Abu ‘Ali ad-Darani berkata, “Diantara penuntut ilmu yang biasa menghadiri majelis Abu Hanifah, ada seorang lelaki yang bernama ath-Thalaqani. Ia dikenal dengan kelemahan akalnya.

Pernah suatu hari, ia bertanya kepada Ibnu ‘Aqil (salah seorang ulama fikih), “Bagaimana menurut pendapatmu tentang seorang anak lelaki yang menikahkan (menjadi wali dalam pernikahan) ibu kandungya sendiri?”

Ibnu ‘Aqil menjawab, “Hukum tentang masalah ini perlu dirinci, apabila ibunya tersebut masih perawan (gadis) maka hukumnya adalah boleh, akan tetapi kalau ibunya tersebut adalah seorang janda maka hukumnya adalah tidak boleh.”

ath-Thalaqani berkata, “Aku baru kali pertama ini mengetahui adanya perincian dalam masalah ini.”

(Qashashul ‘Arab, karya Ibrahim Syamsuddin)