Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari al-Mughirah bin Syu’bah radiyallahu ‘Anhu bahwa apabila Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam selesai dan salam dari shalat beliau mengucapkan,

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذاَالْجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ.

“Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya segala puji dan bagiNya kerajaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah. Kekayaan seseorang tidak berguna dari ancamanMu.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari: Kitab al-Adzan, Bab adz-Dzikr Ba’da ash-Shalah, 2/325, no. 844, dan Muslim, ibid no. 593).

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim (Ibid, 1/415 no. 594) dari Abdullah bin az-Zubair radiyallahu ‘Anhuma bahwa dia mengucapkan setiap ba’da shalat tatkala salam,

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ، وَلَهُ الْفَضْلُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.”

“Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. BagiNya kerajaan dan segala puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali (dengan pertolongan) Allah.Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepadaNya, nikmat, anugerah dan pujian yang baik adalah miliknya. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir (semua) benci.”

Ibnu Zubair berkata, “Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam mengucapkannya setiap ba’da shalat.” Beliau mengusap keningnya dengan tangan kanannya kemudian mengucapkan, ‘Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ya Allah hapuskanlah kesedihan dan kesulitan dariku.” (Dhaif: Diriwayatkan oleh al-Bazzar, no. 2115 -Mukhtashar az-Zawaid ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 2520 dan dalam ad-Dua,’ no. 659; Ibnu as-Sunni, no. 112; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, 1/301: dari tiga jalan, dari Zaid al-Ammi, dari Muawiyah bin qurrah, dari Anas bin Malik dengan hadits tersebut. Ini adalah sanad yang sangat lemah sekali, Zaid al-Ammi dhaif, pada jalan al-Bazzar terdapat al-Harits bin al-Khudr al-Athar, aku tidak menemukan biografinya dan pada dua jalan periwayatan yang lain terdapat rawi matruk. Ia hadir dari jalan yang lain di ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 3202 dan ad-Dua[‘, no. 658; Ibnu Adi 6/2085; al-Khatib dalam at-Tarikh 12/480: dari dua jalan, dari Katsir bin Sulaim, dari Anas dengan hadits tersebut. Katsir ini juga matruk. Jadi hadits ini sangat lemah, sebagian jalannya tidak bisa menguatkan yang lain. Al-Asqalani berkata, “Sangat lemah.” Disetujui oleh al-Albani, menurutku ia hanya dhaif).

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu ‘Anhu bahwa orang-orang miskin dari kalangan kaum Muhajirin datang kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka berkata, “Orang-orang kaya meraih derajat-derajat yang tinggi dan nikmat yang langgeng, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, sementara mereka mempunyai kelebihan harta yang dengannya mereka berhaji, berumrah, berjihad dan bersedekah.” Maka Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

أَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُوْنَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ، وَتَسْبِقُوْنَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ، وَلاَ يَكُوْنُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ؟ قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: تُسَبِّحُوْنَ وَتَحْمَدُوْنَ وَتُكَبِّرُوْنَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ.

“Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dengannya kalian menyusul orang-orang yang mendahului kalian dan mendahului orang-orang yang datang sesudah kalian dan tidak seorang pun yang lebih utama daripada kalian kecuali orang yang melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Tentu wahai Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan, Bab adz-Dzikr Ba’da ash-Shalah, 2/325, no. 843; dan Muslim, ibid, 1/416, no. 595).
Abu Shalih -rawi yang meriwayatkan dari Abu Hurairah- ketika ditanya tentang tata-cara dzikirnya dia berkata, “Dia mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar sehingga masing-masing berjumlah tiga puluh tiga.”

الدُّثُوْرُ : Jamak dari دَثْرٌ dengan dal dibaca fathah dan tsa’ yang disukun yang berarti, harta yang banyak.

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim (Ibid, 1/418 no. 596) dari Ka’ab bin Ujrah dari Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

مُعَقِّبَاتٌ لاَ يَخِيْبُ قَائِلُهُنَّ أَوْ فَاعِلُهُنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ: ثَلاَثٌ وَثَلاَثُوْنَ تَسْبِيْحَةً، وَثَلاَثٌ وَثَلاَثُوْنَ تَحْمِيْدَةً، وَأَرْبَعٌ وَثَلاَثُوْنَ تَكْبِيْرَةً.

“Dzikir-dzikir di mana orang yang mengucapkannya (atau pelakunya) setiap selesai shalat tidak akan merugi: tiga puluh tiga kali tasbih, tiga puluh tiga kali tahmid dan tiga puluh tiga kali takbir.”

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim (Ibid, 1/418 no. 597) dari Abu Hurairah radiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

مَنْ سَبَّحَ اللهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ، وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ، وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، غُفِرَتْ خَطَايَاهُ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.

“Barangsiapa bertasbih kepada Allah setiap selesai shalat tiga puluh tiga kali, bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali dan mengucapkan -sebagai penyempurna seratus, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan dan bagiNya segala puji dan Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu; niscaya dosa-dosanya diampuni meskipun seperti buih lautan.” Besambung……!!!

Sumber : Ensiklopedia Dziikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Wandy Hazar S.Pd.I.