Al-Azhar sebagai sebuah perguruan Islam tertua dan terkenal di dunia kini semakin mendapat tekanan, tidak hanya dari pemerintah setempat tetapi juga dari pihak asing, salah satunya dari kedubes Amerika.

Dr Mushtafa Syak’ah, anggota Mujamma’ al-Buhuts al-Islamiyyah (Lembaga Penelitian Islam) mengatakan, propaganda Amerika untuk men-sekuler-kan perguruan al-Azhar sekarang telah sampai pada puncaknya setelah adanya tuntutan Duta Besar (Dubes) Amerika yang baru, Richard Rodney agar mensosialisasikan pelajaran ilmu perbandingan agama untuk seluruh ma’had-ma’had di bawah al-Azhar di ketiga tingkatannya dan memasukkan beberapa perubahan mendasar atas kurikulum-kurikulumnya. Sebagai imbalannya, bila memenuhi tuntutan tersebut, al-Azhar akan mendapatan bonus sebesar 150 juta dolar.

Dalam konferensi pers khususnya kepada salah satu situs Islam terkenal di Timur Tengah, Syak’ah menyebutkan sebab meningkatnya tekanan Amerika terhadap al-Azhar, khususnya pasca penolakan pemberian visa masuk ke Washington terhadap wakil Syaikhul Azhar dan semakin diperketatnya aturan masuk ke Amerika bagi para ulama al-Azhar ke Amerika, adalah karena tidak adanya respon positif dari al-Azhar terhadap beberapa tuntutan Amerika yang pada waktu terakhir-akhir ini semakin meningkat.

Ia menyiratkan, diresponnya sebagian tuntutan Amerika oleh al-Azhar sebelumnya pada momen tertentu telah menggiurkan para pengambil kebijakan di negeri paman Sam itu untuk memenuhi ambisinya mengontrol secara penuh perguruan Islam tertua dan pertama di dunia itu.

Syak’ah menekankan, adanya sikap tegas dari al-Azhar merupakan sesuatu yang sangat mendesak, khususnya setelah beberapa penghinaan yang dialami sebagian ulama al-Azhar di bandara-bandara Amerika.

Ia mengungkapkan pula penolakannya atas tuntutan kepada al-Azhar yang disampaikan dubes Amerika itu agar al-Azhar ikut campur tangan dalam melarang fatwa-fatwa anti Amerika. “Ini merupakan bentuk pelanggaran Dubes terhadap etika diplomatik dan campur tangan terhadap independensi pengambil kebijakan di Mesir.”

Lebih lanjut, Syak’ah menjelaskan, pihak Washington menyadari bahwa sekali pun beberapa tahun terakhir ini, al-Azhar mengalami berbagai kendala dan tekanan, ia masih merupakan sandungan terakhir yang dapat mengganjal rencana-rencana Washington untuk menguasai kawasan tersebut. Karena itu, menundukkan al-Azhar merupakan suatu keharusan dengan menjadikannya sebagai alat yang bekerja untuk kepentingan Amerika. Tetapi hal ini tidak akan bisa terjadi bila belum dilakukan berbagai perubahan mendasar dan peleburan identitas perguruan yang terkenal ini. Amerika rupanya tidak menyadari bahwa semua upaya-upaya tersebut akan mengalami kegagalan total sekali pun ia bekerja keras untuk itu. (istod/AH)