Sebuah tim yang dikirim organisasi Pemuda Islam sedunia (WAMY) untuk menyaksikan dari dekat kondisi umat Islam Niger (bukan Nigeria) yang menderita kelaparan menceritakan, kondisi di sana sangat mengenaskan, semua tandus dan bayi-bayi banyak yang mati kelaparan. Tidak hanya itu, ternyata bantuan dari negara-negara Islam yang mengalir ke sana sangat kecil sekali. Ironisnya, lembaga-lembaga bantuan dari negara-negara Islam itu hanya mencapai 2% saja sementara yang diberikan lembaga-lembaga kemanusiaan dari negara-negara barat mencapai 98%. Dan yang lebih mengherankan lagi, bantuan sebagian negara-negara Islam untuk korban badai Katrina di Amerika barangkali justeru lebih besar daripada yang diberikan untuk umat Islam di Niger.

Organisasi ‘Dokter Tanpa Batas’ (DTB) memperingatkan bahwa sejumlah besar anak-anak mati kelaparan di Niger sebab bantuan makanan belum sampai kepada mereka akibat rute perjalanannya dialihkan kepada mereka yang sebenarnya tidak terlalu mendesak kebutuhannya seperti mereka. Hal inilah yang menyebabkan tewasnya 40 anak setiap harinya dalam satu kawasan saja, sebelah timur negeri itu seperti yang diungkap salah satu riset lapangan.

Lembaga yang menangani program pangan dunia (FAO) mengatakan telah mengirimkan makanan senilai 1,3 juta dolar US ke Niger, ditambah beberapa suplai lainnya yang juga amat dibutuhkan penduduk.

Kegiatan pembagian bantuan gelombang pertama hampir selesai dan akan ditambah dengan bantuan-bantuan lainnya yang diserahkan pemerintah Niger dan organisasi-organisasi non pemerintah.

PBB memperkirakan sekitar 3 juta dari 12 juta penduduk Niger mengalami kekurangan gizi.

Sementara 32 ribu anak akan mati kelaparan karena gizi buruk bila mereka tidak mendapatkan bantuan makanan dan obat-obatan yang layak.

Beberapa sumber mass media mengatakan, sebagian kawasan seperti propinsi Zindar, sebelah timur negeri itu belum menerima bantuan apa pun. Christian Chapter, juru bicara organisasi DTB mengatakan, salah satu pusat penyediaan stok makanan di propinsi Zindar sejak minggu lalu saja telah menampung seribu anak dalam kondisi antara hidup dan mati.

Dalam konferensi persnya, Chapter mengatakan bantuan-bantuan makanan yang ada tidak cukup bahkan tidak sampai ke tangan penduduk yang lebih membutuhkan.

Sementara itu, penyakit malaria telah menyebar di tengah penduduk dan banyak di antara mereka yang mati dengan jasad kering kerontang tinggal tulang akibat kelaparan. (istod/AH)