandangan kedua matanya atau banyaknya bekas luka di kedua betisnya.”

Mendengar perkataan Abul Bilad tersebut, Al-A’masy pun marah dan berkata kepadanya, “Semoga Allah membutakan hatimu. Engkau telah membeberkan semua keburukanku kepadanya. Keluarlah engkau dari rumahku!”

(Qashashul ‘Arab, karya Ibrahim Syamsuddin)