Walaupun Rasulullah saw menyatakan bahwa wanita itu kurang akal dan agamanya, tidak berarti bahwa wanita adalah makhluk bodoh yang mudah diakali dan dikecoh, justru sebaliknya laki-laki harus berhati-hati terhadap wanita, karena di balik kelembutannya tersimpan akal dan sikap yang terkadang cerdik, sehingga ia mengecoh dan yang terkecoh pun mati kutu, seperti yang di alami oleh orang–orang berikut.

Imam Abu Hanifah berkata, “Aku pernah terkecoh oleh seorang wanita. Dia menunjuk sebuah dompet yang tergeletak di jalan. Aku mengira dompet itu miliknya. Aku mengambilnya dan menyerahkannya kepadanya. Wanita itu berkata, “Simpanlah sampai pemiliknya datang.”

Al-Hajjaj bin Yusuf, salah seorang panglima daulah Umawiyah yang kesohor dengan kekuatan dan kebengisannya, menikahi seorang wanita bangsawan, Hindun binti Asma bin Kharijah, Allah mentakdirkan Hindun hamil dari Hajjaj, Hindun kalang kabut karena sebenarnya dia tidak menyukai al-Hajjaj, dia duduk menghibur dirinya sambil mengelus perutnya, dia berkata,

“Hindun tidak lain adalah anak kuda betina Arab
yang baru dilahirkan dari kuda-kuda pilihan yang dikuasai oleh baghl
Jika dia melahirkan orang besar maka itu mengagumkan
dan jika ia melahirkan baghl maka bapaknya memang baghl.”

Ucapannya ini didengar oleh Hajjaj, al-Hajjaj marah besar. Dia ingin membalasnya. Lalu dia mengutus orang untuk mentalaknya secara putus agar kehinaannya semakin dalam – menurut perkiraan Hajjaj – Utusan Hajjaj berkata kepadanya, “Kamu telah ba’in.” Hindun menjawab, “Dulu kami tidak pernah bahagia. Kami berpisah dan kami tidak bersedih.” Kemudian dia memberikan sisa maharnya kepada utusan tersebut karena dia telah membawa berita yang menggembirakan.

Selanjutnya khalifah di Syam melamar Hindun, dia menjawab, “Bejananya telah dijilat anjing.” Maksudnya adalah bahwa dirinya telah dinikahi oleh al-Hajjaj.

Kemudian Hindun meletakkan syarat atas khalifah, bahwa yang menuntun untanya dari Irak ke Damaskus adalah al-Hajjaj sendiri. Maka al-Hajjaj pun melakukannya karena perintah khalifah. Di tengah jalan Hindun melempar sebuah koin dinar ke tanah seraya berkata kepada al-Hajjaj, “Wahai tukang unta, koin dirhamku jatuh, ambilkan untukku.”

Al-Hajjaj melihat ke tanah, dia hanya melihat dinar, dia berkata, “Aku tidak melihat kecuali dinar ini.” Hindun menjawab, “Alhamdulillah, yang jatuh adalah dirham, lalu Allah menggantinya dengan dinar.” Hindun benar-benar membuatnya mati kutu.

Al-Jahizh berkata, tidak ada yang membuatku malu kecuali seorang wanita, dia berkata, “Bersediakah Anda berbuat baik untukku?” Aku menjawab, “Dengan senang hati.” Maka dia mengajakku kepada seorang pengrajin barang tambang. Dia berkata kepada pengrajin, “Gambarlah seperti orang ini.” Aku terbengong-bengong. Kemudian aku bertanya kepada pengrajin, “Apa maksud ibu itu?” Pengrajin bercerita, “Wanita itu ingin aku membuat gambar setan untuknya, aku berkata kepadanya, ‘Aku tidak tahu bagaimana menggambarnya’. Maka dia membawamu kemari agar aku bisa menggambarnya seperti wajahmu.”

(Dari an-Nisa` adz-Dzakiyat, Qasim Asyur). (Izzudin Karimi).