Shirat adalah jembatan yang terbentang di atas Neraka Jahannam, yaitu jembatan antara surga dan neraka. Semua manusia akan melewatinya pada hari Kiamat berdasarkan amal perbuatannya, seorang muslim akan selamat, ada yang selamat lagi terkoyak dan ada yang terlempar ke Neraka Jahannam.

Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا (71) ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. “ (Maryam: 71-72).

Ada dua penafsiran tentang mendatanginya bagi kaum mukminin, yakni sekedar melewatinya, atau benar-benar masuk neraka, namun neraka itu terasa dingin dan sejahtera oleh mereka sebagaimana api yang dirasakan oleh Nabi Ibrahim.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

… وَيُضْربُ الصِّرَاطُ وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ فَأَكُوْنُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنْ يُجِيْزُ، وَلاَ يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلاَّ الرُّسُلُ، وَدَعْوَى الرُّسُلُ يَوْمَئِذٍ: اَللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلَّمِ.

“… Kemudian dibentangkan shirat yang terbentang di atas Neraka Jahannam. Aku dan umatku adalah yang pertama-tama menitinya. Tidak ada yang berbicara pada hari itu kecuali para rasul, dan doa para rasul pada hari itu adalah, “Ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.” (Muttafaq ‘Alaih).